SidebarKanan

Memahami Isu Secara Fundamental Dengan The Power of Kuatbaca

Salam Redaksi!


Sobat BACA, banyak kalangan masyarakat mempertanyakan, mengapa setiap tahun selalu lahir media di negeri ini. Dewan Pers pada 2018 mencatat jumlah media online mencapai 43.300 unit perusahaan. Itu artinya, dalam 20 tahun masa digitalalisasi informasi, setiap tahun terlahir 2.165 media online baru.


Fenomena ini dianggap baik, dilihat dari paradigma belum usainya negeri ini mengisi gelora kebebasan setelah memasuki era Reformasi. Anggapan baik itu dalam kutipan akademik -misalnya ditulis Castells (2010) dan Mansell (2004)- "Media dipuji sebagai pemenang dalam penyebaran demokrasi ke seluruh penjuru dunia."


Inilah kiranya yang memberi warna bagi Indonesia sebagai negeri media online. Tetapi itu dengan catatan buruk dari Dewan Pers, yang menyebut hanya 0,4 persen dari total media online itu yang dikelola secara profesional.


Untuk membedah fenomena ini, tim KUATBACA melakukan kajian 'top 50 website' yang paling sering dikunjungi di Indonesia dibandingkan dengan Amerika Serikat, China, Singapura, Malaysia, Vietnam, Korea Selatan, Spanyol, China, Australia, Rusia, dan Belanda. Dari 11 negara dalam perbandingan, hanya Indonesia yang dominan masyarakatnya gemar mengunjungi media online.


Negara yang relatif mirip dengan Indonesia adalah Vietnam, China, Rusia, dan Belanda. Walaupun, jumlah website media tidak se-mendominasi sebagaimana terjadi di Indonesia yang mencapai angka 75 persen dari totalnya. Sedangkan rata-rata media online di empat negara itu sebesar 40 persen. Atas temuan ini, tak salah jika Indonesia dinobatkan sebagai negeri sejuta informasi.


Rata-rata top 50 website negara lain secara berturut-turut didominasi website e-commerce; streaming game online; tools aplikasi kerja; media sosial; dan aplikasi e-payment. Masifnya website ini sebenarnya menjadi pintu bagi bertumbuhnya kesempatan ekonomi digital. Di situ ada proses penciptaan nilai (value creation) yang mendorong berbagai tier industri dapat berkolaborasi.


Digital Economy Report (2019) menyebutkan “An entirely new “data value chain” has evolved, comprising firms that support data collection, the production of insights from data, data storage, analysis and modelling. Value creation arises once the data are transformed into digital intelligence and monetized through commercial use.”


Media sosial yang katanya momok tersendiri dalam kehidupan sosial generasi milenial, ternyata di Indonesia hanya menempati urutan tengah dan bawah. Hanya medsos Youtube.com yang bertengger di urutan kedua setelah mesin pencari google.com. Jadi, media sosial hanyalah sebuah medium ekspresi dalam relasi sosial yang kini baru. Data ini juga sekaligus mendeskripsikan bahwa masyarakat Indonesia tengah membentuk diri sebagai masyarakat digital yang kesehariannya sangat bergantung dengan apa yang dapat diakses melalui internet.


Diluar semangat kebebasan era Reformasi, fenomena masifnya media online memang menimbulkan pertanyaan kritis: apakah banyaknya media online yang ada saat ini belum cukup memenuhi kebutuhan informasi? Atau, justru menempatkan media online sebagai medium efektif dalam ekspresi informasi di era keterbukaan?


Pertanyaan kedua sebenarnya sudah terjawab di atas, bahwa media merupakan alat penyebaran demokrasi ke seluruh dunia. Dan, negeri seperti Indonesia 'yang katanya' baru merasakan ekspresi kebebasan setelah Reformasi merasa memiliki dalil pembenar dengan masifnya media online.


Namun tinjauan sosiologis berkata lain, masifnya media -tidak hanya media online- justru merupakan fenomena global. Dunia yang kita tinggali ini dioperasikan oleh kekuatan informasi dalam fungsi amplifier effect. Tinjauan sosiologis ini adalah telaah yang jujur untuk mengantarkan pembahasan mengenai bagaimana kita sebagai bagian dari warga dunia membuat prioritas agenda hidup, baik publik maupun personal.


Kondisi itu, secara ekstrim pernah diutarakan ekonom dan juga penulis India, Amartya Sen tentang kematian massal di China yang mencapai 30 juta jiwa karena kelaparan pada era Mao Tse-tung (1958-1961). Sen mencatatkan itu dalam buku Development as Freedom yang terbit di tahun 1999.


