Puluhan Pelajar Tasikmalaya Diduga Keracunan Usai Konsumsi Makan Bergizi Gratis: Ini Kronologinya

Kuatbaca.com-Puluhan siswa sekolah dasar di Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) yang disediakan oleh sekolah. Insiden ini memicu kekhawatiran orang tua dan masyarakat, mengingat program MBG bertujuan untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak melalui asupan gizi seimbang. Namun, kejadian tersebut justru menimbulkan persoalan kesehatan serius bagi sejumlah siswa.
Berikut ini penelusuran lengkap terkait insiden keracunan yang terjadi dan bagaimana langkah penanganannya dilakukan oleh pihak terkait:
1. Kronologi Kejadian: Siswa Mengalami Gejala Setelah Konsumsi MBG
Insiden ini terjadi usai para siswa menyantap MBG yang dibagikan di sekolah pada Rabu, 30 April 2025. Sejumlah pelajar mulai merasakan gejala gangguan pencernaan pada hari berikutnya. Gejala umum yang dikeluhkan mencakup mual, sakit perut, muntah-muntah, lemas, hingga diare hebat.
Kasus ini bermula ketika beberapa siswa mulai berdatangan ke Puskesmas Rajapolah pada Kamis siang,
dan jumlahnya terus bertambah hingga malam hari. Para siswa tersebut berasal dari satu sekolah yang sama dan seluruhnya mengonsumsi paket MBG yang disediakan sebagai bagian dari program pemerintah daerah.
2. Data Jumlah Korban dan Penanganan Medis
Berdasarkan catatan resmi Puskesmas Rajapolah, sebanyak 24 siswa telah mendapatkan penanganan medis hingga Jumat, 2 Mei 2025. Dari jumlah tersebut, delapan siswa terpaksa harus menjalani perawatan inap karena kondisi yang cukup serius, sementara satu siswa dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lanjutan sesuai permintaan keluarga.
Kepala Puskesmas setempat memastikan bahwa seluruh pasien mendapatkan penanganan medis yang sesuai, termasuk pemberian cairan infus dan pengawasan intensif. Hingga saat ini, kondisi para siswa dilaporkan membaik secara bertahap dan terus dipantau oleh tim medis.
3. Dugaan Penyebab dan Pemeriksaan Lanjutan
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi mengenai penyebab pasti keracunan. Namun, dugaan awal mengarah pada makanan yang disediakan dalam program MBG tersebut. Pemerintah setempat bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan, guna memastikan apakah ada kandungan berbahaya atau kelalaian dalam proses penyajian dan distribusi makanan.
Kasus ini menunjukkan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap program makan bergizi gratis, terutama dari sisi kebersihan, pengolahan makanan, hingga distribusinya ke sekolah-sekolah. Pemerintah diharapkan segera melakukan evaluasi menyeluruh agar program yang mulia ini tidak justru menjadi sumber masalah kesehatan.
4. Reaksi Masyarakat dan Harapan Terhadap Evaluasi Program MBG
Masyarakat, terutama orang tua siswa, menyuarakan keprihatinan mendalam atas kejadian ini. Program MBG sejatinya bertujuan memberikan asupan gizi seimbang kepada anak-anak, terutama di wilayah yang rawan kekurangan gizi. Namun, kejadian seperti ini berpotensi mengurangi kepercayaan publik terhadap keberlangsungan program.
Harapan besar tertuju pada pemerintah daerah dan instansi terkait untuk tidak hanya menyelidiki insiden ini hingga tuntas, tetapi juga segera melakukan perbaikan dalam sistem penyediaan makanan gratis di sekolah. Dengan evaluasi dan pengawasan yang lebih ketat, diharapkan insiden serupa tidak terulang di masa mendatang, dan tujuan utama program MBG tetap bisa diwujudkan tanpa risiko kesehatan.
Insiden keracunan makanan yang menimpa puluhan pelajar di Tasikmalaya menjadi pelajaran penting dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis. Kejadian ini menggarisbawahi betapa pentingnya kontrol kualitas dan higienitas dalam penyediaan makanan bagi anak-anak sekolah. Semua pihak, mulai dari pemerintah, penyedia katering, hingga sekolah, memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan makanan yang diberikan aman dan sehat untuk dikonsumsi.(*)