1. Trump Kembali Perketat Tekanan terhadap Iran
Kuatbaca.com - Presiden Donald Trump kembali menegaskan pendekatannya yang keras terhadap Iran dengan menghidupkan kembali kampanye “tekanan maksimum”. Tujuannya jelas: menghentikan ekspor minyak Iran, terutama ke China—pasar utama sekaligus penyokong ekonomi Teheran. Trump mengancam negara atau individu yang membeli minyak atau petrokimia Iran akan terkena sanksi ekonomi dari AS.
2. Peringatan Trump Tak Menghentikan Arus Minyak ke China
Meski sanksi diberlakukan secara luas, Iran tetap mampu mengekspor sekitar 1,2 hingga 1,5 juta barel minyak per hari. Sebagian besar pengiriman ini mengalir ke China, yang menjadi pembeli setia dengan diskon besar. Bahkan, nilai perdagangan ini diperkirakan menghasilkan US$30–40 miliar per tahun bagi Iran, menyokong sebagian besar keuangan negaranya.
3. Armada Bayangan Jadi Andalan Ekspor Iran
Iran menggunakan jaringan “armada bayangan” yang terdiri dari tanker-tanker tua tanpa asuransi dan sistem pelacakan. Kapal-kapal ini sering:
Strategi ini membuat ekspor Iran sulit dilacak, bahkan oleh teknologi pelacakan canggih.
4. Sanksi AS Efektif, tapi Tidak Mutlak
Meski sanksi menyebabkan tekanan besar terhadap ekonomi Iran, mereka belum berhasil sepenuhnya menghentikan ekspor minyak ke China. Alasannya, China tidak mengakui sanksi unilateral AS dan menolak tunduk pada aturan yang dibuat sepihak. Bahkan, penyuling-penyuling independen di China dengan sengaja mencari minyak murah dari Iran untuk meningkatkan margin keuntungan mereka.
5. Penegakan Sanksi Menghadapi Hambatan Teknis dan Politik
Para analis menyebut bahwa masih ada “ruang untuk penegakan yang lebih kuat” terhadap jaringan distribusi minyak gelap ini. Namun, tantangan besar menghadang, termasuk:
6. Perang Tarif Membuat China Tak Lagi Takut pada Sanksi AS
Salah satu alasan utama mengapa sanksi AS tak lagi ditakuti China adalah perubahan besar dalam hubungan bilateral. Setelah Trump memulai perang tarif terhadap China, keengganan Beijing untuk menuruti tekanan AS menurun drastis. Kini, dampak sanksi dianggap kecil dibandingkan kerugian dari perang dagang.
7. Jadi, Mungkinkah Trump Hentikan Ekspor Minyak Iran?
Secara teknis: sulit, hampir mustahil.
Iran telah membangun sistem distribusi yang tangguh, fleksibel, dan tersembunyi. Sementara China sebagai pembeli utama tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan pembelian minyak Iran. Bahkan dengan ancaman sanksi tambahan dari Washington, Beijing tetap menjalankan transaksi, karena keuntungan ekonominya tetap besar.
8. Strategi yang Lebih Efektif: Diplomasi Multilateral dan Transparansi Pasar
Alih-alih mengandalkan sanksi unilateral dan ancaman terbuka, para pengamat menyarankan pendekatan diplomasi multilateral, peningkatan koordinasi intelijen internasional, dan penguatan regulasi pelacakan kapal global. Sanksi hanya efektif jika disertai dengan kerja sama lintas negara dan komitmen politik yang luas.
Kekuatan Ekonomi AS Tidak Lagi Mutlak
Trump boleh saja mengancam dengan sanksi, namun dalam realita geopolitik saat ini, hegemoni ekonomi AS sudah tak sekuat dulu. Negara seperti China memiliki daya tawar tersendiri dan siap mengambil risiko ekonomi demi kepentingannya. Selama Beijing terus membeli minyak Iran dan dunia tidak bersatu menegakkan sanksi, ekspor minyak Iran akan terus mengalir, meski melalui jalur gelap.