Korea Utara Kecam Keras Serangan Amerika Serikat ke Iran, Tuduh Langgar Piagam PBB

23 June 2025 12:56 WIB
ilustrasi-bendera-korea-utara_169.jpeg

Kuatbaca.com - Ketegangan geopolitik kembali meningkat setelah serangan militer Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir milik Iran pada akhir pekan lalu. Merespons insiden tersebut, Korea Utara secara resmi mengeluarkan kecaman keras terhadap tindakan Washington. Pemerintah Pyongyang menilai serangan itu sebagai tindakan agresi yang melanggar hukum internasional dan prinsip kedaulatan yang dijunjung tinggi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam pernyataannya, Korea Utara menyebut serangan ini tidak hanya mengancam perdamaian regional di Timur Tengah, tetapi juga berpotensi memicu eskalasi konflik yang lebih luas.

Pernyataan ini menegaskan posisi Korea Utara sebagai negara yang menolak dominasi kekuatan militer asing dalam urusan internal negara lain, terutama yang berkaitan dengan program nuklir. Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat telah berlangsung lama, dan keterlibatan negara-negara besar seperti Israel turut memperumit dinamika kawasan.

1. Pyongyang Tuding Israel Sebagai Pemicu Konflik

Selain mengecam Amerika Serikat, Korea Utara juga menyoroti peran Israel dalam ketegangan di kawasan Timur Tengah. Menurut pemerintah Korut, langkah-langkah Israel yang dianggap agresif dan ekspansionis telah memprovokasi situasi yang memanas. Pyongyang bahkan menyebut tindakan Israel sebagai bentuk "keberanian sembrono" yang memicu ketidakstabilan regional.

Pandangan ini mencerminkan solidaritas politik antara Korea Utara dan Iran, dua negara yang selama ini berada di bawah tekanan keras dari AS dan sekutunya. Korea Utara menganggap bahwa dominasi sepihak dalam geopolitik internasional adalah ancaman bagi keseimbangan global dan memperburuk upaya diplomatik dalam penyelesaian konflik.

2. Serangan AS Terhadap Iran dan Dampaknya

Serangan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran dilaporkan menyebabkan kerusakan besar di sejumlah lokasi strategis. Meskipun AS menyatakan tidak berniat menggulingkan pemerintahan Teheran, langkah militer ini tetap memicu reaksi keras dari berbagai negara, termasuk Korea Utara. Presiden AS saat ini bahkan menyebut bahwa kerusakan yang terjadi merupakan bentuk "pemusnahan" terhadap program nuklir Iran, tanpa memberikan bukti visual pendukung seperti citra satelit.

Langkah militer sepihak ini menuai pertanyaan dari komunitas internasional tentang legalitas dan motif sebenarnya. Iran pun bersiap memberikan balasan, menciptakan ketegangan lanjutan yang bisa berdampak pada keamanan kawasan secara luas, termasuk jalur perdagangan minyak dunia yang strategis.

3. Posisi Strategis Korea Utara dalam Isu Nuklir

Sebagai negara yang juga memiliki program nuklir dan kekuatan militer signifikan, Korea Utara memiliki kepentingan besar dalam menjaga stabilitas tatanan internasional terhadap isu senjata pemusnah massal. Pyongyang dikenal memiliki puluhan hulu ledak nuklir dan sistem peluncuran yang siap siaga, serta terus memantau langkah-langkah AS di kawasan Asia dan Timur Tengah.

Kondisi Semenanjung Korea pun belum sepenuhnya damai. Korea Utara dan Korea Selatan masih secara teknis berada dalam status perang sejak konflik pada 1950–1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Dalam konteks ini, Pyongyang cenderung waspada terhadap kebijakan luar negeri Washington, terlebih yang berkaitan dengan nuklir.

4. Dunia Internasional Perlu Waspada dan Bertindak

Kecaman dari Korea Utara menunjukkan bahwa serangan militer terhadap Iran tidak bisa dianggap sebagai insiden lokal semata. Aksi sepihak seperti ini dapat mengundang reaksi berantai dari negara-negara lain, terutama mereka yang merasa terancam oleh kekuatan militer global. Komunitas internasional diharapkan bersikap bijak dan mendorong solusi damai melalui jalur diplomasi, bukan kekerasan.

Selain itu, PBB sebagai lembaga yang menaungi perdamaian dunia harus mengambil langkah tegas agar prinsip-prinsip yang tertuang dalam piagamnya tidak dilanggar. Jika tidak, kepercayaan terhadap institusi internasional akan terus terkikis dan dunia bisa kembali menuju era ketidakstabilan global yang lebih parah.

internasional

Fenomena Terkini






Trending