Serangan Drone Rusia di Ukraina Tewaskan Lima Orang, Termasuk Bayi Satu Tahun

5 June 2025 21:20 WIB
detik-detik-ledakan-mengguncang-kyiv-saat-rusia-lancarkan-serangan-udara-1748075080865_169.jpeg

Kuatbaca.com - Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali menelan korban jiwa. Kali ini, serangan drone Rusia menghantam wilayah utara Ukraina dan mengakibatkan kematian lima warga sipil, termasuk seorang bayi berusia satu tahun. Insiden tragis ini menambah panjang daftar korban akibat konflik bersenjata yang telah berlangsung sejak 2022.

Serangan mematikan tersebut terjadi di kota Pryluky, wilayah administratif Chernigiv. Otoritas setempat mengonfirmasi bahwa lima orang ditemukan meninggal dunia di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat ledakan. Dua di antaranya adalah perempuan dewasa dan satu lagi seorang balita yang belum genap berusia dua tahun.

1. Dampak Serangan: Rumah Hancur dan Enam Orang Luka-luka

Gubernur wilayah Chernigiv, Vyacheslav Chaus, dalam pernyataan melalui media sosial Telegram mengatakan bahwa ledakan yang terjadi menghancurkan rumah-rumah penduduk di daerah permukiman padat. Ia juga mengungkapkan bahwa enam orang lainnya mengalami luka-luka dan telah dilarikan ke rumah sakit setempat untuk mendapatkan perawatan intensif.

Serangan ini menjadi sorotan internasional karena menargetkan wilayah sipil yang tidak memiliki nilai strategis militer. Masyarakat internasional pun kembali menyerukan pentingnya perlindungan terhadap warga sipil dalam konflik bersenjata.

Seiring berjalannya waktu, konflik Rusia-Ukraina semakin tidak mengenal batas. Baik dalam skala serangan maupun pilihan target, perang ini memperlihatkan kerusakan infrastruktur sipil yang signifikan serta menambah penderitaan masyarakat yang tak berdosa.

2. Serangan Balasan Ukraina: Hancurkan Pangkalan Udara Rusia

Tak tinggal diam, Ukraina juga meluncurkan serangan balasan dalam beberapa hari terakhir. Serangan drone militer Ukraina berhasil menyasar pangkalan udara Rusia dan menghancurkan sejumlah pesawat pengebom strategis milik Rusia yang disebut-sebut memiliki kapabilitas nuklir.

Nilai kerugian Rusia akibat serangan tersebut ditaksir mencapai miliaran dolar AS. Keberhasilan Ukraina ini memicu respons keras dari Presiden Rusia Vladimir Putin, yang secara tegas menyatakan bahwa Rusia akan membalas tindakan tersebut.

Putin juga kembali menunjukkan sikap menolak kemungkinan gencatan senjata atau perundingan damai dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Situasi ini menandakan bahwa konflik masih akan terus bereskalasi dalam waktu dekat.

3. Krisis Kemanusiaan Memburuk: Listrik dan Air Terputus di Kherson

Sementara itu, pada malam sebelumnya, wilayah Kherson yang sebagian besar kini dikuasai Rusia juga mengalami serangan yang menyebabkan gardu induk listrik Novotroitskoye kehilangan daya. Akibatnya, lebih dari 120.000 warga di wilayah tersebut tidak mendapatkan akses terhadap listrik dan air bersih.

Gubernur wilayah Kherson versi Rusia, Vladimir Saldo, melaporkan bahwa serangan ini menyebabkan gangguan besar terhadap kehidupan masyarakat sipil, terutama anak-anak dan kelompok rentan. Situasi di lapangan terus memburuk dengan berkurangnya pasokan logistik dan akses ke layanan kesehatan.

Dengan kondisi infrastruktur yang hancur dan krisis kemanusiaan yang semakin meluas, baik Rusia maupun Ukraina menghadapi tantangan besar dalam memastikan keselamatan warganya.

4. Eskalasi Konflik: Harapan Perdamaian Makin Jauh

Konflik yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Sejak invasi Rusia pada Februari 2022, ribuan nyawa melayang dan jutaan warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan ke negara lain.

Pihak Ukraina menegaskan bahwa mereka tidak akan mundur dalam mempertahankan wilayah kedaulatannya. Di sisi lain, Rusia tampaknya terus mengejar target strategis dengan segala cara, termasuk meluncurkan serangan drone ke wilayah sipil.

Dengan semakin intensnya pertempuran dan belum adanya kesepakatan damai, masyarakat internasional khawatir bahwa konflik ini dapat berkembang menjadi perang yang lebih besar dan meluas ke negara-negara tetangga.

Tragedi di kota Pryluky menjadi pengingat pilu bahwa konflik bersenjata selalu menyisakan luka terdalam bagi warga sipil. Ketika diplomasi gagal dan kekerasan dijadikan pilihan utama, maka yang paling menderita adalah mereka yang tidak bersalah—anak-anak, perempuan, dan warga biasa yang hanya ingin hidup damai.

internasional

Fenomena Terkini






Trending