Kuatbaca - Pada awal Mei 2025, untuk pertama kalinya sejak terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik, Paus Leo XIV mengadakan percakapan telepon dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Percakapan ini menandai momen bersejarah, mengingat ini adalah komunikasi internasional pertama yang dilakukan oleh Paus Leo XIV dengan seorang kepala negara setelah dia dilantik. Selain sebagai simbol penting, percakapan ini membawa nuansa yang penuh harapan bagi rakyat Ukraina, yang tengah menghadapi situasi sulit akibat perang berkepanjangan dengan Rusia.
Menurut informasi yang beredar, percakapan antara Paus dan Presiden Zelensky berlangsung dengan penuh kehangatan dan substansi. Keduanya membahas sejumlah isu kemanusiaan yang krusial, khususnya terkait pemulangan anak-anak Ukraina yang telah dideportasi ke Rusia. Zelensky memanfaatkan kesempatan ini untuk mengundang Paus Leo XIV berkunjung ke Ukraina, berharap bahwa kedatangan Paus akan memberikan dukungan moral yang besar bagi negara yang tengah dilanda konflik ini.
Salah satu topik utama dalam percakapan tersebut adalah soal pemulangan anak-anak Ukraina yang menurut data dari Kiev telah dideportasi oleh Rusia sejak dimulainya invasi. Zelensky menekankan pentingnya upaya internasional untuk mengembalikan mereka ke tanah air mereka, yang merupakan salah satu masalah kemanusiaan terbesar yang muncul akibat perang. Paus Leo XIV, yang dikenal dengan komitmennya terhadap isu-isu kemanusiaan, menyatakan bahwa Tahta Suci akan terus mendukung segala upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Zelensky juga menyebutkan bahwa kedatangan Paus ke Ukraina dapat memberikan harapan yang sangat berarti, baik untuk umat beriman di Ukraina maupun untuk seluruh rakyat Ukraina yang sedang berjuang untuk mengakhiri perang. Ia menekankan bahwa perdamaian yang adil dan berkelanjutan adalah tujuan bersama yang harus dicapai, dan bahwa kunjungan Paus dapat memberikan semangat baru dalam upaya tersebut.
Dalam perbincangan dengan Paus Leo XIV, Presiden Zelensky juga menyampaikan inisiatif terbaru yang diluncurkan oleh Ukraina bersama dengan negara-negara Barat. Inisiatif ini mengusulkan gencatan senjata penuh dan tanpa syarat selama minimal 30 hari, dengan harapan dapat mengurangi eskalasi konflik dan menciptakan ruang untuk negosiasi. Zelensky menegaskan bahwa Ukraina siap melakukan segala upaya untuk mengakhiri perang, namun sekarang giliran Rusia yang harus mengambil langkah untuk menyetujui gencatan senjata tersebut.
Namun, respons dari Rusia sangat berbeda. Moskow menanggapi tuntutan tersebut dengan penolakan keras, bahkan mengabaikan ancaman sanksi baru dari negara-negara Barat yang akan diberlakukan jika Rusia tidak setuju dengan gencatan senjata. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tekanan internasional semakin besar, Rusia tetap teguh dengan kebijakan militernya.
Di tengah perang yang semakin memanas, terpilihnya Paus Leo XIV disambut dengan harapan besar di Ukraina. Berbeda dengan Paus Fransiskus yang pada tahun 2024 sempat membuat pernyataan kontroversial mengenai kemungkinan kapitulasi Kyiv, Paus Leo XIV dianggap lebih tegas dalam sikapnya terhadap Rusia. Harapan ini semakin menguat setelah sejumlah pernyataan dari Kardinal Robert Prevost, yang kini menjadi Paus Leo XIV, yang menyebut perang Rusia sebagai "perang imperialistik." Hal ini memberikan angin segar bagi warga Ukraina, yang merasa bahwa mereka mendapatkan dukungan yang lebih kuat dari Vatikan.
Uskup Agung Besar Gereja Katolik Yunani Ukraina, Sviatoslav Shevchuk, juga mengungkapkan rasa optimisnya terhadap Paus Leo XIV. Dalam pesan videonya, Shevchuk memuji Paus sebagai "Paus perdamaian sejati," yang memiliki komitmen untuk menanggapi krisis kemanusiaan dengan lebih tegas. Hal ini menambah keyakinan di Ukraina bahwa Paus Leo XIV akan menjadi sosok yang lebih aktif dalam mengadvokasi perdamaian dan mengangkat isu-isu kemanusiaan terkait konflik dengan Rusia.
Kehadiran Paus Leo XIV di kancah internasional dapat memberikan pengaruh signifikan dalam mempengaruhi arah perundingan dan diplomasi internasional. Di tengah ketegangan yang terus meningkat antara Rusia dan negara-negara Barat, Paus yang dikenal memiliki suara moral yang kuat bisa menjadi jembatan untuk dialog yang lebih konstruktif. Dengan segala pengaruhnya, Paus Leo XIV dapat mendorong tercapainya perdamaian yang adil, mengingat peran besar yang dimiliki Vatikan dalam upaya-upaya kemanusiaan dan perdamaian dunia.
Bagi banyak warga Ukraina, Paus bukan hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga simbol harapan dalam masa-masa kelam. Kunjungan Paus ke Ukraina dapat mempererat hubungan antara Gereja Katolik dan rakyat Ukraina, sekaligus memberikan pesan kuat bahwa dunia internasional tidak melupakan penderitaan mereka. Saat dunia melihat situasi ini dengan penuh perhatian, harapan untuk kedamaian yang lebih stabil di masa depan semakin kuat, dan Paus Leo XIV mungkin akan menjadi sosok kunci dalam memfasilitasi perubahan tersebut.
Percakapan antara Presiden Zelensky dan Paus Leo XIV menunjukkan bahwa ada harapan baru di tengah perang yang masih berlangsung. Dengan dukungan yang semakin kuat dari pemimpin agama seperti Paus, Ukraina memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan perhatian dunia terhadap nasibnya, serta memperjuangkan perdamaian yang sejati. Dalam situasi yang semakin rumit ini, tindakan Paus Leo XIV dapat menjadi titik terang bagi Ukraina, memberi mereka kekuatan moral yang sangat dibutuhkan untuk terus berjuang demi masa depan yang lebih baik.