Sen berusaha membuktikan, kelaparan bukan hanya persoalan ketidakseimbangan antara jumlah makanan dan laju pertumbuhan penduduk. Permasalahan sosial itu justru terjadi karena kekeliruan kebijakan. Pasokan makanan ternyata banyak tersendat di kantor cabang partai, sedangkan para pengurus cabang partai juga tidak transparan melaporkan kondisi kelaparan di daerah. Kondisi itu terjadi ditengah situasi para pengurus partai pemerintah yang ‘mencari muka’ ketua partai di Beijing.


Sen secara tidak langsung menekankan bahwa demokrasi memiliki peran perlindungan (protective role) dalam agenda kehidupan sebuah bangsa. Karenanya, negara yang demokratis tidak mungkin mengalami kekeliruan kebijakan, dalam mekanisme kontrol media massa dan partai oposisi. Kala itu di Cina media tidak mampu membangun konstruksi sosial yang baik, namun itu juga dilecut oleh larangan kritik publik terhadap pemerintah.


Pembacaan demokrasi yang diutarakan Sen, juga tertangkap dari catatan Zygmunt Bauman tentang teorema liquid modernity. Bauman adalah seorang pengarusutama teori kritis dan sosiolog yang berasal dari Polandia yang melewati tiga masa peradaban dunia; yakni masa Holokaus; modernisme dan postmodernisme; serta menjadi tokoh Eropa paling berpengaruh di bidang sosiologi.


Liquid modernity yang dimaksudkan Bauman, bahwa dunia saat ini sudah dibuat kategori dan pencacahan statistik. Sehingga, masyarakat sebenarnya bukan lagi ditata oleh hierarki yang baku seperti di jaman kerajaan dan/atau sebut saja era sebelum modern. Situasi ini memiliki salah satu tanda yaitu logika kebaruan atau logic of news. Yang dengan begitu, seluruh preferensi kehidupan dirangsang informasi.


Rangsangan informasi ini yang melekat pada medium media online dan -tentu saja- aktivitas media sosial. Warganet selalu memiliki frekuensi yang sama untuk mempercakapkan peristiwa yang baru saja terjadi.


Inilah maksud yang ditekankan Zygmunt Bauman, bahwa agenda hidup masyarakat dirangsang secara cepat, tetapi tidak mendasar lagi. Akibatnya masyarakat melupakan dimensi substansial dalam kehidupan sosialnya karena selalu mencari yang baru dalam kehidupannya.


SOBAT BACA yang budiman,

Inilah dasar lahirnya portal KUATBACA, sebuah media online yang menempatkan diri untuk bisa berdedikasi dalam dimensi substansi. Pembeda itu terlihat dari, kami tidak menampilkan rubrikasi baku seperti politik, ekonomi, sosial, metropolitan, gaya hidup, olahraga, dan sebagainya. Kami tumbuh bersama tautan kebaruan yang dipercakapkan kita semua.


Tautan kebaruan itu kami sebut bonggol isu, yang direpresentasikan melalui wordcloud isu yang kami sajikan setiap hari. Dengan begitu, SOBAT BACA dapat memperoleh konteks substansi isu yang bergulir di ruang publik. Substansi itu merupakan buah dari proses kerja KUATBACA di dapur redaksi, yang berfokus untuk mengisi lubang informasi dalam telaah kebaruan.


Agar isu ini dapat diketahui konteksnya, kami mengarsipkan setiap wordcloud sebagai indeks isu. Sehingga, di negeri kita tercinta ini tidak ada lagi istilah 'Menolak Lupa'. Setiap peristiwa, mengutip Michel Foucault selalu mengandung episteme yang hanya dapat dibongkar melalui pendedahan dan pelacakan artefak diskursifnya.


Sebagai bagian layanan KUATBACA (dot) com, kami juga menyajikan laporan informasi berupa media monitoring yang dikelola setiap hari dan kami sajikan dalam bentuk laporan setiap pekan. Monitoring yang kami sajikan saat ini, secara spesifik diarahkan pada isu politik. Tidak menutup kemungkinan kedepannya kami juga menyajikan kebutuhan monitoring secara lebih luas pada isu ekonomi, sosial-budaya, pertahanan, dan keamanan. Dapur monitoring kami mengandalkan tenaga analis yang handal, yang telah berpengalaman dalam mencari hikmah dari amplifier effect informasi publik.


Memenuhi kebutuhan format penyajian berita lainnya, secara berkala kami menyajikan informasi dalam bentuk audio dan video visual. Sehingga, anda tetap dapat menikmati rangkaian kebaruan informasi KUATBACA sambil beraktivitas lainnya.


Selamat menikmati dunia substansi bersama KUATBACA (dot) com.



Hormat Kami,


Redaksi

SidebarKanan
Kuatbaca.com

Informasi


Tentang Kami

Pedoman Media Siber

Susunan Redaksi

2023 © KuatBaca.com. Hak Cipta Dilindungi