Trump Dikritik karena Rencana Terima Hadiah Pesawat Mewah dari Qatar

13 May 2025 20:54 WIB
trump-mengonfirmasi-penundaan-itu-setelah-berbicara-dengan-para-pemimpin-meksiko-dan-kanada_169.jpeg

Kuatbaca - Langkah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam menerima tawaran pesawat mewah dari Qatar menuai kritik tajam dari sejumlah politisi dan pengamat politik di Negeri Paman Sam. Tawaran berupa pesawat Boeing 747-8 yang bernilai sekitar 400 juta dolar AS atau setara Rp 6,6 triliun itu rencananya akan digunakan sebagai pengganti Air Force One yang sudah berusia puluhan tahun. Namun, keputusan Trump tersebut dianggap melanggar prinsip etika dan berpotensi menimbulkan konflik kepentingan.

Tawaran Mewah dari Qatar Picu Polemik

Kabar mengenai tawaran pesawat mewah dari Qatar ini muncul di tengah keluhan Trump yang kerap menyoroti penundaan dan pembengkakan biaya kontrak Boeing untuk pengadaan dua pesawat baru Air Force One. Pesawat Air Force One yang digunakan saat ini memang telah beroperasi sejak tahun 1990-an, sehingga modernisasi armada dianggap perlu oleh pemerintah AS.

Meski demikian, tawaran dari Qatar tersebut memicu polemik. Trump mengklaim bahwa tawaran itu adalah "hadiah gratis" yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) untuk menggantikan Air Force One sementara waktu. Trump juga menegaskan bahwa proses tersebut sepenuhnya transparan dan tidak melibatkan kepentingan tersembunyi.

Ketika berbicara di Gedung Putih, Trump dengan tegas menyatakan bahwa menolak hadiah tersebut adalah tindakan yang "bodoh." Baginya, kesempatan untuk mendapatkan pesawat modern tanpa biaya adalah langkah yang luar biasa dan bermanfaat bagi pemerintah AS.

Kritik dari Politisi Partai Demokrat

Tidak semua pihak sepakat dengan langkah Trump. Kalangan politisi dari Partai Demokrat secara terbuka mengkritik rencana penerimaan hadiah tersebut. Mereka menilai, keputusan Trump berpotensi membuka celah konflik kepentingan dan mengundang pengaruh asing dalam pemerintahan.

Empat anggota Komisi Hubungan Luar Negeri di Senat AS, termasuk Senator Cory Booker dan Senator Chris Murphy, menyuarakan kekhawatiran mereka secara tegas. Dalam pernyataan bersama, mereka menilai bahwa hadiah senilai 400 juta dolar AS dari pemerintah asing berpotensi memengaruhi keputusan politik dan merusak kepercayaan publik terhadap independensi pemerintah AS.

Senator Chris Murphy bahkan menyebut tindakan Trump sebagai "korupsi tingkat nuklir," sebuah sindiran tajam yang menunjukkan bahwa penerimaan hadiah dari Qatar dapat mengancam prinsip-prinsip demokrasi dan keamanan nasional Amerika Serikat.

Qatar Klarifikasi Status Hadiah

Menanggapi berbagai kritik, pihak Qatar melalui Atase Media di Kedutaan Besar Qatar di Washington DC, Ali Al-Ansari, menegaskan bahwa tawaran pesawat Boeing 747-8 tersebut bukanlah "hadiah" dalam arti sebenarnya, melainkan sebuah "transfer pesawat untuk penggunaan sementara." Qatar menyebut bahwa langkah ini masih dalam tahap pertimbangan antara Kementerian Pertahanan Qatar dan Departemen Pertahanan AS.

Menurut Al-Ansari, transfer pesawat ini dimaksudkan sebagai dukungan sementara untuk menggantikan armada Air Force One yang sudah menua, sambil menunggu rampungnya pengadaan dua pesawat baru oleh Boeing. Pernyataan ini seolah ingin meredam kritik bahwa pemberian pesawat tersebut bertujuan untuk memengaruhi keputusan politik AS.

Meski mendapat kritik bertubi-tubi, Trump tetap bersikeras bahwa tawaran pesawat dari Qatar adalah bentuk dukungan yang tidak perlu ditolak. Ia mengungkapkan bahwa pesawat tersebut rencananya akan disumbangkan ke perpustakaan kepresidenannya setelah tidak lagi digunakan sebagai armada kepresidenan. Trump bahkan membandingkannya dengan perpustakaan kepresidenan Ronald Reagan yang juga memajang bekas Air Force One sebagai simbol sejarah.

Dalam kesempatan yang sama, Trump juga tampak geram ketika ditanya oleh wartawan apakah pesawat tersebut akan digunakan untuk keperluan pribadi setelah ia tidak lagi menjabat. "Anda seharusnya malu menanyakan pertanyaan itu," ujar Trump dengan nada marah. Ia menegaskan bahwa pesawat tersebut adalah milik pemerintah dan akan digunakan sesuai prosedur yang ditetapkan.

Kasus penerimaan hadiah pesawat dari Qatar ini menambah daftar panjang kontroversi yang melibatkan Donald Trump sepanjang karier politiknya. Di satu sisi, ia mengklaim bahwa langkah ini adalah upaya untuk menghemat anggaran pemerintah, sementara di sisi lain, banyak pihak menilai bahwa keputusan tersebut melanggar prinsip etika pemerintahan dan berpotensi mengundang pengaruh asing.

Kritik dari kalangan politisi, terutama dari Partai Demokrat, mencerminkan ketidakpercayaan terhadap Trump yang dinilai kerap kali tidak memisahkan urusan pribadi dan jabatan publik. Dengan pertimbangan nilai hadiah yang sangat besar dan potensi konflik kepentingan yang muncul, kasus ini bisa menjadi bahan perdebatan panjang di Senat AS.

Apakah menurut Anda, menerima hadiah berupa pesawat mewah dari pemerintah asing layak dilakukan oleh seorang Presiden, atau justru menjadi ancaman bagi independensi politik?

internasional

Fenomena Terkini






Trending