Viral Siswa SD di Tulungagung Joget dan Sawer Biduan di Kelas, Ini Penjelasan Pihak Sekolah

Kuatbaca.com-Jagat media sosial kembali dihebohkan dengan video viral yang memperlihatkan sejumlah siswa SD tengah berjoget dan memberikan saweran kepada biduan di dalam ruang kelas. Kejadian tersebut diketahui terjadi di SDN 1 Kenayan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, dan memicu beragam reaksi dari masyarakat, terutama terkait etika dan pantas tidaknya kejadian itu di lingkungan pendidikan.
Dalam rekaman yang tersebar luas, tampak para siswa larut dalam suasana hiburan musik dangdut yang menghadirkan penyanyi pria dan wanita. Salah satu momen paling menyita perhatian adalah saat seorang siswa memberikan uang saweran kepada penyanyi wanita yang tengah tampil di hadapan mereka. Aksi ini terjadi di dalam kelas, di mana suasana seharusnya identik dengan kegiatan belajar-mengajar.
Peristiwa ini segera menjadi perbincangan publik karena menimbulkan pertanyaan tentang pengawasan sekolah, keterlibatan guru, dan peran orang tua dalam kegiatan yang berlangsung di lingkungan sekolah. Banyak warganet yang menilai kejadian ini sebagai bentuk kelalaian dalam menjaga norma dan batas-batas perilaku di dunia pendidikan.
Kritik pun datang dari berbagai kalangan yang menilai bahwa kegiatan bernuansa hiburan dewasa seperti itu tidak sepatutnya dihadirkan di ruang lingkup pendidikan dasar. Apalagi melibatkan anak-anak dalam aksi sawer-menyawer yang secara budaya identik dengan hiburan orang dewasa.
1. Kepala Sekolah Jelaskan Kronologi dan Klarifikasi
Menanggapi viralnya video tersebut, Kepala SDN 1 Kenayan, Admim Kholisina, langsung memberikan klarifikasi. Ia membenarkan bahwa kejadian tersebut memang terjadi di sekolah yang ia pimpin, namun menegaskan bahwa acara tersebut bukan bagian dari agenda resmi sekolah.
Menurut penjelasannya, kegiatan itu berlangsung setelah acara pelepasan siswa kelas VI yang digelar pada Sabtu, 14 Juni 2025. Acara resmi sekolah hanya mencakup kegiatan simbolis seperti pelepasan topi, paduan suara, dan pelepasan balon di halaman sekolah. Setelah kegiatan formal usai, pihak sekolah menyatakan bahwa guru-guru telah kembali ke ruang guru.
Kegiatan tambahan yang kemudian menampilkan organ tunggal dan hiburan musik tersebut sepenuhnya diinisiasi oleh paguyuban wali murid kelas VI. Admim menyatakan bahwa pihak sekolah tidak terlibat dalam perencanaan ataupun pelaksanaan kegiatan hiburan yang digelar di dalam ruang kelas tersebut.
Ia juga mengaku prihatin dan menyayangkan insiden yang terjadi. Menurutnya, aksi berjoget dan saweran di depan biduan tidak patut dilakukan oleh anak-anak, terlebih di lingkungan sekolah yang seharusnya dijaga norma dan nilai pendidikannya.
2. Evaluasi dan Harapan agar Tak Terulang
Kepala sekolah menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan evaluasi internal agar kejadian serupa tidak kembali terulang di masa mendatang. Ia menekankan bahwa nilai-nilai pendidikan, etika, dan karakter anak harus menjadi perhatian utama, baik oleh pihak sekolah maupun oleh orang tua sebagai mitra pendidikan.
Pihak sekolah berharap kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bersama bagi semua pihak, terutama dalam hal menjaga ruang sekolah dari kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan. Apalagi saat ini sekolah diharapkan menjadi tempat aman, nyaman, dan mendidik bagi peserta didik.
Admim juga menegaskan bahwa ke depan, sekolah akan memperketat pengawasan terhadap kegiatan tambahan yang digelar oleh pihak luar, termasuk paguyuban orang tua murid. Setiap kegiatan yang akan digelar di lingkungan sekolah harus terlebih dahulu mendapat izin resmi dari pihak sekolah dan harus sesuai dengan visi dan misi pendidikan.
Masyarakat dan pihak otoritas pendidikan juga diimbau untuk bersama-sama mengawasi dan mendampingi kegiatan di lingkungan sekolah agar tidak melenceng dari tujuan utama pendidikan, yakni membentuk karakter dan kepribadian peserta didik yang bermartabat dan berintegritas.
3. Reaksi Warganet dan Perlunya Literasi Sosial Sejak Dini
Video viral ini juga memunculkan diskusi di berbagai platform media sosial mengenai pentingnya literasi sosial dan budaya bagi anak-anak sejak usia dini. Banyak warganet yang menilai bahwa aksi tersebut merupakan hasil dari minimnya pemahaman anak terhadap batas-batas norma dan konteks budaya tertentu.
Sebagian netizen menyayangkan keterlibatan anak-anak dalam acara hiburan bernuansa dangdut dewasa tanpa pengawasan
yang ketat. Beberapa bahkan mempertanyakan pengaruh media dan tontonan yang tidak difilter dengan baik di rumah, yang kemudian bisa tercermin dalam perilaku anak di luar pengawasan orang tua.
Pakar pendidikan anak menyarankan agar peran orang tua dan sekolah semakin dikuatkan dalam membimbing anak-anak memahami perbedaan antara hiburan yang layak dikonsumsi dan hiburan yang perlu dibatasi sesuai dengan usia dan tingkat kedewasaan mereka.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa lingkungan sekolah harus terus dijaga dari pengaruh luar yang bisa menggeser nilai-nilai pendidikan. Sekolah, guru, dan orang tua diharapkan terus berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara moral.