Kuatbaca - Jumat pagi yang biasa di Los Angeles berubah menjadi hari penuh ketegangan ketika aparat imigrasi federal melakukan serangkaian penggerebekan di kawasan pemukiman dan distrik bisnis yang mayoritas dihuni oleh warga keturunan Latin. Operasi ini dilakukan di tengah meningkatnya retorika dan tindakan keras terhadap imigran ilegal setelah pemerintahan baru kembali mengontrol Gedung Putih.
Kawasan Fashion District—pusat industri pakaian di dekat downtown LA—menjadi salah satu lokasi yang disisir aparat Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE). Tanpa menunggu lama, kabar penggerebekan menyebar luas di media sosial dan menjadi pemicu amarah warga. Massa mulai berkumpul dan memprotes tindakan tersebut, yang dianggap tidak manusiawi dan menyasar komunitas tertentu secara diskriminatif.
Aksi protes yang awalnya damai berubah menjadi panas saat para pengunjuk rasa mencoba menghalangi penangkapan dan melemparkan benda-benda ke arah aparat. Polisi federal membalas dengan menembakkan granat kejut dan gas merica untuk membubarkan massa.
Penggerebekan juga terjadi di Distrik Westlake dan Paramount, wilayah yang dikenal padat penduduk dan banyak dihuni imigran. Di beberapa titik, pengunjuk rasa merusak fasilitas umum dan mencoret-coret dinding gedung federal dengan grafiti.
Menjelang malam, massa semakin banyak. Pusat Kota Los Angeles pun menjadi medan demonstrasi besar. Polisi menyebut lebih dari 1.000 orang mengelilingi gedung federal, sementara jumlah petugas jauh lebih sedikit. Dalam kekacauan itu, seorang tokoh serikat pekerja ternama, David Huerta, ikut ditangkap karena dianggap menghalangi jalannya kendaraan ICE—walau pihak serikat menyebutnya hanya mengamati situasi secara damai.
Keesokan paginya, protes kembali membara. Kali ini bermula dari sebuah toko perangkat keras di Paramount. Desas-desus bahwa aparat telah menangkap para pekerja harian di lokasi tersebut memicu reaksi spontan warga.
Meski kemudian diklarifikasi sebagai informasi yang keliru, amarah massa sudah telanjur meledak. Sebuah kendaraan dibakar, dan salah satu demonstran diduga melemparkan bom molotov ke arah petugas. Aksi protes pun dengan cepat berubah menjadi kerusuhan terbuka.
Pihak keamanan menggunakan peluru karet, gas air mata, dan bom asap untuk mengendalikan situasi. Pada hari itu, 29 orang ditangkap dengan tuduhan tidak membubarkan diri dari kerumunan yang dinyatakan ilegal.
Melihat situasi yang makin tak terkendali, Presiden Donald Trump memutuskan untuk mengerahkan 2.000 personel Garda Nasional ke Los Angeles. Langkah ini biasanya merupakan wewenang gubernur negara bagian, namun Trump mengambil alih komando demi alasan “pemulihan ketertiban”.
Pasukan Garda Nasional tiba Minggu pagi dan ditempatkan di sejumlah titik strategis, termasuk pusat penahanan imigrasi dan beberapa gedung pemerintahan di LA. Mereka disambut dengan aksi protes lanjutan. Pengunjuk rasa mengibarkan bendera Meksiko dan meneriakkan yel-yel, menciptakan ketegangan langsung di jalanan antara militer dan warga sipil.
Menjelang sore, kerumunan mulai membanjiri jalan-jalan utama kota. Jalan bebas hambatan 101, salah satu jalur paling vital di pusat kota LA, diblokade oleh demonstran. Lalu lintas lumpuh, dan situasi semakin memanas ketika sebuah van menabrak sekelompok pengunjuk rasa. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, dan pengemudi berhasil diamankan.
Menjelang malam, situasi belum juga mereda. Polisi menangkap puluhan orang tambahan dan menyebut bahwa pusat kota digunakan sebagai tempat “pertemuan ilegal”. Beberapa demonstran bahkan melemparkan batu, beton, dan botol ke arah aparat.
Hingga Minggu malam, belum ada tanda-tanda bahwa ketegangan ini akan berakhir. Warga menuntut keadilan dan penghentian operasi imigrasi yang mereka anggap tidak berperikemanusiaan, sementara pemerintah pusat berdalih bahwa tindakan tersebut adalah bagian dari penegakan hukum.
Los Angeles kini berada dalam bayang-bayang konflik antara otoritas federal dan komunitas lokal. Apakah ini hanya awal dari gelombang protes yang lebih besar? Atau bisakah ketenangan kembali dipulihkan tanpa kekerasan lebih lanjut?
Waktu akan menjawab. Yang pasti, ketegangan antara kebijakan imigrasi dan hak-hak kemanusiaan kini telah meletup dalam bentuk nyata di jalan-jalan kota. Dan sorotan dunia pun kini tertuju pada Los Angeles.