Kasus Kanker di Indonesia Terus Meningkat, Deteksi Dini Jadi Kunci Pencegahan

7 February 2025 10:42 WIB
tema-Hari-Kanker-Sedunia-2025-ewtrtr.jpg

Jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat, dengan sekitar 400 ribu kasus baru terdeteksi setiap tahunnya dan angka kematian mencapai 240 ribu kasus. Jika tidak ada langkah pencegahan dan deteksi dini yang lebih efektif, jumlah ini diperkirakan melonjak lebih dari 70 persen pada tahun 2050.

Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. Dante Saksono Harbuwono, menekankan bahwa kanker bukan sekadar tantangan medis, tetapi juga menjadi masalah sosial dan ekonomi yang kompleks. Biaya pengobatan yang tinggi, menurunnya produktivitas, serta dampak psikologis bagi pasien dan keluarganya menambah beban dalam penanganan penyakit ini.

Tantangan Deteksi Dini dan Upaya Pemerintah

Salah satu kendala terbesar dalam penanganan kanker di Indonesia adalah rendahnya tingkat deteksi dini. Banyak pasien baru menyadari penyakitnya ketika sudah berada di stadium lanjut, sehingga peluang keberhasilan pengobatan semakin kecil dan biaya perawatan menjadi lebih tinggi.

Padahal, hingga 50 persen kasus kanker sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan, rutin berolahraga, tidak merokok, menghindari konsumsi alkohol, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Sebagai bagian dari strategi nasional, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker 2024-2034 yang berfokus pada penguatan skrining dan deteksi dini. Salah satu inovasi dalam upaya ini adalah I-Care (Indonesia Cancer Risk Examination) yang dikembangkan oleh Rumah Sakit Kanker Dharmais. Teknologi ini memungkinkan masyarakat melakukan pemeriksaan risiko kanker berbasis genetik menggunakan sampel darah untuk mendeteksi potensi kanker payudara, kolorektal, lambung, prostat, dan paru.

Selain itu, deteksi dini kanker serviks semakin diperluas dengan penerapan metode HPV DNA, yang terbukti lebih sensitif dibandingkan metode konvensional. Kanker serviks dan kanker payudara saat ini menjadi dua jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia, sehingga perlu langkah masif dalam skrining dan pencegahannya.

Peningkatan Akses Skrining dan Vaksinasi

Untuk menekan angka kejadian kanker serviks, pemerintah terus mendorong program vaksinasi HPV bagi anak perempuan usia 11-12 tahun. Program ini telah menjadi bagian dari Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan cakupannya terus diperluas agar semakin banyak anak perempuan terlindungi sejak dini.

Akses masyarakat terhadap layanan skrining juga menjadi perhatian utama. Pemerintah berupaya memperluas jangkauan layanan kesehatan agar masyarakat dapat melakukan pemeriksaan secara rutin dan mendeteksi risiko kanker lebih awal.

Peran Masyarakat dalam Pengendalian Kanker

Selain upaya medis, pengendalian kanker juga memerlukan peran aktif masyarakat. Masih adanya stigma terhadap pasien kanker sering kali menjadi hambatan dalam deteksi dini dan pengobatan. Dukungan moral, empati, dan kepedulian lingkungan sekitar sangat diperlukan agar pasien dapat menjalani perawatan dengan lebih baik.

Dengan skrining rutin, penerapan pola hidup sehat, serta kerja sama antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, angka kejadian serta kematian akibat kanker di Indonesia dapat ditekan.

"Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Mulailah dengan pola hidup sehat dan rutin lakukan pemeriksaan kesehatan," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati.

kanker
pelayanan kanker
wamenkes
deteksi kanker

kesehatan

Fenomena Terkini






Trending