Usai Tikam Pemuda di Tokyo, Pria Jepang Salahkan Pola Asuh Keras Orang Tua

9 May 2025 18:36 WIB
b9573f2d-9da0-41a1-a21a-0960c46656c7_169.jpeg

Kuatbaca.com - Sebuah kasus penikaman mengejutkan terjadi di dekat Universitas Tokyo, Jepang, yang melibatkan seorang pria berusia 43 tahun. Aksi kejahatan ini tak hanya menimbulkan luka fisik pada korban, tetapi juga membuka diskusi lebih luas tentang tekanan akademik dan pola asuh orang tua di masyarakat Jepang. Pelaku, yang tidak disebutkan namanya, mengaku bahwa masa kecil yang penuh tekanan dan tuntutan dari orang tuanya menjadi pemicu tindakan brutal tersebut.

1. Penikaman Dekat Universitas Tokyo, Korban Tak Dikenal Pelaku

Peristiwa penikaman terjadi pada Rabu, 7 Mei 2025, di Stasiun Todai-mae, tak jauh dari Universitas Tokyo—lembaga pendidikan tertinggi dan paling bergengsi di Jepang. Korbannya adalah seorang pria berusia 20-an tahun yang tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku. Penyerang menikam kepala dan tubuh korban menggunakan benda tajam mirip pisau, yang mengakibatkan luka serius.

Menurut Kepolisian Tokyo, pelaku bermaksud membunuh, dan insiden ini digolongkan sebagai percobaan pembunuhan.

2. Pengakuan Mengejutkan: "Saya Ingin Kirim Pesan pada Para Orang Tua"

Dalam interogasi yang dilakukan polisi, pelaku membuat pernyataan mengejutkan. Ia mengaku bahwa motif utamanya bukanlah dendam pribadi, melainkan sebagai bentuk protes terhadap pola asuh orang tuanya sendiri, yang ia anggap terlalu keras dan menuntut soal pendidikan.

"Saya ingin menunjukkan kepada semua orang tua yang memaksa anak-anak mereka masuk ke Universitas Tokyo, bahwa jika mereka terlalu keras, anak-anak bisa tumbuh jadi sembrono dan berakhir seperti saya," ungkap pelaku, seperti dilansir NHK.

3. Universitas Tokyo Dijadikan Simbol "Penganiayaan Pendidikan"

Pelaku memilih lokasi penyerangan secara simbolik, yakni di sekitar Universitas Tokyo, sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya kompetisi akademik yang ekstrem. Ia menyebut bahwa orang tuanya terlalu terobsesi dengan kesuksesan akademik, yang membuatnya berhenti sekolah dan mengalami tekanan psikologis selama masa remaja.

Universitas Tokyo, atau yang kerap disebut Todai, selama ini memang menjadi ikon utama pencapaian akademik di Jepang. Banyak orang tua yang mendorong anak-anak mereka dengan keras untuk bisa menembus universitas tersebut, bahkan sejak usia dini.

4. Pelaku dan Korban Tak Saling Kenal

Salah satu hal yang mencengangkan dari kasus ini adalah bahwa pelaku tidak mengenal korbannya. Penusukan dilakukan secara acak hanya karena korban kebetulan berada di dekat pelaku saat ia melancarkan aksinya. Hal ini memperkuat dugaan bahwa aksi tersebut lebih merupakan bentuk pelampiasan emosional daripada aksi personal.

5. Jepang dan Tekanan Pendidikan: Masalah yang Sudah Lama Ada

Kasus ini membuka kembali diskursus tentang tekanan pendidikan di Jepang, yang sejak lama dikenal sangat kompetitif. Sistem pendidikan Jepang menuntut anak-anak untuk menempuh berbagai ujian masuk sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dengan bimbingan belajar tambahan dan ekspektasi tinggi dari keluarga.

Tidak sedikit kasus gangguan kesehatan mental, depresi, hingga bunuh diri pada remaja di Jepang yang dikaitkan dengan tekanan pendidikan. Penikaman ini menjadi contoh ekstrem dari dampak jangka panjang yang bisa ditimbulkan oleh pola asuh yang keras.

6. Kekerasan Masih Jarang, Tapi Kasus Serupa Meningkat

Meskipun Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kejahatan rendah di dunia, kasus kekerasan tetap terjadi. Penikaman dan penyerangan acak, meskipun jarang, mulai menjadi perhatian serius. Insiden tragis seperti pembunuhan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe pada 2022 hingga serangan terbaru di sebuah sekolah dasar yang melukai lima staf menjadi bukti bahwa tekanan psikososial di masyarakat bisa memicu ledakan kekerasan.

Penikaman di dekat Universitas Tokyo menjadi peringatan keras tentang bahaya tekanan akademik dan pola asuh ekstrem. Pengakuan pelaku bahwa ia terdorong oleh pengalaman masa kecil yang penuh tekanan menunjukkan pentingnya peran orang tua dalam menciptakan lingkungan tumbuh kembang yang sehat, seimbang, dan manusiawi. Jepang, yang dikenal tertib dan aman, kini dihadapkan pada tantangan sosial yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan sistem hukum tapi juga butuh pendekatan psikologis dan pendidikan yang lebih empatik.

internasional

Fenomena Terkini






Trending