Rudal Sejjil Iran: “Batu Terbakar” yang Menggetarkan Pertahanan Israel

Kuatbaca - Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak setelah Iran meluncurkan salah satu rudal andalannya ke arah wilayah Israel. Rudal yang diberi nama Sejjil, yang dalam bahasa Arab berarti “batu dari tanah yang terbakar”, kini menjadi sorotan dunia karena untuk pertama kalinya digunakan dalam konfrontasi langsung melawan negara Yahudi tersebut. Peluncuran rudal ini bukan hanya menjadi momen simbolis, tapi juga menunjukkan eskalasi serius dalam konflik antara dua kekuatan regional tersebut.
Rudal yang Mengubah Permainan
Rudal Sejjil bukan rudal biasa. Dirancang oleh ilmuwan militer Iran dalam dekade terakhir, Sejjil merupakan rudal balistik jarak menengah berbahan bakar padat dua tahap. Ini merupakan terobosan besar dalam teknologi rudal Iran karena berbeda dari rudal berbahan bakar cair yang lebih konvensional, rudal berbahan bakar padat dapat diluncurkan lebih cepat dan dengan pergerakan yang lebih fleksibel.
Dengan jangkauan sejauh 2.000 kilometer, Sejjil mampu menghantam sasaran di seluruh Israel dan bahkan menjangkau sebagian kawasan Eropa Tenggara. Ini memberikan Iran posisi strategis yang sangat menguntungkan dalam skenario konflik regional, karena mampu meluncurkan serangan jarak jauh tanpa perlu menggeser peluncur rudalnya terlalu dekat dengan garis depan.
Karakteristik Teknis dan Keunggulan Taktis
Secara fisik, Sejjil memiliki panjang sekitar 18 meter dan diameter 1,25 meter. Ia sanggup mengangkut hulu ledak seberat 700 kilogram, sementara total berat saat peluncuran mencapai lebih dari 23 ton. Kemampuan ini menempatkannya di kategori rudal dengan daya ledak besar, cukup untuk melumpuhkan instalasi militer strategis jika mengenai target secara langsung.
Kelebihan utama dari rudal ini terletak pada kemampuan manuver dan desain yang mengutamakan penghindaran dari sistem pertahanan udara. Sejjil dikembangkan dengan teknologi siluman yang menyulitkan radar musuh untuk mendeteksi lintasannya. Ini membuatnya menjadi ancaman nyata bagi sistem seperti Iron Dome atau Arrow milik Israel yang selama ini dikenal cukup andal dalam mencegat proyektil jarak menengah.
Simbol Keagamaan dan Psikologis dalam Nama Rudal
Nama "Sejjil" bukan dipilih sembarangan. Ia diambil dari kisah dalam Surat Al-Fil dalam Al-Qur’an, yang menceritakan bagaimana pasukan bergajah Raja Abrahah dihancurkan oleh batu yang dibawa burung-burung dari langit. Dalam konteks militer, nama ini dipakai Iran untuk menanamkan pesan simbolik bahwa musuh yang lebih besar dan kuat pun bisa dihancurkan dengan kekuatan yang tepat di waktu yang tepat.
Pesan ini tak hanya menyasar lawan di medan perang, tetapi juga ditujukan ke publik dan pendukung mereka di kawasan. Sejjil bukan hanya alat tempur, tetapi juga alat propaganda yang kuat—membawa dimensi spiritual ke dalam strategi militer modern.
Serangan Sejjil dilaporkan sebagai bagian dari gelombang serangan ke-12 dalam rangkaian operasi militer yang diklaim Iran sebagai Operasi True Promise 3. Meski militer Israel menyatakan bahwa rudal berhasil dicegat, serpihannya sempat menyebabkan kerusakan pada sejumlah kendaraan sipil. Namun, dari perspektif Iran, peluncuran rudal ini sudah merupakan kesuksesan tersendiri dalam unjuk kekuatan.
Israel pun harus memutar otak lebih dalam dalam merancang strategi pertahanan. Jika sebelumnya sistem pertahanan udara cukup tangguh menangkis ancaman roket konvensional, maka Sejjil dengan teknologi baru dan kemampuan silumannya bisa menjadi ujian berat bagi sistem pertahanan mana pun.
Penggunaan rudal Sejjil menandai babak baru dalam dinamika konflik Iran-Israel. Dengan Iran kini menunjukkan kesediaannya untuk menggunakan teknologi militer canggih dalam konfrontasi terbuka, kawasan Timur Tengah dipastikan akan memasuki periode ketegangan yang lebih intens. Negara-negara tetangga dan sekutu global dari kedua pihak tentu akan memantau dengan saksama setiap perkembangan.
Apakah ini akan memicu perlombaan senjata baru? Atau justru mendorong pihak internasional untuk lebih aktif dalam mediasi perdamaian? Yang pasti, kehadiran Sejjil di medan konflik membawa dimensi baru dalam konflik geopolitik kawasan—dimensi yang tidak hanya berwujud ledakan, tetapi juga pesan kuat tentang ambisi, teknologi, dan simbolisme.