Fenomena Remaja Pembunuh Bayaran di Kolombia: Kombinasi Kelam Kemiskinan, Kekerasan, dan Rekrutmen Paksa

12 June 2025 13:24 WIB
praktik-perekrutan-anak-di-bawah-umur-untuk-menjadi-pembunuh-bayaran-bukanlah-hal-baru-di-kolombia-1749696147590_169.jpeg

Kuatbaca.com - Fenomena remaja yang terlibat dalam aksi kekerasan kembali mengguncang Kolombia. Kali ini, seorang remaja berusia 15 tahun menjadi pelaku percobaan pembunuhan terhadap calon presiden dan senator Miguel Uribe Turbay. Kasus ini menyoroti masalah yang telah lama menghantui negeri tersebut: perekrutan anak di bawah umur oleh kelompok kriminal dan bersenjata untuk menjadi pembunuh bayaran.

1. Penembakan Capres Kolombia oleh Remaja: Simbol Krisis Sosial

Insiden penembakan terhadap Miguel Uribe Turbay terjadi di tengah kampanye politik di ibu kota Bogota. Pelaku penembakan bukanlah orang dewasa berpengalaman, melainkan seorang anak laki-laki dengan wajah kekanak-kanakan yang membawa pistol Glock 9 mm—senjata yang seharusnya hanya berada di tangan aparat resmi. Kejadian ini memperkuat kekhawatiran publik akan maraknya keterlibatan remaja dalam kejahatan berat, termasuk pembunuhan berencana terhadap tokoh publik.

Pihak berwenang menduga remaja tersebut dimanipulasi oleh jaringan kriminal yang lebih besar. Bahkan, tersangka disebut menerima perintah dari sosok misterius yang dikaitkan dengan titik distribusi narkoba di Bogotá. Penyelidikan kini difokuskan pada dalang yang memanfaatkan remaja sebagai alat kekerasan demi ambisi kekuasaan dan kendali wilayah.

2. Sejarah Gelap Rekrutmen Anak oleh Kartel dan Milisi

Fenomena ini bukan hal baru di Kolombia. Sejak era Pablo Escobar pada 1980-an, anak-anak telah direkrut untuk menjadi “orang Swiss” atau pembunuh bayaran muda yang siap menjalankan misi berbahaya, bahkan bunuh diri. Sosok seperti John Jairo Arias Tascón alias “Pinina” menjadi simbol bagaimana generasi muda dibelokkan jalurnya menjadi mesin pembunuh bagi kartel narkoba.

Kasus-kasus lainnya termasuk pembunuhan calon presiden Bernardo Jaramillo Ossa oleh seorang remaja 14 tahun, serta pembunuhan Carlos Pizarro Leongómez yang diduga melibatkan anak-anak muda yang dilatih secara khusus oleh kelompok paramiliter. Penggunaan anak dalam konflik telah menjadi strategi militer sekaligus taktik intimidasi yang menyedihkan.

3. Akar Masalah: Kemiskinan, Ketimpangan, dan Celah Hukum

Mayoritas anak-anak yang direkrut berasal dari latar belakang miskin, lingkungan konflik, dan komunitas yang jauh dari jangkauan layanan negara. Di pedesaan, rekrutmen dilakukan secara paksa dengan ancaman terhadap keluarga, sementara di perkotaan, daya tarik ekonomi dan status sosial menjadi pendorong utama. Anak-anak dijanjikan uang, perlindungan, bahkan rasa memiliki dalam kelompok tertentu.

Faktor lain adalah lemahnya sistem peradilan anak di Kolombia. Banyak anak di bawah umur yang akhirnya lolos dari hukuman berat atau diproses secara ringan, sehingga menciptakan celah hukum yang dimanfaatkan oleh kelompok kriminal. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 13.000 anak telah dituntut atas kejahatan berat dalam satu dekade terakhir.

4. Angka yang Mengkhawatirkan dan Taktik Baru Rekrutmen

Menurut Kantor Ombudsman Kolombia, sebanyak 409 anak direkrut pada 2024, meningkat dari 342 anak pada tahun sebelumnya. Bahkan angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, mengingat banyak kasus tidak tercatat secara resmi. Daerah seperti Cauca, Putumayo, dan Valle del Cauca menjadi wilayah dengan tingkat perekrutan tertinggi karena merupakan basis operasi kartel dan kelompok bersenjata.

Lebih mengerikan lagi, kelompok kriminal kini menggunakan platform seperti TikTok untuk menjaring anak-anak muda, terutama yang berada di wilayah terpencil. Mereka disuguhi konten glamor yang memuja kekerasan dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik, padahal ujungnya adalah eksploitasi dan kekerasan.

Urgensi Tindakan Nyata dari Pemerintah Kolombia

Kisah remaja 15 tahun yang mencoba membunuh seorang calon presiden bukan hanya kasus kriminal biasa. Ini adalah cerminan dari krisis sosial yang belum terselesaikan di Kolombia. Ketimpangan ekonomi, lemahnya perlindungan anak, serta konflik bersenjata yang tak kunjung reda, telah menciptakan generasi muda yang terjebak dalam siklus kekerasan.

Langkah darurat diperlukan, mulai dari penguatan sistem perlindungan anak, reformasi hukum pidana remaja, hingga pemutusan rantai kekuasaan kelompok kriminal yang menjadikan anak sebagai alat. Tanpa itu semua, Kolombia akan terus menjadi ladang subur bagi lahirnya pembunuh-pembunuh muda berikutnya—dan demokrasi akan selalu berada di bawah bayang-bayang peluru.

internasional

Fenomena Terkini






Trending