Ketegangan Iran-Israel Meningkat, Pengamat: Belum Mengarah ke Perang Dunia III

24 June 2025 10:26 WIB
bbc-1750733419969_169.webp

Meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, menyusul serangan Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6), memicu kekhawatiran global termasuk dari masyarakat Indonesia. Namun, sejumlah pengamat meyakini potensi terjadinya Perang Dunia III masih jauh dari kenyataan.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Dina Sulaeman, menilai belum ada eskalasi konflik yang mengarah pada perang berskala global. Senada, mantan Dubes RI untuk Iran, Dian Wirengjurit, meminta publik tidak panik, karena jalur diplomasi masih terbuka luas dan terus diupayakan oleh berbagai negara.

Dunia Bergerak Cegah Perang Besar

Sejumlah negara seperti Uni Eropa, Inggris, Jepang, Prancis, Qatar, Arab Saudi, dan lainnya mendesak Iran dan Israel menahan diri dan kembali ke meja diplomasi. Pasca-serangan AS, Iran meluncurkan serangan balasan ke Israel dan mengirim Menlu-nya ke Moskow untuk bertemu Presiden Vladimir Putin dan membahas strategi menghadapi tekanan Barat.

Kendati Amerika sudah terlibat langsung dalam konflik, para pengamat menyebut tindakan AS tergolong serangan terbatas, belum cukup untuk memicu keterlibatan aktor global lain seperti Rusia dan China, yang menjadi sekutu Iran.

"Perang dunia akan terjadi jika konflik melibatkan banyak negara dari berbagai kawasan. Saat ini, itu belum terjadi," jelas Dina, yang juga Direktur Indonesia Center of Middle East Studies.

Dina menambahkan, bila konflik meningkat dan Iran menutup Selat Hormuz, maka barulah potensi keterlibatan global—termasuk dari Rusia dan China—menjadi nyata.

Doktrin Keamanan AS dan Perlindungan untuk Israel

Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, menurut Dina, merupakan bagian dari kebijakan luar negeri AS yang memprioritaskan keamanan Israel. Dalam pidatonya, Presiden Donald Trump menyatakan serangan bertujuan menghancurkan kemampuan nuklir Iran yang dianggap mengancam stabilitas regional.

“Jika Iran tidak menghentikan aksinya, serangan lanjutan akan lebih besar,” tegas Trump dalam pernyataannya.

Dampak Langsung ke Indonesia

Apabila Selat Hormuz benar-benar ditutup Iran sebagai langkah balasan, dampaknya akan terasa di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Jalur ini merupakan jalur utama distribusi minyak global. Penutupan akan mendorong harga minyak melambung, memicu kenaikan harga BBM dan komoditas lain di dalam negeri.

"Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali bersiap menghadapi dampaknya. Kita hanya bisa berharap situasi di Timur Tengah membaik," ujar Dian.

Sikap Indonesia: Masih Netral, Tapi Bisa Bertindak

Hingga kini, Indonesia belum mengeluarkan sikap resmi terkait konflik Iran-Israel. Namun, Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan pentingnya menurunkan ketegangan dan mendorong solusi damai.

Meski secara geopolitik Indonesia dianggap tidak memiliki pengaruh kuat, Dina menilai Indonesia tetap bisa memainkan peran, terutama melalui tekanan ekonomi terhadap entitas yang mendukung militer Israel. Ia mencontohkan keberhasilan boikot internasional terhadap apartheid Afrika Selatan pada 1980-an.

"Langkah seperti ini memerlukan keberanian dan konsistensi," kata Dina, seraya mengingatkan bahwa amanat konstitusi RI adalah mendukung perdamaian dan menentang segala bentuk penjajahan.

Israel
Iran
konflik geopolitik
perang dunia

internasional

Fenomena Terkini






Trending