Langkah Cepat BGN Usai Kasus Keracunan Makanan Bergizi

14 May 2025 15:12 WIB
konferensi-pers-ombudsman-dan-badan-gizi-nasional-terkait-makan-bergizi-gratis-1747195817855_169.jpeg

Kuatbaca - Badan Gizi Nasional (BGN) bergerak cepat setelah kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Bogor ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Program yang bertujuan meningkatkan asupan gizi pelajar melalui distribusi makanan sehat ini terpaksa dievaluasi menyusul insiden keracunan yang melibatkan puluhan siswa di Sekolah Bosowa Bina Insani.

Program MBG sendiri merupakan proyek percontohan yang diterapkan di sejumlah sekolah, termasuk di Kota Bogor. Di sekolah tersebut, kantin diubah menjadi dapur MBG yang berfungsi menyuplai makanan sehat setiap harinya. Sayangnya, kasus keracunan yang terjadi baru-baru ini mengungkap celah dalam pengawasan dan proses pengolahan makanan.

Penyebab Keracunan: Kontaminasi Bakteri Berbahaya

Hasil investigasi laboratorium mengonfirmasi bahwa penyebab keracunan berasal dari kontaminasi bakteri Salmonella dan E.coli. Kedua bakteri ini ditemukan pada air, bahan baku telur, serta sayuran yang digunakan dalam pengolahan makanan. Salmonella dan E.coli dikenal sebagai bakteri yang berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia, menyebabkan gejala seperti diare, muntah, dan demam tinggi.

Temuan ini menjadi peringatan keras bagi BGN, yang sebelumnya telah menargetkan program MBG bebas dari insiden keracunan. Pengetatan Standar Operasional Prosedur (SOP) pun menjadi langkah awal dalam perbaikan program. "Kita akan lebih selektif dalam pemilihan bahan baku dan memperpendek waktu proses antara penyiapan, pengolahan, hingga distribusi makanan," ungkap pihak BGN.

Pengetatan Pengiriman dan Konsumsi Makanan

Salah satu masalah yang teridentifikasi adalah durasi penyimpanan makanan yang terlalu lama sebelum dikonsumsi. Pada insiden di Bogor, makanan dikirim tepat waktu, namun terlambat dikonsumsi karena adanya kegiatan sekolah. Hal ini membuka peluang bagi bakteri berkembang biak pada suhu ruangan.

BGN berencana untuk memperketat pengawasan waktu konsumsi setelah makanan tiba di sekolah. Selain itu, aturan baru akan melarang siswa membawa pulang makanan MBG, mengingat risiko kontaminasi meningkat jika makanan disimpan terlalu lama di luar pengawasan.

Evaluasi dan Pelatihan Berkala untuk SPPG

Selain meningkatkan SOP, BGN juga berencana melakukan evaluasi rutin terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang mengelola dapur MBG. Setiap 2-3 bulan sekali, akan diadakan pelatihan ulang untuk memastikan standar kualitas tetap terjaga dan kesadaran akan kebersihan meningkat.

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap beberapa kasus keracunan yang sebelumnya pernah terjadi di sejumlah wilayah seperti Cianjur, Sukoharjo, Bandung, dan Tasikmalaya. Pelatihan ini diharapkan dapat menghindari rutinitas yang menurunkan kewaspadaan para pengelola SPPG terhadap kualitas bahan baku dan proses pengolahan.

Sebagai bentuk tanggung jawab, BGN menghentikan sementara operasional SPPG di Sekolah Bosowa Bina Insani. Selama penutupan, pihaknya akan melakukan inspeksi mendalam dan evaluasi terhadap seluruh prosedur yang berjalan. Pemerintah juga memastikan biaya pengobatan bagi korban keracunan akan ditanggung penuh.

Langkah tegas ini diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap program Makan Bergizi Gratis. Ke depan, BGN menargetkan program ini tidak hanya aman dari kontaminasi, tetapi juga mampu meningkatkan kesehatan generasi muda Indonesia secara signifikan.

kesehatan

Fenomena Terkini






Trending