top ads
Home / Internasional / Pemerintah Australia Batalkan Permohonan Penerbangan Tambahan dari Qatar Airways

Internasional

  • 8

Pemerintah Australia Batalkan Permohonan Penerbangan Tambahan dari Qatar Airways

Pemerintah Australia Batalkan Permohonan Penerbangan Tambahan dari Qatar Airways
  • September 18, 2023

KuatBaca.com - Pengajuan penerbangan tambahan oleh Qatar Airways kepada pemerintah Australia mendapat respons negatif. Maskapai dengan basis di Doha ini merasa diperlakukan tidak adil dengan penolakan tersebut.


1. Maskapai Membatasi Operasionalnya


Sebagai maskapai yang telah memberikan dukungan besar bagi Australia selama masa pandemi, Qatar Airways menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan ini.


Di tengah situasi ketika banyak maskapai membatasi operasionalnya, termasuk maskapai nasional Australia, Qatar Airways tetap berkomitmen menyediakan layanan. Salah satu bukti dukungan Qatar Airways adalah penyediaan pasokan medis dan suku cadang bagi Australia.


Akbar Al Baker, CEO Qatar Airways, menyatakan, "Selama periode sulit ini, kami berkomitmen untuk mendukung masyarakat Australia. Saat maskapai lain memutuskan untuk berhenti beroperasi, kami tetap konsisten memberikan pelayanan kepada publik Australia."


Di masa puncak pandemi, ketika sebagian besar penerbangan internasional dibatalkan, Qatar Airways meneruskan penerbangan ke Australia, meski dengan kapasitas yang sangat terbatas, yakni hanya 20 orang setiap penerbangannya.


Permohonan tambahan oleh Qatar Airways sebenarnya mencakup 21 penerbangan ke bandara-bandara utama Australia seperti Sydney, Melbourne, dan Brisbane. Namun, permintaan ini mendapat penolakan dari Menteri Transportasi Australia, Catherine King, dengan alasan tidak ada kepentingan yang sesuai bagi Australia.


2. Penolakan Sepenuhnya Permintaan Penerbangan


Penolakan ini mendapat respons dari Wakil Perdana Menteri Australia, Richard Marles, yang menyatakan dirinya tidak diajak berpartisipasi dalam diskusi sebelum keputusan tersebut diambil.


Menariknya, latar belakang penolakan ini tidak sepenuhnya terkait dengan permintaan penerbangan itu sendiri. Menurut Catherine King, keputusannya berkaitan dengan insiden yang terjadi di Bandara Internasional Hamad Doha, Qatar. Pada Oktober 2020, sejumlah penumpang perempuan Australia menjalani pemeriksaan internal yang kontroversial setelah seorang bayi ditemukan terlantar di bandara tersebut.


Keputusan Menteri Transportasi mendapat sorotan dari berbagai pihak, termasuk dari mantan kepala eksekutif Qantas, Alan Joyce. Menurut Joyce, dengan memberikan kapasitas tambahan kepada Qatar Airways, pasar penerbangan domestik Australia bisa terdistorsi.


Polemik ini semakin rumit dengan laporan bahwa Qantas, maskapai domestik Australia yang menguasai hampir 60% pasar, dituding menjual hampir 8.000 tiket untuk penerbangan yang telah dibatalkan. Kontroversi-kontroversi terbaru inilah yang disebut-sebut sebagai pemicu mundurnya Alan Joyce dari posisinya sebagai kepala eksekutif Qantas.


Kejadian ini mengingatkan kita tentang betapa pentingnya transparansi dan komunikasi antara maskapai penerbangan dan pemerintah, terutama dalam situasi krisis seperti pandemi yang sedang berlangsung.(*)

side ads
side ads