Robin Zeng "Serang" Elon Musk dalam Debat Baterai: Musk Kehabisan Kata-kata

Kuatbaca.com - Robin Zeng, pendiri dan chairman Contemporary Amperex Technology (CATL), perusahaan pembuat baterai mobil elektrik terbesar di dunia, mengkritik keras Elon Musk terkait teknologi baterai yang digadang-gadang Tesla. Dalam sebuah debat sengit di China pada April lalu, Zeng menuding Musk tidak benar-benar memahami cara membuat baterai dengan baik.
1. Debat Panas: Kritik Langsung dari Zeng
Dalam wawancara yang dikutip dari Reuters, Zeng menyebut bahwa baterai sel silinder 4680 yang dipromosikan Tesla berisiko besar gagal. Ia bahkan menyatakan bahwa Musk tidak memiliki pemahaman yang cukup dalam teknologi baterai.
"Kami berdebat keras, dan saya menunjukkan padanya. Dia hanya diam. Dia tidak tahu cara membuat baterai," ujar Zeng.
Teknologi baterai tabless 4680 yang dikembangkan Tesla digadang-gadang memiliki kapasitas daya lima kali lebih besar dan efisiensi produksi yang tinggi. Saat ini, sel 4680 digunakan di beberapa mobil Tesla, termasuk Cybertruck, dengan Tesla mengklaim telah memproduksi lebih dari 100 juta sel baterai ini.
Namun, laporan menyebutkan bahwa Tesla masih menghadapi kendala besar dalam menekan biaya dan menyelesaikan masalah teknis terkait teknologi ini. Musk bahkan memberi tenggat waktu hingga akhir 2024 untuk timnya.
2. Baterai CATL vs Tesla: Dua Pendekatan Berbeda
CATL, sebagai pemimpin pasar baterai kendaraan listrik, menggunakan teknologi baterai lithium iron phosphate (LFP) yang dipakai di berbagai kendaraan listrik, termasuk:
- Tesla yang diproduksi di China.
- Mobil Ford seperti Mustang Mach-E dan F-150 Lightning di Amerika Utara.
LFP dikenal lebih terjangkau dan memiliki siklus pengisian ulang yang lebih panjang, tetapi densitas energinya lebih rendah dibandingkan baterai Tesla, yang mengandalkan sel silinder seperti 4680. Hal ini membuat mobil berbasis LFP memiliki jarak tempuh yang lebih pendek.
3. Musk: "Penuh Janji yang Berlebihan"
Zeng tidak hanya mengkritik kemampuan Musk dalam hal baterai, tetapi juga mengomentari kebiasaan Musk yang sering mengumbar janji besar terkait teknologi. Salah satu contohnya adalah teknologi Full Self Driving (FSD) dari Tesla.
“Mungkin sebenarnya butuh lima tahun untuk mengembangkannya, tetapi dia bilang dua tahun. Saya langsung bertanya mengapa dia melakukan itu. Dia menyebut ingin mendorong timnya,” kata Zeng.
Musk dikenal karena ambisinya yang besar, namun sering kali tenggat waktu yang dijanjikan tidak realistis. Janji-janji tersebut kerap menjadi sorotan, baik dari segi inovasi maupun keterlambatan implementasi.
4. Pengakuan Zeng terhadap Musk
Meski mengkritik, Zeng mengakui keunggulan Musk dalam memahami chip, perangkat lunak, perangkat keras, dan mekanika. Hal ini membuat Musk tetap menjadi inovator yang disegani di dunia teknologi.
Namun, Zeng menilai bahwa keunggulan Musk dalam bidang-bidang tersebut tidak selalu sejalan dengan keberhasilan di teknologi baterai. Kritik ini menjadi peringatan bahwa keunggulan di satu bidang tidak selalu menjamin keberhasilan di bidang lain.
5. Persaingan Panas di Dunia Baterai
Kompetisi antara CATL dan Tesla mencerminkan persaingan ketat di industri kendaraan listrik global. CATL, dengan pendekatan LFP yang lebih ekonomis, terus mendominasi pasar, sementara Tesla, dengan teknologi sel 4680 yang inovatif, mencoba mempertahankan posisinya sebagai pemimpin inovasi.
Namun, kritik dari Zeng menunjukkan bahwa perjalanan Tesla untuk menguasai pasar baterai masih menghadapi tantangan besar.
Debat antara Robin Zeng dan Elon Musk menyoroti tantangan besar dalam inovasi teknologi baterai kendaraan listrik. Meskipun Musk adalah seorang inovator visioner, kritik dari Zeng menunjukkan bahwa ambisi besar Tesla masih memerlukan banyak penyempurnaan, terutama dalam hal efisiensi dan biaya.
Persaingan antara CATL dan Tesla menjadi bukti bahwa industri kendaraan listrik terus berkembang pesat, dengan pendekatan berbeda yang saling bersaing untuk mendefinisikan masa depan mobilitas global.