4 Fakta Mengejutkan Penembakan Kandidat Capres Kolombia oleh Remaja Bersenjata

1. Miguel Uribe, Capres Populer Jadi Sasaran Penembakan Brutal
Kuatbaca.com - Miguel Uribe, calon presiden Kolombia untuk pemilu 2026, menjadi korban penembakan brutal saat menyampaikan pidato kampanye di taman publik kawasan Fontibon, Bogota, Sabtu (7/6/2025) waktu setempat. Peristiwa mengejutkan ini terjadi di tengah kerumunan pendukung dan publik, memicu kepanikan massal setelah terdengar suara tembakan dan Uribe roboh dengan luka di bagian kepala.
Uribe diketahui merupakan figur penting dalam dunia politik Kolombia. Ia menjabat sebagai senator dari partai oposisi konservatif Centro Democratico dan memiliki latar belakang keluarga yang penuh tragedi. Ibunya, Diana Turbay, adalah jurnalis yang tewas pada tahun 1991 saat upaya penyelamatan dari penculikan yang dilakukan oleh kartel narkoba Medellin yang dipimpin Pablo Escobar.
2. Pelaku Ternyata Remaja 15 Tahun, Polisi Amankan Senjata Glock
Dalam waktu singkat, kepolisian Kolombia berhasil menangkap pelaku penembakan di lokasi kejadian. Mengejutkannya, pelaku diketahui masih remaja dan diperkirakan berusia 15 tahun. Direktur Kepolisian Kolombia, Carlos Fernando Triana, menyatakan bahwa pelaku mengalami luka saat insiden berlangsung dan kini tengah mendapatkan perawatan medis.
Selain Uribe, dua korban lain—seorang pria dan seorang wanita—ikut terluka dalam insiden itu. Polisi juga mengamankan sebuah senjata api jenis Glock yang diduga digunakan oleh pelaku. Saat ini, motif serangan masih dalam tahap penyelidikan, namun pemerintah Kolombia tidak tinggal diam. Menteri Pertahanan, Pedro Sanchez, menyatakan bahwa aparat keamanan dari berbagai lini—militer, polisi, dan intelijen—telah dikerahkan untuk mengungkap dalang dan motif sebenarnya di balik upaya pembunuhan ini.
3. Penembakan dari Belakang Kepala, Aksi Terekam dan Viral di Medsos
Serangan terhadap Uribe terekam dalam sebuah video yang kemudian menyebar luas di media sosial. Dalam rekaman tersebut, terlihat jelas Uribe yang tengah berpidato di atas panggung secara tiba-tiba tersungkur setelah terdengar suara tembakan. Sumber medis menyebut bahwa Uribe tertembak tiga kali, dua di antaranya bersarang di bagian kepala—sebuah kondisi yang membuatnya langsung kritis.
Partai Centro Democratico mengecam aksi tersebut sebagai serangan terhadap demokrasi. Mereka menekankan bahwa kekerasan terhadap kandidat politik bukan hanya ancaman terhadap individu, tetapi juga terhadap nilai-nilai kebebasan dan pemilihan yang adil di Kolombia. Pemerintah Presiden Gustavo Petro dari kubu kiri pun turut mengecam insiden ini dan menyatakan bahwa tindakan semacam itu adalah bentuk serangan terhadap stabilitas nasional.
4. Operasi Darurat: Uribe Berjuang antara Hidup dan Mati
Usai insiden penembakan, Uribe langsung dilarikan ke Yayasan Santa Fe de Bogota—salah satu rumah sakit terbaik di Kolombia. Di sana, ia menjalani prosedur bedah saraf dan tindakan medis untuk menangani cedera vaskular akibat luka tembak. Meski operasi pertama berhasil dilalui, kondisi Uribe tetap dalam status kritis dan dia kini menjalani masa pemulihan yang sangat menentukan.
Wali Kota Bogota, Carlos Fernando Galan, menyampaikan bahwa Uribe telah "melewati fase operasi pertama dengan baik," namun kini sedang memasuki "jam-jam kritis" dalam pemulihan. Istrinya, Maria Claudia Tarazona, dalam pesan suara yang dirilis ke media, mengungkapkan rasa syukur bahwa suaminya berhasil bertahan dari operasi awal dan sedang berjuang untuk hidupnya dengan penuh semangat.
Ancaman terhadap Demokrasi Kolombia yang Makin Nyata
Penembakan terhadap Miguel Uribe bukan hanya insiden kriminal biasa, tetapi juga menjadi simbol gentingnya ancaman terhadap demokrasi di Kolombia. Fakta bahwa pelaku adalah seorang remaja menunjukkan adanya persoalan yang lebih dalam terkait radikalisasi, keamanan publik, dan potensi manipulasi oleh kekuatan tersembunyi. Pemerintah kini berpacu dengan waktu untuk mengungkap jaringan yang mungkin berada di balik serangan ini.
Dengan janji imbalan sebesar US$725.000 untuk informasi terkait otak pelaku, pemerintah berkomitmen mengusut tuntas kasus ini demi menjamin rasa aman menjelang pemilu 2026. Dunia menanti, apakah Kolombia mampu menjaga jalannya demokrasi tanpa dihantui bayang-bayang kekerasan politik seperti yang pernah mewarnai sejarah masa lalunya.