Kuatbaca.com - Dua tentara bayaran Amerika Serikat mengklaim bahwa rekan-rekan mereka, yang dikontrak untuk menjaga distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, menggunakan peluru tajam, granat kejut, dan semprotan merica terhadap warga sipil Palestina yang antri mencari bantuan makanan. Pengakuan ini mencuat dari wawancara media Associated Press (AP) serta rekaman video yang diterima oleh AP .
Menurut dua sumber anonim tersebut, pihak keamanan dipersenjatai lengkap tetapi tidak memiliki latar belakang yang memadai. Mereka diberi kebebasan penuh untuk bertindak di lapangan tanpa pengawasan yang memadai. Salah satu saksi menuturkan bahwa peluru ditembakkan ke segala arah—ke udara, tanah, bahkan mengenai warga sipil. Ia mengaku pernah melihat seseorang terluka akibat tembakan tersebut:
"Ada orang-orang tidak bersalah yang terluka. Sangat parah. Sungguh tidak perlu," ungkap salah satu kontraktor kepada AP .
1. Operasi Milik Gaza Humanitarian Foundation Diliputi Kekhawatiran
Tentara bayaran ini bertugas untuk organisasi baru bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang dibentuk oleh pihak Amerika dan didukung oleh Israel. GHF bertugas menyalurkan bantuan makanan di beberapa titik di Gaza. Namun hadirnya kontraktor bersenjata lengkap memunculkan kontroversi serius terkait prosedur dan etika keamanan fasilitas kemanusiaan ini.
Video yang dibagikan kepada AP menampilkan warga berebut bantuan di antara pagar gerbang besi, disertai bunyi tembakan dan letupan granat kejut. Suasana penuh kekisruhan, dan terekam pula suara pria berbahasa Inggris memberikan instruksi kepada rekan-rekannya di sela-sela letusan tembakan.
2. Tembakan Diklaim Mayoritas sebagai Tindakan Pengendalian Massa
Juru bicara GHF dan perusahaan keamanan Safe Reach Solutions menyatakan mereka tidak menemukan korban serius di lokasi distribusi. Menurut mereka, tindakan seperti tembakan ke tanah dan udara hanya digunakan sebagai "peringatan" untuk membubarkan kerumunan. Tembakan itu dilakukan karena situasi saat itu dianggap sangat kacau saat bantuan tiba .
Lebih lanjut, GHF menegaskan bahwa setiap tuduhan kekerasan terhadap warga sipil "sangat tidak berdasar" dan tidak ada bukti konkret yang disajikan. Mereka meyakini pihak-pihak tertentu sengaja ingin merusak reputasi organisasi.
3. Media dan Lembaga Internasional Kritik Tindakan Ini
Berbagai media dan lembaga internasional ikut menyoroti kebijakan militerisasi distribusi bantuan ini. AP memverifikasi kebenaran sejumlah rekaman melalui analisis audio dan geolokasi, serta mengonfirmasi bahwa suara tembakan berasal dari lokasi distribusi GHF .
Sementara itu, lebih dari 170 organisasi kemanusiaan internasional—termasuk Amnesty International, Oxfam, dan Doctors Without Borders—mengajukan desakan agar GHF segera dibubarkan. Mereka menilai pola penyaluran bantuan saat ini sangat rentan terhadap korban sipil dan melanggar standar bantuan kemanusiaan yang netral.
4. Dampak Tragis: Ratusan Korban Luka dan Jiwa
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa ratusan warga Palestina tewas atau terluka saat menunggu bantuan makanan di lokasi distribusi. Sebanyak 94 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa serupa, termasuk 45 orang yang sedang mengantre bantuan. Amnesty International menuduh cara ini adalah bagian dari strategi yang mematikan dan bertentangan dengan prinsip kemanusiaan dasar .
5. Permintaan Akses Investigasi Dipegang Teguh oleh Pihak Independen
Media seperti AP mengalami kesulitan mengakses langsung lokasi GHF karena berada di zona militer Israel. GHF dan militer Israel menolak akses tersebut meskipun telah diberi kesempatan untuk klarifikasi. UN dan organisasi besar dunia menyerukan agar investigasi dilakukan secara transparan dan komprehensif untuk memastikan hak-hak warga sipil terlindungi .