Eropa Ciptakan Gerhana Buatan: Langkah Revolusioner Dunia Antariksa

11 June 2025 12:06 WIB
gerhana-matahari-total.webp

Kuatbaca - Gerhana Matahari Total selalu menjadi momen langka yang dinanti para ilmuwan dan pencinta langit. Namun, menunggu posisi Bulan yang pas dengan Matahari dan Bumi jelas membutuhkan kesabaran luar biasa—kadang hingga bertahun-tahun. Kini, Badan Antariksa Eropa (ESA) mengambil langkah luar biasa yang bisa mengubah cara kita menyaksikan dan meneliti fenomena ini: menciptakan gerhana buatan.

Alih-alih menanti pergerakan langit, ESA mengembangkan teknologi yang memungkinkan manusia membuat gerhana Matahari kapan saja. Caranya? Mereka menciptakan bayangan buatan di luar angkasa menggunakan dua satelit canggih yang bekerja dengan presisi tinggi.

Teknologi Dua Satelit: Mewujudkan Gerhana Sesuai Permintaan

Kunci dari proyek inovatif ini terletak pada dua satelit: Occulter dan Coronagraph, yang merupakan bagian dari misi Proba-3. Setelah diluncurkan dari India pada September 2023, kedua satelit ini menempati orbit tinggi di atas Bumi. Dalam posisi sejajar dengan Matahari, satelit Occulter bertugas menciptakan bayangan buatan, sementara Coronagraph merekam dan mempelajari atmosfer luar Matahari yang dikenal sebagai korona.

Bayangan buatan ini bekerja mirip seperti gerhana alami, di mana cahaya dari pusat Matahari dihalangi agar bagian luar yang lebih redup—korona—bisa terlihat jelas. Korona merupakan sumber angin Matahari, letusan besar atau CME (coronal mass ejection), serta cuaca antariksa yang bisa memengaruhi komunikasi dan jaringan listrik di Bumi. Maka tak heran, ESA begitu serius menelitinya.

Presisi Tinggi dan Gambar yang Lebih Tajam

Salah satu tantangan terbesar dari gerhana buatan ini adalah presisi. Kedua satelit harus menjaga jarak sekitar 150 meter satu sama lain, dan posisinya harus tepat dalam sejajar sempurna. Bahkan sedikit saja pergeseran bisa menggagalkan misi. Namun, berkat teknologi terkini—termasuk navigasi satelit, sinyal radio, kamera visual, hingga sinar laser untuk akurasi posisi—satelit ini bisa membentuk formasi dengan ketepatan tingkat milimeter.

Yang lebih menarik lagi, metode ini menghasilkan gambar korona Matahari yang jauh lebih jernih dibandingkan teknologi cakram penghalang di teleskop biasa. Sebab, jarak cakram penghalang yang lebih jauh dari kamera pada satelit memberikan efek visual yang lebih bersih, mengurangi difraksi cahaya yang biasanya merusak hasil pengamatan.

Gerhana Buatan Bisa Bertahan Hingga Enam Jam

Tidak seperti gerhana alami yang biasanya hanya berlangsung beberapa menit, Proba-3 dapat menciptakan gerhana buatan yang bertahan hingga enam jam dalam satu sesi. Hal ini dimungkinkan saat kedua satelit mencapai puncak orbit elipsnya, sekitar 60.000 km dari permukaan Bumi. Di ketinggian ini, gangguan dari atmosfer, medan gravitasi, dan magnet Bumi jauh lebih minim, sehingga pengamatan bisa dilakukan dengan optimal.

Gerhana buatan akan berlangsung secara otomatis setiap 19 jam 36 menit, mengikuti pola orbit satelit. ESA berharap proyek ini bisa memberikan banyak data penting untuk memahami lebih dalam perilaku Matahari dan dampaknya terhadap Bumi.

Selain memajukan ilmu tentang Matahari, Proba-3 juga membuka pintu untuk era baru dalam misi luar angkasa. Teknologi presisi formasi satelit seperti ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan proyek luar angkasa masa depan yang lebih kompleks—seperti teleskop raksasa yang terdiri dari beberapa satelit, atau bahkan sistem satelit perawatan di orbit untuk memperpanjang masa pakai satelit lain.

ESA menyebut proyek ini sebagai bukti bahwa misi besar tidak selalu memerlukan kendaraan ruang angkasa berukuran raksasa. Justru dengan menggabungkan dua instrumen yang bekerja bersama dalam keselarasan presisi tinggi, manusia dapat mengeksplorasi antariksa dengan cara yang lebih fleksibel dan efisien.

Misi Proba-3 diperkirakan akan berlangsung selama dua tahun, meskipun kemungkinan besar bisa diperpanjang jika bahan bakarnya masih mencukupi. Jika sukses, teknologi ini dapat menjadi tonggak penting dalam riset astronomi dan sains luar angkasa.

Lewat kemampuan menciptakan gerhana buatan secara reguler, para ilmuwan tak perlu lagi bergantung pada langit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan besar tentang Matahari. Kini, mereka bisa "memanggil" gerhana kapan saja, membawa sains ke level yang lebih tinggi—secara harfiah dan metaforis.

internasional

Fenomena Terkini






Trending