Umar Patek Tekuni Fotografi Makro, Temukan Damai dalam Lintas Iman dan Alam

5 June 2025 22:04 WIB
umar-patek-eks-napiter-launching-kopi-ramu-1748961809545_169.jpeg

Kuatbaca.com - Umar Patek, eks narapidana kasus Bom Bali I, terus menunjukkan transformasi hidupnya usai bebas dari Lapas Porong pada Desember 2022. Setelah dikenal publik dengan upayanya membangun usaha Ramu Kopi dan menyuarakan perdamaian, kini Umar memperluas perjalanannya lewat dunia fotografi makro—sebuah hobi yang justru membawanya lebih dalam memahami nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi lintas iman.

1. Awal Ketertarikan dari Tayangan Televisi

Kecintaan Umar Patek terhadap fotografi makro bermula ketika ia masih menjalani masa hukuman. Dalam sebuah tayangan televisi, ia menyaksikan dokumenter tentang teknik fotografi makro menggunakan kamera ponsel dan lensa tambahan yang dijepitkan di belakang kamera. Tayangan sederhana ini rupanya membekas dalam benaknya.

“Awal kali saya tertarik dengan fotografi makro itu ketika saya masih di dalam penjara,” ujar Umar. Ketertarikan itu menjadi titik awal perubahan, membuka cakrawala baru dalam cara pandangnya terhadap keindahan alam dan kehidupan.

2. Belajar Otodidak, Bergabung Komunitas, dan Eksplorasi Alam

Setelah bebas, Umar mulai menekuni hobinya secara serius. Ia mencari lensa bongkaran, belajar secara otodidak, dan mempraktikkannya langsung di lapangan. Fotografi makro yang mengharuskannya mengamati detail kecil dari serangga, tanaman, hingga tetesan air, menjadi sarana kontemplasi dan pelatihan kesabaran.

Tak hanya memotret di sekitar rumah, Umar bahkan rela menjelajahi hutan-hutan untuk mendapatkan objek unik. Salah satu pengalaman berkesan adalah ketika ia menginap seminggu di rumah sahabatnya yang beragama Nasrani di Purwokerto, saat menjalani sesi pemotretan malam di hutan Baturraden.

3. Persahabatan Lintas Iman dan Transformasi Nilai

Dunia fotografi ternyata membawa Umar pada pengalaman lintas iman yang mendalam. Ia berteman dengan banyak orang dari berbagai latar belakang agama dan budaya, dan merasa diterima dengan tangan terbuka oleh komunitas pecinta fotografi makro.

Salah satu sosok penting dalam perjalanannya adalah drg. David, seorang Nasrani yang kini menjadi mentornya dalam fotografi. “Dia tidak memandang masa lalu saya. Kami bersahabat. Saya tidak lagi melihat batas agama, ras, suku. Semua kami lalui bersama sebagai anak bangsa,” kata Umar dengan penuh kesadaran.

Baginya, pengalaman itu menyadarkan bahwa kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari jeruji besi, tapi juga lepas dari ideologi kekerasan dan mampu hidup berdampingan dalam keberagaman.

4. Fotografi Makro Jadi Simbol Kehidupan Baru

Fotografi makro bukan sekadar hobi bagi Umar Patek, melainkan cerminan dari perjalanannya dalam menemukan kedamaian, makna hidup, dan kebersamaan. Ketika ia mengambil gambar seekor serangga kecil dengan penuh perhatian, ia seakan belajar kembali tentang pentingnya menghargai yang tampak remeh namun bermakna.

“Di fotografi makro, saya diajak untuk melihat hal kecil secara besar. Di kehidupan, saya diajak untuk melihat perbedaan secara utuh,” ungkap Umar.

Perjalanan Umar Patek dari mantan pelaku teror hingga menjadi fotografer makro dan penggiat toleransi adalah kisah nyata bahwa perubahan adalah mungkin. Lewat lensa makro, ia tidak hanya menangkap detail kecil dunia alam, tetapi juga menumbuhkan pemahaman besar tentang hidup bersama dalam keberagaman. Sahabat lintas agama, komunitas, dan nilai-nilai baru kini menjadi bagian penting dalam hidupnya yang lebih damai dan produktif.

Fenomena Terkini






Trending