AS dan China Sepakat Pangkas Tarif Selama 90 Hari: Apa Implikasi Globalnya?

13 May 2025 10:45 WIB
as-dan-china-sepakati-pemangkasan-tarif-sementara-selama-90-hari-apa-maknanya-bagi-perdagangan-global-1747104074088.jpeg

Kuatbaca.com - Amerika Serikat dan Tiongkok akhirnya mencapai kesepakatan penting dalam perang dagang yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Dalam pertemuan bilateral yang digelar di Jenewa, Swiss, kedua negara setuju untuk memangkas tarif impor secara timbal balik selama 90 hari ke depan. Keputusan ini dipandang sebagai langkah awal yang signifikan menuju peredaan ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Selama masa penangguhan ini, tarif impor yang sebelumnya sangat tinggi akan diturunkan secara drastis. Amerika Serikat akan menurunkan tarif terhadap produk dari Tiongkok menjadi 30%, sementara Beijing memangkas tarif terhadap barang-barang asal AS menjadi 10%. Langkah ini membuka peluang besar bagi industri dan pasar global yang sebelumnya terguncang akibat lonjakan bea masuk.

1. Dampak Langsung pada Pasar Global dan Sektor Keuangan

Reaksi pasar terhadap kesepakatan ini tergolong positif. Bursa saham di Asia langsung menunjukkan pemulihan, terutama indeks Hang Seng di Hong Kong yang melonjak hingga 3% usai pengumuman tersebut. Di sisi lain, indeks saham Tiongkok daratan juga mengalami penguatan meskipun sempat ditutup sebelum pengumuman resmi dirilis.

Sementara itu, mata uang yuan Tiongkok menguat terhadap dolar AS, sebuah sinyal bahwa investor merespons perjanjian tarif ini dengan optimisme. Para analis menilai bahwa keputusan ini dapat mengurangi risiko perlambatan ekonomi global dan mendorong kembali pertumbuhan perdagangan internasional yang sempat tersendat.

2. Perang Dagang Berkepanjangan dan Dampaknya terhadap Dunia Usaha

Sebelum kesepakatan ini tercapai, ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok telah menyebabkan ketidakpastian di sektor manufaktur, ekspor, hingga logistik. Banyak perusahaan global, termasuk pelaku UMKM di kedua negara, mengeluhkan lonjakan biaya produksi akibat tingginya tarif impor. Tidak sedikit pula yang memindahkan operasi pabrik mereka ke negara-negara Asia Tenggara untuk menghindari pajak tinggi tersebut.

Kini, dengan diberlakukannya tarif yang lebih rendah dalam waktu terbatas, pelaku usaha mendapatkan ruang bernapas untuk menyesuaikan strategi bisnis mereka. Namun demikian, mereka juga menyadari bahwa langkah ini hanya bersifat sementara, sehingga kestabilan jangka panjang tetap belum terjamin.

3. Fokus Baru: Pengawasan Perdagangan dan Isu Fentanyl

Kesepakatan ini tidak hanya membahas tarif, tetapi juga memperluas cakupan ke isu perdagangan ilegal yang menjadi perhatian utama Washington. Salah satunya adalah fentanyl, zat opioid sintetis yang disinyalir masuk ke pasar gelap melalui jalur perdagangan internasional. Pemerintah AS menuntut agar Tiongkok mengambil langkah serius dalam menghentikan aliran zat terlarang ini.

Di sisi lain, Tiongkok menunjukkan keterbukaan untuk berkolaborasi dalam isu ini, sesuatu yang dinilai sebagai sinyal positif dalam hubungan bilateral. Penanganan perdagangan ilegal dan transparansi lintas batas akan menjadi aspek penting dalam memperkuat kepercayaan antara kedua negara di masa depan.

4. Mekanisme Konsultasi dan Harapan Jangka Panjang

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan di Jenewa, kedua negara sepakat untuk membentuk sebuah mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan yang berkelanjutan. Langkah ini diharapkan menjadi wadah komunikasi tetap agar setiap perbedaan bisa diselesaikan melalui dialog, bukan konfrontasi tarif seperti sebelumnya.

Para pengamat internasional menilai bahwa meskipun kesepakatan ini belum mengakhiri perang dagang sepenuhnya, namun sudah menjadi landasan penting untuk membangun kembali hubungan ekonomi yang stabil dan saling menguntungkan. Bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, peredaan konflik ini memberikan angin segar, terutama karena pasar global bisa kembali tumbuh lebih sehat.

internasional

Fenomena Terkini






Trending