Langit Iran Masih Dilewati Pesawat Sipil Meski Konflik dengan Israel Memanas

Kuatbaca - Meski kawasan Timur Tengah sedang memanas akibat eskalasi konflik antara Iran dan Israel, tidak semua jalur udara tertutup total. Beberapa pesawat masih memilih untuk melintasi wilayah udara Iran, meskipun banyak maskapai lain mulai menghindari area tersebut demi alasan keselamatan.
Konflik Membara, Langit Masih Terbuka
Dalam beberapa hari terakhir, situasi geopolitik antara Iran dan Israel memanas tajam. Dimulai dari serangan udara Israel ke sejumlah lokasi strategis di Iran, konflik ini langsung dibalas oleh Teheran melalui rentetan rudal dan drone yang menghantam wilayah Israel. Kondisi ini membuat banyak maskapai penerbangan internasional menyesuaikan rute mereka, sebagian besar menghindari wilayah udara Iran yang kini dianggap rawan.
Namun, data dari pelacakan penerbangan global menunjukkan bahwa tidak semua pesawat memilih untuk menjauh. Masih ada jalur penerbangan yang tetap melintasi Iran, bahkan di saat negara tersebut sedang bersiap menghadapi kemungkinan gelombang serangan lanjutan.
Pesawat Mahan Air Tetap Terbang di Tengah Ketegangan
Salah satu penerbangan yang terekam masih melintasi langit Iran adalah pesawat milik Mahan Air, maskapai berbasis di Teheran. Pesawat jenis Airbus A340-600 dengan nomor penerbangan IRM050 terlihat lepas landas dari Bangkok, Thailand, dan menuju Teheran, Iran, pada Jumat (13/6). Jalurnya melintasi India dan Pakistan sebelum memasuki wilayah udara Iran.
Menariknya, meski tengah terjadi ketegangan tinggi, pesawat tersebut dapat memasuki wilayah udara Iran dan mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Teheran tanpa kendala yang berarti. Saat memasuki wilayah Iran sekitar pukul 22.00 waktu setempat, pesawat itu menjadi satu-satunya yang terekam aktif di langit negara tersebut, menandakan langkanya penerbangan yang berani melintas di kawasan konflik.
Penerbangan Kargo Ikut Melintasi Langit Iran
Selain Mahan Air, sebuah pesawat kargo dari Cargolux juga dilaporkan melintas di atas Iran beberapa hari setelahnya. Pesawat Boeing 747 dengan nomor penerbangan CLX9736 tercatat dalam perjalanan dari Zhengzhou, China, menuju Luxembourg. Penerbangan ini juga terlihat masuk wilayah Iran dari arah utara dan terus bergerak ke selatan tanpa hambatan yang berarti.
Kehadiran pesawat kargo di jalur udara Iran menunjukkan bahwa, meskipun dalam situasi perang, aktivitas penerbangan komersial belum sepenuhnya berhenti. Ini bisa jadi karena rute tersebut masih dianggap aman oleh beberapa operator, atau adanya kebutuhan logistik mendesak yang membuat maskapai tetap memilih jalur tersebut.
Melintas di atas wilayah konflik tentu bukan tanpa risiko. Meski belum ada insiden langsung terhadap penerbangan sipil, potensi bahaya tetap tinggi. Rudal, drone, hingga kemungkinan salah sasaran menjadi ancaman serius bagi setiap pesawat yang memilih jalur udara Iran. Itulah sebabnya sebagian besar maskapai internasional memilih untuk mengalihkan rute mereka, terutama setelah Israel menggempur lebih dari 200 target di Iran dalam satu malam.
Di sisi lain, Iran juga merespons dengan serangan rudal dan drone yang menyasar kawasan Israel. Rentetan serangan balasan itu menyebabkan puluhan korban jiwa di kedua belah pihak. Iran sendiri mencatatkan lebih dari 70 korban tewas akibat gempuran Israel, sementara Israel juga kehilangan warga akibat hantaman rudal dari Teheran.
Meski situasi di darat dan udara belum menunjukkan tanda-tanda mereda, aktivitas penerbangan sipil tetap berjalan, meski terbatas. Ini menunjukkan kompleksitas dari dinamika geopolitik dan transportasi udara. Bagi maskapai dalam negeri seperti Mahan Air, menjaga operasi tetap berjalan bisa menjadi simbol ketahanan dan upaya normalisasi di tengah krisis. Namun, bagi maskapai asing, pertimbangan keselamatan dan asuransi menjadi alasan utama untuk menghindari langit Iran.
Ke depan, situasi ini bisa berubah drastis tergantung dari eskalasi atau deeskalasi konflik. Otoritas penerbangan sipil internasional dan maskapai akan terus memantau perkembangan demi menjamin keselamatan penumpang dan kru di tengah ketidakpastian yang masih membayangi wilayah udara Timur Tengah.