Ketika Dubai Hampir Menjadi Bagian dari India: Jejak Kolonial yang Terlupakan

Kuatbaca - Di balik kemewahan gedung pencakar langit dan jalanan mulus Dubai, tersimpan kisah sejarah yang nyaris terlupakan. Tidak banyak yang tahu bahwa pada satu titik dalam sejarah, kawasan Teluk—termasuk Dubai—hampir menjadi bagian dari India Britania. Sebuah fakta mengejutkan yang terlindas oleh riuh pembangunan modern dan hubungan diplomatik kontemporer.
Bayangan India di Tengah Gurun Pasir Arab
Pada pertengahan abad ke-20, jejak India di kawasan Teluk begitu kentara. Dari para pekerja hingga pejabat pemerintahan lokal, banyak yang berasal dari India atau dididik dalam tradisi kolonial India Britania. Bahkan dalam aspek sosial dan budaya, pengaruh India begitu kuat—dari bahasa sehari-hari, hingga pakaian militer, hingga makanan khas seperti kari yang menjadi menu rutin di pesta resmi.
Di negara-negara seperti Oman, Abu Dhabi, hingga Bahrain, sistem pemerintahan lokal banyak dipengaruhi oleh struktur kekaisaran India. Bahkan ada Sultan yang lebih lancar berbicara dalam bahasa Urdu ketimbang bahasa Arab, memperlihatkan betapa dominannya budaya dan administrasi India saat itu.
Teluk dalam Genggaman India Britania
Selama hampir satu abad, wilayah-wilayah di pesisir Arab secara administratif dikelola sebagai bagian dari Kekaisaran India Britania. Kawasan yang membentang dari Aden hingga Kuwait diperintah dari Delhi, diawasi oleh Dinas Politik India, dan pasukannya pun berasal dari anak benua tersebut. Undang-Undang tahun 1889 bahkan menetapkan bahwa semua wilayah protektorat di wilayah Arab secara hukum berada dalam teritorial India.
Paspor India pernah berlaku hingga ke pelabuhan Aden di Yaman, dan kawasan itu dikelola sebagai bagian dari Provinsi Bombay. Bahkan daftar resmi negara bagian India Britania dimulai dari Abu Dhabi, seolah menegaskan status kawasan tersebut sebagai bagian integral dari kekaisaran India.
Ketika India Mulai Memimpikan Identitas Baru
Namun memasuki tahun 1930-an, dunia mulai berubah. Gerakan nasionalisme di India kian menguat. Para pemikir dan pemimpin mulai membayangkan India bukan lagi sebagai bentukan kolonial, tetapi sebagai sebuah entitas budaya dan geografis yang mandiri. Impian itu memunculkan pertanyaan baru: apakah wilayah-wilayah di Arab masih pantas berada di bawah pemerintahan India?
Dengan mempertimbangkan realitas geopolitik dan sensitivitas kerajaan-kerajaan Arab seperti Ottoman dan Saudi, Inggris secara bertahap memisahkan wilayah Teluk dari India. Salah satu langkah penting terjadi pada 1 April 1937, saat Aden secara resmi dipisahkan dari administrasi India dan menjadi bagian dari Kekaisaran Kolonial Inggris secara langsung.
Ketika India dan Pakistan akhirnya merdeka pada 1947, negara-negara di Teluk tidak ikut serta dalam proses integrasi wilayah seperti yang terjadi pada kerajaan-kerajaan di anak benua. Dubai, Kuwait, Bahrain, dan negara-negara sekitarnya dibiarkan tetap di bawah pengaruh Inggris, lepas dari tanggung jawab pemerintahan India atau Pakistan. Keputusan administratif yang tampak sederhana ini pada akhirnya membentuk realitas geopolitik yang sangat berbeda dari apa yang mungkin terjadi.
Meski secara resmi terpisah, pengaruh India masih bertahan lama di Teluk. Mata uang yang digunakan adalah rupee India, jalur pelayaran utama adalah British India Line, dan pejabat-pejabat tinggi yang mengatur pemerintahan lokal kebanyakan berasal dari Dinas Politik India. Di masa itu, menjadi orang India di Teluk berarti memiliki kedudukan sosial yang tinggi—posisi yang ironis jika dibandingkan dengan situasi saat ini.
Kini, lebih dari tujuh dekade kemudian, kondisi telah berbalik. Masyarakat India dan Pakistan datang ke Teluk untuk bekerja sebagai buruh, sopir, atau staf rumah tangga. Posisi yang dulunya dihormati kini menjadi bagian dari kelas pekerja yang kerap tak terlihat. Seorang warga tua dari Qatar bahkan mengenang masa kecilnya saat takut pada pegawai India karena status mereka yang begitu tinggi saat itu—sebuah kenangan getir dari perubahan zaman yang drastis.
Ketika Inggris resmi menarik diri dari Teluk pada 1971, berakhirlah era kekuasaan kolonial di kawasan itu. Negara-negara Teluk meraih kemerdekaan penuh, dan hubungan mereka dengan Delhi menjadi kenangan samar yang hanya tertulis dalam dokumen sejarah. Namun sejarah tidak sepenuhnya menghilang—ia tetap hadir dalam arsitektur, dalam sistem hukum, dan dalam cerita-cerita generasi tua yang pernah menyaksikan transformasi besar itu.