Tak Sekadar Gizi, Jepang Hibahkan Ilmu Gizi untuk Indonesia

Kuatbaca - Pemerintah Jepang, bekerja sama dengan UNICEF Indonesia dan Badan Gizi Nasional (BGN), meluncurkan program penyediaan makanan bergizi bagi 2.500 anak selama dua tahun. Program ini akan dimulai pada April 2025 di Biak, Papua, sebagai bagian dari komitmen Jepang dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Selain menyediakan makanan bergizi, proyek ini juga akan mencakup edukasi tentang gizi dan pola makan sehat, mengadaptasi konsep Shokuiko atau Pendidikan Pangan dan Gizi, yang telah diterapkan di Jepang. Hal ini disampaikan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi, dalam acara penandatanganan kesepakatan hibah untuk peningkatan kualitas gizi dan pendidikan masyarakat Papua, di Jakarta, (24/2/2025).
"Jepang akan melaksanakan proyek selama dua tahun bekerja sama dengan UNICEF. Proyek ini juga akan memberikan dukungan pembelajaran, termasuk kesadaran gizi," jelas Dubes Masaki Yasushi.
Hal tersebut membuka peluang transfer of knowledge konsep yang sudah dikembangkan Jepang selama pelaksanaan program makan siang sekolah, yaitu Shokuiko (Pendidikan Pangan dan Gizi).
1. Peluang Integrasi Pendidikan Gizi dalam MBG
Jepang berharap konsep Shokuiko dapat diadopsi di Indonesia guna meningkatkan kesadaran nutrisi sejak dini. Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Jepang, Ueda Hajime, menegaskan bahwa pendekatan ini dapat disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya Indonesia.
"Kami berharap konsep Shokuiko dapat diterapkan di Indonesia, meskipun tentu saja perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan budaya di Indonesia," kata Ueda dalam konferensi pers setelah penandatanganan kemitraan dengan UNICEF.
Ueda juga menjelaskan perubahan pola makan di Jepang yang terjadi dalam beberapa generasi terakhir, sehingga edukasi gizi sejak dini menjadi sangat penting.
"Pola makan masyarakat kami telah berubah drastis dalam dua atau tiga generasi terakhir. Oleh karena itu, penting bagi anak-anak untuk memahami sejak dini jenis nutrisi yang dibutuhkan tubuh," jelas Ueda.
Proyek ini bertujuan untuk mengintegrasikan pendidikan gizi dalam sistem pendidikan moral dan intelektual, melibatkan para guru dalam menyampaikan konsep pola makan sehat dan bernutrisi kepada siswa.
"Kami akan bekerja sama dengan banyak guru untuk mengajarkan pentingnya nutrisi kepada anak-anak sejak dini," tambah Ueda.
2. Mengapa Biak Dipilih sebagai Lokasi Program?
UNICEF dan Pemerintah Jepang memilih Biak, Papua, karena tingginya angka kerentanan gizi anak-anak di wilayah tersebut serta ketersediaan infrastruktur pendukung. Direktur Gizi UNICEF, Mamadou Ndiaye, menjelaskan bahwa UNICEF menentukan lokasi berdasarkan tingkat kekurangan gizi anak.
"Kami mengidentifikasi daerah dengan tingkat kekurangan gizi tinggi. Dari hasil penilaian kami, Biak dan Papua termasuk wilayah dengan tingkat deprivasi gizi yang cukup tinggi," jelas Ndiaye.
Selain faktor gizi, Biak juga dipilih karena ketersediaan ikan bernutrisi tinggi, yang dapat dimanfaatkan oleh dapur pusat di Pelabuhan Perikanan Biak. Program ini juga terintegrasi dengan proyek pembangunan enam pelabuhan perikanan yang didanai oleh Jepang.
"Kami bekerja di enam pelabuhan perikanan, termasuk Sabang, Natuna, Morotai, Moa, Saumlaki, dan Biak. Peningkatan hasil tangkapan ikan di sana dapat menyediakan sumber protein berkualitas dengan harga terjangkau, yang sangat bermanfaat bagi program Makan Bergizi Gratis," pungkas Ueda.