Meredanya Ketegangan Israel-Iran Buat Harga Minyak Dunia Terkoreksi Turun

27 June 2025 21:32 WIB
emas-minyak-membara-usai-israel-serang-iran-1749816526884_169.jpeg

Kuatbaca - Ketegangan geopolitik yang selama ini membayangi pasar energi global tampaknya mulai mereda. Isyarat gencatan senjata antara dua negara kuat di kawasan Timur Tengah—Israel dan Iran—menghadirkan angin segar bagi pasar komoditas dunia, terutama minyak mentah. Harga minyak yang sebelumnya terus melonjak akibat kekhawatiran pasokan kini menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Damainya Timur Tengah, Pasar Bernapas Lega

Selama beberapa bulan terakhir, kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di kawasan Timur Tengah mendorong harga minyak mentah naik tajam. Wilayah ini dikenal sebagai pusat utama produksi dan distribusi minyak dunia, sehingga gejolak sekecil apa pun bisa mengguncang pasar secara global.

Namun, dalam beberapa hari terakhir, adanya kabar gencatan senjata antara Israel dan Iran disambut positif oleh para pelaku pasar. Meski belum diumumkan secara resmi sebagai perdamaian permanen, langkah ini cukup untuk membuat para analis memperkirakan bahwa risiko gangguan pasokan dari kawasan tersebut kini mengecil.

Harga Minyak Berangsur Stabil

Menjelang akhir pekan ini, harga minyak global mulai bergerak lebih stabil, bahkan cenderung mengalami penurunan. Minyak mentah Brent, yang menjadi patokan harga internasional, tercatat naik tipis menjadi sekitar US$ 68,07 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan tipis ke US$ 65,57 per barel. Namun tren ini dianggap sebagai koreksi ringan dari fluktuasi sebelumnya, bukan lonjakan signifikan.

Koreksi harga ini juga didorong oleh sinyal kuat dari pasar bahwa pasokan mulai kembali normal, seiring menurunnya kekhawatiran atas konflik yang lebih besar. Ditambah lagi dengan data peningkatan aktivitas kilang dan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat yang sedang menghadapi musim liburan musim panas, harga minyak tetap berada dalam rentang stabil.

Faktor Dolar AS dan Langkah The Fed

Selain faktor geopolitik, kondisi nilai tukar dolar Amerika Serikat juga ikut memengaruhi dinamika harga minyak. Nilai dolar yang cenderung melemah dalam beberapa hari terakhir, setelah munculnya rumor terkait perubahan pimpinan di Federal Reserve, turut mendorong sentimen positif terhadap pembelian minyak mentah oleh negara-negara pemegang mata uang lain.

Ketika dolar melemah, harga minyak menjadi lebih murah bagi negara-negara selain AS, yang pada akhirnya berkontribusi pada meningkatnya permintaan. Hal ini pun memberikan tekanan ke bawah terhadap harga minyak, menciptakan keseimbangan baru di pasar.

Pernyataan dari Perdana Menteri Israel, yang menyebut adanya peluang untuk menciptakan perdamaian pasca ketegangan dengan Iran, menjadi titik terang dalam upaya stabilisasi kawasan. Meskipun belum ada jaminan bahwa perdamaian ini akan berlangsung lama, harapan bahwa dialog bisa menggantikan konflik bersenjata memberi sinyal positif bagi stabilitas global, terutama di sektor energi.

Jika ketegangan benar-benar mereda, maka risiko lonjakan harga akibat gangguan suplai bisa ditekan. Ini menjadi peluang bagi negara-negara importir energi seperti Indonesia untuk sedikit bernapas lebih lega, setidaknya dalam jangka pendek.

Turunnya harga minyak biasanya berdampak luas terhadap berbagai sektor. Bagi negara-negara yang mengimpor minyak dalam jumlah besar, ini bisa mengurangi tekanan terhadap anggaran negara. Begitu juga bagi pelaku industri dan logistik, biaya operasional bisa sedikit ditekan. Bahkan di tingkat rumah tangga, potensi penurunan harga BBM bisa membantu menjaga daya beli masyarakat.

Namun, di sisi lain, negara-negara produsen minyak bisa menghadapi tantangan. Mereka harus menyeimbangkan antara stabilitas harga dan volume produksi untuk menjaga pendapatan nasional tetap terjaga.


Meskipun belum benar-benar tuntas, langkah gencatan senjata antara Israel dan Iran memberikan angin segar bagi pasar global, terutama sektor energi. Ke depan, harga minyak mungkin akan terus mengalami fluktuasi, tapi potensi gejolak besar seperti beberapa bulan terakhir tampaknya mulai surut.

Bagi para pengamat dan pelaku pasar, semua mata kini tertuju pada bagaimana dinamika diplomatik ini akan berkembang, dan apakah benar-benar akan membuka jalan menuju perdamaian permanen di Timur Tengah. Jika itu terjadi, dunia bukan hanya mendapat stabilitas politik, tapi juga ekonomi yang lebih terprediksi.

internasional

Fenomena Terkini






Trending