Trump Kritik Gubernur The Fed Jerome Powell: Selalu Terlambat dan Salah!

Kuatbaca.com - Ketegangan antara mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Gubernur Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, kembali memanas. Trump secara terbuka melontarkan kritik tajam terhadap Powell, yang dinilainya lambat dalam mengambil keputusan pemangkasan suku bunga. Pernyataan ini muncul setelah Powell menyampaikan pandangannya mengenai dampak kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Lewat platform sosial miliknya, Trump secara blak-blakan menyebut Powell “selalu terlambat dan salah” dalam mengambil langkah-langkah kebijakan moneter. Kritik ini memicu spekulasi publik bahwa Trump, bila kembali berkuasa, bisa saja mengambil tindakan lebih lanjut terhadap kepemimpinan The Fed.
1. Ancaman Pemecatan yang Menguatkan Tekanan Politik
Tak berhenti di media sosial, Trump melanjutkan serangannya dalam sesi tanya jawab bersama awak media di Gedung Putih. Dengan nada tegas, ia menyatakan ketidakpuasan terhadap kinerja Powell. “Saya rasa dia tidak melakukan tugasnya dengan baik. Selalu terlambat. Saya tidak senang dengannya,” ucap Trump di Ruang Oval. Ia bahkan menambahkan, “Jika saya ingin dia keluar, dia akan keluar dari sana secepatnya, percayalah.”
Pernyataan ini menegaskan kembali niat Trump yang sudah lama disinyalir memiliki keinginan untuk mengganti Powell, meskipun status Gubernur The Fed berada di luar jangkauan pemecatan presiden secara langsung tanpa melalui proses formal.
2. Dampak Kebijakan Tarif dan Tanggapan The Fed
Jerome Powell sebelumnya memberikan penilaian bahwa kebijakan tarif yang agresif dari pemerintahan Trump telah menimbulkan tekanan besar terhadap ekonomi AS. Menurutnya, kebijakan tersebut membawa perubahan struktural yang belum pernah terjadi dalam sejarah ekonomi modern, dan bahkan memaksa The Fed berhadapan dengan tantangan stagflasi — situasi ekonomi yang ditandai dengan inflasi tinggi, pertumbuhan lambat, dan meningkatnya pengangguran.
Powell menyebut kondisi ini menempatkan The Fed di medan kebijakan yang belum terpetakan sebelumnya, sehingga setiap langkah yang diambil harus diukur dengan sangat hati-hati. Pernyataan ini mencerminkan keprihatinan institusi moneter terhadap kebijakan fiskal dan perdagangan yang tidak selaras dengan tujuan stabilitas ekonomi jangka panjang.
3. Reaksi Pasar dan Kekhawatiran Investor
Kritik Trump terhadap Powell dan kebijakan The Fed menimbulkan respons dari para pelaku pasar dan investor. Beberapa analis mengkhawatirkan intervensi politik terhadap kebijakan moneter bisa memperburuk ketidakpastian. Ketika kepala negara terlalu campur tangan dalam urusan bank sentral yang seharusnya independen, maka kepercayaan pasar bisa terguncang.
Tak hanya dari otoritas moneter, kritik juga muncul dari tokoh-tokoh ternama dunia investasi seperti Ray Dalio. Pendiri Bridgewater Associates tersebut menyebut bahwa akibat kebijakan tarif, ekonomi AS mungkin sudah berada dalam kondisi resesi atau sangat dekat dengannya. Menurutnya, beban tarif yang tinggi menciptakan tekanan tambahan pada daya beli konsumen dan sektor manufaktur.
4. Arah Kebijakan Ekonomi AS di Masa Depan
Ketegangan antara Trump dan The Fed bisa menjadi sinyal arah kebijakan ekonomi AS jika Trump kembali menduduki kursi kepresidenan. Jika intervensi terhadap The Fed meningkat, maka independensi bank sentral sebagai pengendali suku bunga dan pengelola inflasi bisa terancam. Hal ini akan menjadi perhatian penting bagi para pelaku usaha dan investor global yang mengandalkan kestabilan kebijakan moneter Amerika Serikat sebagai acuan.
Dengan pemilihan umum yang semakin dekat, pernyataan-pernyataan seperti ini akan menjadi bagian dari strategi kampanye Trump. Namun, bagi pasar keuangan dan ekonomi makro, stabilitas dan independensi The Fed tetap menjadi prioritas utama untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang sehat.