Pasien Bipolar dan Skizofernia, Kuncinya Peduli dan Kepatuhan

Kuatbaca.com - Gangguan Bipolar (GB) dan Skizofrenia di Indonesia tak sedikit diidap juga oleh anak dan remaja di Indonesia. Kasus gejala ini banyak muncul kepada usia muda, namun kerap tidak tersentuh diagnosis karena minimnya kesadaran.
Wellesta sebagai Perusahaan yang fokus pada bidang kesehatan dan teknologi medis berkomitmen terhadap kesehatan dan kualitas hidup pasien---khususnya untuk pasien depresi, gangguan bipolar dan skizofrenia.
"Untuk mewujudkan komitmen itu, kami bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam membantu individu dengan GB 1 dan Skizofernia. Kolaborasi ini diharapkan mampu meningkatkan awareness masyarakat agar bisa memahami gejala awal dan ke depannya bisa mengetahui kepada siapa mencari bantuan yang tepat dan mencegah disabilitas jangka panjang," ungkap Hanadi Setiarto selaku Country Group Head Wellesta CPI
"Kami menyadari, jika hal ini tidk diatasi dengan baik--maka kejadian depresi akan terus bertambah yang kedepannya akan menurunkan kualitas hidup, peningkatan mortalitas dini hingga berkontribusi pada penyakit fisik," tambahnya.
Gejala Bipolar dan Skizofrenia merupakan dua jenis Kesehatan mental yang berbeda---gejala bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati yang intens antara keadaan depresid yang mendalam. Sedangkan Skizofrenia biasanya ditandai oleh gangguan proses pikir, isi pikir, psikologis, halusinasi, delusi atau pikiran yang kacau.
1. Waspada Gejala Kesehatan Mental pada Anak dan Remaja
Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ, SubSp A.R. (K), MIMH, Guru Besar Psikiatri Subspesialis Anak dan Remaja FKUI-RSCM mengungkapkan bahwa tantangan kesehatan mental seperti GB dan Skizofernia itu yang dulunya dianggap hanya menyerang orang dewasa, nyatanya kini juga memengaruhi anak dan remaja dengan tingkat yang mengkhawatirkan.
"Beberapa studi menunjukkan bahwa kasus yang muncul lebih awal terjadi di usia yang lebih muda dan terdiagnosis karena kurangnya kesadaran, sehingga bisa mengganggu perkembangan, pendidikan dan hubungan remaja jika tidak diobati dengan tepat,"ujarnya
Prof Tjhin menambahkan bahwa GB atau Skizofernia pada anak dan remaja termasuk pada kondisi kronis. Hal ini membutuhkan perawatan yang efektif--agar anak dan remaja dapat belajar mengelola perubahan suasana perasaannya agar bisa kembali pulih dan tetap produktif di tengah masyarakat.
Tantangan utama dalam penanganan kasus-kasus ini adalah kepatuhan berobat dan tatalaksana yang optimal.
2. Pentingnya Kepatuhan dan Kepedulian untuk Proses Penyembuhan
Kepatuhan ini masih menjadi tantangan besar di Indonesia karena adanya stigma sosial terhadap gangguan jiwa dan kekhawatiran akibat efek samping obat. Padahal yang terpenting adalah dukungan keluarga dan lingkungan sosial yang dibutuhkan untuk membentuk support system yang mendorong kepatuhan itu.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa FKUI-RSCM, Dr. dr. Khamelia Malik, SpKJ(K) menjelaskan bahwa ketidakpatuhan akan memunculkan konsekuensi yang besar. Pada kasus GB, ketidakpatuhan dikaitkan dengan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi, peningkatan rawat inap hingga risiko bunuh diri yang lebih besar. Sedangkan pada gejala Skizofernia, ketidakpatuhan akan memperburuk gejala psikotik dan meningkatkan risiko menyakiti diri sendiri dengan orang lain.
"Selain kepatuhan, pasien GB dan Skizofernia dewasa tetap bisa beraktivitas dan produktif dengan aktif melakukan terapi psikososial," tambahnya
Untuk keberhasilan pengobatan, bergantung juga pada dukungan keluarga dan lingkungan. Psikoedukasi pada keluarga dan lingkungan itu dapat membantu keluarga untuk memahami dan meningkatkan harapan pasien