Israel Lancarkan Serangan ke Iran, Netanyahu Klaim Sukses dan Ancam Lanjutan

13 June 2025 13:34 WIB
benjamin-netanyahu_169.png

Kuatbaca - Tensi geopolitik Timur Tengah kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan militer besar-besaran ke wilayah Iran pada Jumat pagi, 13 Juni 2025. Serangan ini disebut-sebut sebagai pembuka dari operasi militer yang lebih luas yang dirancang oleh pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Aksi tersebut segera memicu gelombang respons dari berbagai pihak, termasuk Iran dan Amerika Serikat.

Operasi “Rising Lion”: Awal dari Serangkaian Serangan?

Dalam pernyataan publik yang disampaikan melalui video, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggambarkan aksi militer ini sebagai permulaan dari sebuah babak penting dalam sejarah negaranya. Ia menegaskan bahwa operasi tersebut tidak berhenti sampai di situ saja. Pemerintah Israel menamai aksi ini “Operasi Rising Lion” — sebuah penamaan yang mencerminkan ketegasan dan agresivitas dalam strategi militer Israel menghadapi Iran.

Netanyahu juga menyebut bahwa tujuan utama dari operasi ini adalah untuk melenyapkan ancaman yang disebutnya "eksistensial" dari pihak Iran. Seiring pernyataan itu, angkatan bersenjata Israel terus melanjutkan serangan ke sejumlah lokasi penting di Iran, dalam misi yang disebut akan berlangsung selama beberapa hari.

Target Militer dan Nuklir Iran Jadi Sasaran

Dalam laporan militer yang beredar, Israel dikabarkan menyasar puluhan target strategis di Iran. Beberapa di antaranya termasuk fasilitas nuklir penting seperti pusat pengayaan uranium di Natanz, pusat produksi rudal balistik, serta markas komando Garda Revolusi Iran. Bahkan, sejumlah tokoh militer dan ilmuwan nuklir papan atas Iran dilaporkan tewas dalam serangan ini.

Korban yang paling menyita perhatian adalah kepala Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, serta dua tokoh ilmuwan nuklir yakni Fereydoun Abbasi dan Mohammad Mehdi Tehranchi. Kedua ilmuwan tersebut selama ini dikenal sebagai otak di balik program nuklir Iran yang kontroversial.

Tragisnya, beberapa wilayah sipil di sekitar ibu kota Teheran juga terkena dampak. Sejumlah rumah warga rusak dan beberapa anak-anak dilaporkan turut menjadi korban jiwa, menambah kompleksitas moral dari operasi militer ini.

Iran Bersumpah Akan Membalas

Tak butuh waktu lama bagi Iran untuk bereaksi. Melalui salah satu pejabat keamanannya, pemerintah Teheran menegaskan bahwa balasan atas serangan ini adalah sebuah keniscayaan. Meski belum dijelaskan secara rinci bagaimana bentuk respons yang akan diberikan, namun pernyataan itu menegaskan bahwa Iran tidak akan tinggal diam.

Saat ini, diskusi internal di kalangan elit militer dan politik Iran sedang berlangsung untuk merumuskan bentuk serangan balasan terhadap Israel. Sinyal-sinyal ini menunjukkan bahwa konflik antara kedua negara bisa segera meningkat ke level yang lebih destruktif dan berdampak lebih luas.

Di tengah eskalasi ini, Amerika Serikat memilih untuk mengambil posisi netral. Meski dikenal sebagai sekutu dekat Israel, pemerintah AS melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio menegaskan bahwa negaranya tidak terlibat dalam operasi militer yang dilakukan Israel terhadap Iran.

Pernyataan ini sekaligus menjadi sinyal bahwa Washington tidak ingin diseret dalam konflik bersenjata langsung antara dua kekuatan besar di Timur Tengah. Rubio juga memperingatkan Iran agar tidak menyerang instalasi militer AS yang tersebar di kawasan, menunjukkan bahwa AS bersikap siaga penuh terhadap segala kemungkinan eskalasi yang melibatkan kepentingannya.

Langkah militer Israel ini menandai babak baru dalam ketegangan antara dua musuh bebuyutan, dan meningkatkan risiko pecahnya perang regional yang lebih besar. Dunia kini menahan napas, menanti bagaimana Iran akan membalas, dan apakah serangan ini akan menjadi pemicu perang terbuka atau berujung pada negosiasi diplomatik yang lebih tegang.

Satu hal yang pasti, dampak dari serangan ini tak hanya akan dirasakan oleh Iran dan Israel. Negara-negara di kawasan serta kekuatan global lain seperti Rusia, Cina, dan Uni Eropa pun kemungkinan akan terlibat, baik sebagai penengah atau sebagai pihak yang terdampak secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan semakin rapuhnya stabilitas di kawasan Timur Tengah, dunia kini dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa perdamaian masih menjadi mimpi yang sulit digapai, sementara suara dentuman rudal dan ancaman balas dendam terus menguat dari kedua belah pihak.

internasional

Fenomena Terkini






Trending