Israel Ancam Lebanon dan Desak Pelucutan Hizbullah: Ketegangan Memuncak Jelang Idul Adha

1. Ancaman Israel: Tak Ada Kedamaian di Beirut Tanpa Jaminan Keamanan untuk Tel Aviv
Kuatbaca.com - Ketegangan kembali membara di Timur Tengah setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengeluarkan pernyataan keras terhadap Lebanon. Ia menegaskan bahwa tidak akan ada ketenangan di Beirut atau stabilitas di Lebanon selama keamanan Israel belum dijamin. Ancaman itu menyusul serangan udara Israel ke wilayah selatan ibu kota Lebanon yang diyakini sebagai markas produksi drone milik Hizbullah.
Israel menuntut pelucutan total kelompok Hizbullah yang didukung oleh Iran. Katz menegaskan bahwa Israel akan terus melanjutkan operasi militernya jika Lebanon tidak memenuhi komitmennya sesuai gencatan senjata. Dalam pernyataan resminya, Katz menegaskan Israel tidak akan ragu menggunakan kekuatan besar jika permintaan mereka diabaikan.
2. Serangan di Malam Menjelang Idul Adha: Kecaman Keras dari Lebanon
Serangan yang dilakukan pada Kamis malam (6/6/2025) memicu kecaman tajam dari Presiden Lebanon Joseph Aoun. Ia menyebut serangan Israel sebagai pelanggaran mencolok terhadap perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis pada November lalu. Terlebih, serangan itu dilakukan menjelang hari raya Idul Adha, hari suci bagi umat Muslim, yang dinilai sebagai bentuk pelecehan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan.
Aoun menyebut tindakan militer Israel sebagai "bukti nyata penolakan terhadap perdamaian" dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk menghentikan agresi yang berkelanjutan. Ia juga memperingatkan bahwa pelanggaran semacam ini berisiko memicu konflik terbuka kembali di kawasan yang sudah rapuh.
3. Target Serangan: Lokasi Produksi Drone Hizbullah Diduga Didanai Iran
Menurut klaim militer Israel, serangan tersebut menargetkan fasilitas produksi drone milik Hizbullah di Dahiyeh, wilayah pinggiran selatan Beirut yang dikenal sebagai basis kekuatan Hizbullah. Tentara Israel bahkan mengeluarkan peringatan evakuasi kepada warga sipil di empat kawasan sebelum serangan dimulai.
Serangan itu menyebabkan ribuan warga mengungsi secara mendadak, menimbulkan kemacetan dan kepanikan luas. Kantor Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon mengutuk serangan tersebut karena menimbulkan ketakutan baru di malam menjelang Idul Adha. Hal ini dianggap mencederai upaya perdamaian dan stabilitas yang telah dibangun sejak perjanjian gencatan senjata.
4. Gencatan Senjata yang Rapuh dan Ancaman Perang Baru
Ketegangan antara Israel dan Hizbullah sempat mereda setelah perjanjian gencatan senjata pada akhir tahun lalu. Salah satu poin penting dari perjanjian tersebut adalah komitmen Lebanon untuk melucuti senjata Hizbullah. Namun, hingga kini pelaksanaan perjanjian itu berjalan lambat dan penuh ketegangan. Hizbullah, yang secara militer dianggap lebih kuat dari angkatan bersenjata Lebanon sendiri, masih mempertahankan kekuatannya dan pengaruh politik yang besar di dalam negeri.
Israel tampaknya kehilangan kesabaran dan mulai melakukan tindakan sepihak. Jika situasi ini terus berlanjut tanpa solusi diplomatik, kawasan Timur Tengah berpotensi kembali terjerumus dalam spiral kekerasan dan peperangan regional yang bisa jauh lebih besar dari konflik sebelumnya.
5. Situasi Kemanusiaan Terancam, Dunia Diminta Bertindak
Situasi yang berkembang saat ini semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di Lebanon, negara yang masih bergulat dengan krisis ekonomi, sosial, dan politik. PBB dan organisasi internasional lainnya telah memperingatkan dampak kemanusiaan yang akan semakin parah jika eskalasi militer terus meningkat.
Masyarakat internasional, terutama negara-negara yang memiliki pengaruh di kawasan seperti Amerika Serikat, Prancis, dan Uni Eropa, didesak untuk segera turun tangan. Desakan agar kedua belah pihak menahan diri dan kembali ke meja perundingan menjadi sangat penting guna menghindari pecahnya konflik berskala besar.
Ancaman Israel Bisa Picu Destabilisasi Regional
Pernyataan keras Israel dan aksi militer yang dilakukan di saat momentum sakral seperti Idul Adha bukan hanya menambah luka bagi warga Lebanon, tetapi juga menciptakan ketegangan baru yang mengancam stabilitas kawasan. Jika tak segera dikendalikan, ketegangan ini berpotensi memicu konflik regional dengan keterlibatan aktor-aktor internasional.
Solusi damai hanya bisa dicapai jika seluruh pihak, termasuk Israel dan Lebanon, mematuhi perjanjian internasional dan menghormati kedaulatan negara masing-masing. Dunia kini menanti langkah konkret, bukan sekadar retorika, untuk mencegah krisis kemanusiaan yang lebih dalam.