China Siapkan Revolusi Luar Angkasa Lewat Eksperimen Atmosfer Buatan

Kuatbaca - Ambisi China untuk mengukir sejarah baru di luar angkasa tampaknya tak mengenal batas. Setelah sukses meluncurkan dan mengoperasikan stasiun luar angkasa Tiangong, negara ini kembali menggebrak dunia ilmiah dengan inovasi yang terdengar seperti cerita fiksi ilmiah: menciptakan atmosfer buatan di luar angkasa.
Langkah ini bukan sekadar pamer teknologi, tapi merupakan bagian dari megaproyek jangka panjang China dalam upayanya menguasai kemandirian eksplorasi luar angkasa. Tak hanya bersaing dengan Amerika Serikat dalam misi ke Bulan atau Mars, China kini memperlihatkan bagaimana mereka bisa membangun ekosistem kehidupan secara mandiri tanpa terus-menerus bergantung pada Bumi.
Dari Karbon dan Air Jadi Oksigen: Fotosintesis Buatan ala Tiangong
Salah satu eksperimen terbaru yang dilakukan di stasiun luar angkasa Tiangong adalah penciptaan sistem fotosintesis buatan. Dengan memanfaatkan karbon dioksida dan air yang tersedia di lingkungan tertutup modul luar angkasa, para ilmuwan berhasil mensintesis oksigen dan senyawa energi lainnya melalui proses mirip yang dilakukan tanaman di Bumi.
Proses ini membuka peluang luar biasa, terutama bagi misi jangka panjang ke luar angkasa. Jika oksigen dan energi bisa dihasilkan langsung di ruang angkasa, maka kebergantungan pada pasokan dari Bumi dapat dikurangi drastis. Sistem seperti ini akan sangat berguna untuk misi ke Mars yang memerlukan perjalanan pulang pergi selama berbulan-bulan.
Bukan Hanya untuk Luar Angkasa, Solusi untuk Bumi Juga Hadir
Menariknya, teknologi fotosintesis buatan ini tidak hanya relevan untuk eksplorasi antariksa. Para ilmuwan menemukan bahwa proses serupa bisa diterapkan untuk mengubah karbon dioksida menjadi sumber makanan berprotein tinggi di Bumi. Mikroba yang dikembangkan dalam sistem ini mampu menghasilkan protein kaya asam amino esensial—sebuah solusi potensial bagi kebutuhan pangan masa depan, terutama di wilayah yang kesulitan produksi pangan konvensional.
Dengan populasi dunia yang terus bertambah dan tekanan terhadap lahan pertanian yang meningkat, pendekatan ini bisa menjadi jawaban atas krisis pangan dan gizi. Produksi makanan yang tidak tergantung pada iklim, lahan, dan musim tentu akan menjadi game-changer bagi negara-negara berkembang dan daerah rawan bencana.
China Ingin Ubah Karbon Jadi Sumber Kehidupan
Selama empat dekade terakhir, China telah melakukan upaya besar-besaran dalam pengelolaan lingkungan, termasuk penanaman pohon skala besar yang menyerap jutaan ton karbon setiap tahunnya. Kini, dengan eksperimen fotosintesis buatan ini, mereka melangkah lebih jauh: bukan hanya mengurangi emisi, tetapi mengubah emisi tersebut menjadi sesuatu yang berguna.
Dalam kerangka ekonomi karbon sirkular, pendekatan seperti ini bisa menjadi tonggak penting. Daripada hanya mengejar penurunan angka emisi, kini karbon dioksida bisa dianggap sebagai bahan baku berharga untuk energi, oksigen, dan pangan. Pendekatan ini juga sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan global yang mengedepankan efisiensi dan inovasi dalam pemanfaatan sumber daya.
Ke depan, teknologi ini punya potensi luar biasa untuk diterapkan dalam skala luas, termasuk di wilayah-wilayah yang kesulitan dalam produksi pangan seperti daerah gurun, dataran tinggi, atau zona konflik. Dengan melakukan pengembangan lebih lanjut terhadap sistem protein mikroba, dan melalui pemuliaan galur mikroba unggul, teknologi ini dapat menjadi andalan baru dalam sistem produksi pangan modern.
China tampaknya tak hanya ingin menaklukkan ruang angkasa, tetapi juga ingin menciptakan dunia baru—baik di luar Bumi maupun di planet ini—yang lebih mandiri, ramah lingkungan, dan mampu bertahan menghadapi tantangan zaman.