Kuatbaca.com - Ketegangan di kawasan Teluk memanas setelah serangan rudal Iran ke pangkalan udara Amerika Serikat (AS) di Qatar. Menyikapi insiden serius ini, para menteri luar negeri negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) segera menggelar Pertemuan Luar Biasa ke-49 di Doha, Qatar, pada Selasa (24/6/2025), untuk membahas dampak geopolitik dan strategi keamanan kawasan.
1. GCC Bahas Respons Bersama Terhadap Serangan Iran
Sekretaris Jenderal GCC, Jasem Mohamed Albudaiwi, menyampaikan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk membahas perkembangan terbaru pasca-serangan Iran ke Qatar, khususnya yang menargetkan pangkalan militer al-Udeid, fasilitas militer AS terbesar di kawasan Timur Tengah. Pernyataan resmi GCC diunggah melalui akun media sosial X (sebelumnya Twitter).
Albudaiwi menegaskan bahwa pertemuan ini merupakan bentuk solidaritas penuh negara-negara Teluk terhadap Qatar. Ia menyebut bahwa keamanan dan stabilitas Qatar adalah bagian tak terpisahkan dari stabilitas regional GCC yang meliputi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Qatar.
Pertemuan ini juga menjadi sinyal bahwa GCC akan memperkuat koordinasi militer dan diplomatik di tengah eskalasi konflik antara Iran dan sekutu-sekutunya, terutama setelah serangan udara balasan dari Amerika terhadap situs nuklir Iran pada Minggu (22/6) dini hari.
2. Qatar Cegat Rudal Iran, Pangkalan AS Jadi Sasaran Balas Dendam
Iran diketahui meluncurkan serangan rudal pada Senin (23/6) malam, menargetkan pangkalan udara al-Udeid yang terletak sekitar 32 kilometer dari pusat kota Doha. Serangan ini dilakukan sebagai pembalasan atas serangan udara AS ke fasilitas nuklir Iran, yang dilakukan menggunakan pesawat pengebom B-2.
Meski demikian, pihak berwenang Qatar menyatakan bahwa rudal-rudal Iran berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara negaranya. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, dan kerusakan dilaporkan minimal. Sumber militer mengonfirmasi bahwa pangkalan sebagian besar telah kosong, karena pesawat-pesawat tempur AS sudah dipindahkan lebih awal.
Fasilitas al-Udeid telah lama menjadi titik strategis militer AS di kawasan Teluk, berfungsi sebagai pusat logistik, operasi intelijen, dan kontrol misi udara di seluruh Timur Tengah. Serangan terhadap pangkalan ini memicu reaksi keras dari negara-negara Arab dan sekutu Barat.
3. Trump: Iran Sudah Beri Peringatan Sebelum Serang
Presiden AS Donald Trump menyebut serangan rudal Iran sebagai “respons yang sangat lemah”, dan mengklaim bahwa Iran telah memberikan pemberitahuan awal sebelum peluncuran rudal. Hal ini menurutnya memungkinkan militer AS untuk bersiap dan menghindari jatuhnya korban jiwa.
Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menulis, “Saya ingin berterima kasih kepada Iran karena telah memberikan pemberitahuan awal pada kami, yang memungkinkan tidak ada nyawa yang hilang.” Ia juga menambahkan bahwa serangan itu telah diantisipasi dan “dilawan secara efektif.”
Komentar Trump tersebut menuai pro-kontra. Di satu sisi dianggap menenangkan situasi, namun di sisi lain dipandang sebagai taktik diplomatik untuk meredam tekanan global atas keputusan serangan awal AS terhadap situs nuklir Iran.
4. Negara-Negara Arab Kutuk Aksi Militer Iran
Sejumlah negara Arab, termasuk Arab Saudi, UEA, dan Bahrain, mengutuk keras serangan rudal Iran ke Qatar. Mereka menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan dan stabilitas kawasan Teluk. Seruan agar Iran menahan diri dan menghentikan tindakan militer provokatif terus digaungkan.
Selain itu, negara-negara GCC menyuarakan kekhawatiran bahwa konflik ini bisa meluas dan mengancam keselamatan warga sipil, termasuk para pekerja migran yang berada di wilayah pangkalan militer AS.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB disebut tengah mengkaji kemungkinan menggelar sidang darurat untuk menanggapi eskalasi ini, mengingat potensi besar konflik yang bisa meluas hingga ke kawasan Levant dan Asia Tengah.
5. Stabilitas Kawasan Teluk di Ujung Tanduk
Dengan meningkatnya serangan balasan dan semakin banyak negara yang terlibat secara tidak langsung, stabilitas kawasan Teluk kini berada dalam posisi paling rentan dalam satu dekade terakhir. Pertemuan GCC di Doha diharapkan bisa menghasilkan langkah konkret untuk mencegah konflik meluas dan menekan Iran agar kembali ke meja diplomasi.
Para pengamat menilai bahwa ke depan, GCC perlu memperkuat kerjasama pertahanan kolektif dan intelijen regional, mengingat ancaman tidak hanya berasal dari negara, tetapi juga aktor non-negara yang bisa memanfaatkan kekacauan geopolitik.