Trump Pertimbangkan Hadiri Perundingan Ukraina-Rusia di Turki, Perdamaian Semakin Dekat?

13 May 2025 17:30 WIB
potret-presiden-trump-sambangi-gedung-putih-bareng-ayah-mertua-1746427566227_169.jpeg

Kuatbaca.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan untuk ikut hadir langsung dalam perundingan damai antara Ukraina dan Rusia yang dijadwalkan digelar di Istanbul, Turki, pekan ini. Pertemuan ini disebut sebagai momen krusial dalam upaya meredakan konflik berkepanjangan antara dua negara yang terlibat perang sejak 2022.

1. Trump: Jika Bisa Membantu, Saya Akan Datang

Sebelum bertolak ke Arab Saudi dalam rangka kunjungan kenegaraan ke Timur Tengah, Trump menyatakan secara terbuka kepada wartawan bahwa dirinya berpeluang hadir di Turki pada pertemuan penting yang dijadwalkan berlangsung Kamis (15/5/2025).

"Saya berpikir untuk benar-benar terbang ke sana... jika saya pikir itu bisa membantu," ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Senin (12/5).

Pernyataan ini memicu spekulasi bahwa AS berpotensi mengambil peran diplomatik yang lebih aktif dalam penyelesaian konflik bersenjata paling kompleks di Eropa modern tersebut.

2. Pertemuan Langsung Pertama Sejak Awal Invasi

Perundingan yang akan digelar di Istanbul merupakan pertemuan langsung pertama antara pejabat tinggi Ukraina dan Rusia sejak bulan-bulan awal invasi Moskow ke Kyiv pada 2022. Upaya diplomatik sebelumnya lebih banyak dilakukan melalui perantara atau pertemuan multilateral yang tidak membuahkan hasil konkret.

Trump menyatakan keyakinannya bahwa hasil positif bisa tercapai, bahkan menyebut kedua pemimpin Presiden Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin berpeluang hadir langsung.

3. Zelensky Siap Bertemu Putin, Kremlin Masih Bungkam

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengonfirmasi kehadirannya dalam perundingan di Turki dan bahkan menyatakan kesiapan untuk berdialog langsung dengan Presiden Putin. Ia berharap pertemuan kali ini menjadi momen awal negosiasi substantif untuk menghentikan konflik.

Namun, dari pihak Kremlin belum ada konfirmasi resmi apakah Putin akan hadir secara langsung. Padahal sebelumnya, Moskow sempat mengusulkan pertemuan ini sebagai tanggapan atas usulan gencatan senjata 30 hari dari Ukraina dan negara-negara sekutunya di Eropa. Sayangnya, usulan gencatan senjata tersebut disebut telah diabaikan oleh Rusia.

4. AS Dukung Turki Jadi Mediator Perdamaian

Dalam pernyataan terpisah, Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi bahwa Menlu AS Marco Rubio telah berbicara dengan Menlu Turki Hakan Fidan untuk menyampaikan apresiasi atas kesediaan Turki menjadi tuan rumah negosiasi damai.

Turki sendiri, melalui Presiden Recep Tayyip Erdogan, menegaskan komitmennya menjadi mediator netral dan mendorong semua pihak memanfaatkan jendela kesempatan diplomatik ini.

“Kami siap menjadi jembatan perdamaian yang solid di tengah dunia yang terpecah,” ujar Erdogan.

5. Sinyal Positif dari Trump: “Saya Punya Firasat”

Saat ditanya apakah dirinya akan mendorong sanksi tambahan kepada Rusia jika Putin menolak gencatan senjata, Trump menjawab diplomatis. Ia mengaku memiliki firasat bahwa Rusia akan menyetujui langkah damai.

“Saya punya firasat mereka akan setuju,” ucap Trump dengan optimistis.

Pernyataan ini menyiratkan bahwa AS ingin mengambil peran yang lebih aktif dalam proses perdamaian, tanpa terlebih dahulu mengandalkan tekanan ekonomi atau militer.

6. Harapan Baru di Istanbul?

Perundingan yang akan digelar di Istanbul pada 15 Mei 2025 ini menjadi harapan baru bagi dunia internasional yang menantikan akhir dari konflik berdarah antara Ukraina dan Rusia. Jika Trump benar-benar hadir, maka ini akan menjadi momen diplomatik besar dalam sejarah konflik modern.

Keberhasilan perundingan ini bukan hanya penting bagi Ukraina dan Rusia, tapi juga bagi stabilitas global, ekonomi internasional, dan upaya penegakan perdamaian dunia.

internasional

Fenomena Terkini






Trending