Trump Ancam Pecat Bos The Fed: Dia Selalu Terlambat dan Salah!

Kuatbaca.com-Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat pernyataan kontroversial yang mengundang perhatian publik dan pasar keuangan. Kali ini, sasarannya adalah Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell. Trump secara terbuka mengkritik bahkan mengancam akan memecat Powell karena dianggap tidak tanggap dalam mengambil kebijakan suku bunga.
Kritik pedas ini disampaikan Trump melalui platform media sosial miliknya, Truth Social, pada Kamis (17/4) waktu setempat, hanya sehari setelah Powell menyampaikan pandangannya soal dampak kebijakan tarif pemerintahan Trump terhadap perekonomian AS.
1. Trump: “Selalu Terlambat dan Salah”
Dalam unggahannya, Trump menuding bahwa Powell selama ini selalu mengambil keputusan yang terlambat dan tidak akurat. Ia menyebut pernyataan terbaru Powell sebagai laporan yang “kacau”.
“Jerome Powell dari Fed, yang selalu TERLAMBAT DAN SALAH, seperti biasa kemarin menyampaikan laporan yang ‘kacau’ lainnya,” tulis Trump.
Tak hanya di media sosial, ancaman pemecatan juga disampaikan secara langsung oleh Trump saat menjawab pertanyaan dari wartawan di Ruang Oval Gedung Putih.
“Saya rasa dia tidak melakukan tugasnya dengan baik. Dia terlambat. Selalu terlambat. Sedikit lambat dan saya tidak senang dengannya,” tegas Trump.
“Dan jika saya ingin dia keluar, dia akan keluar dari sana secepatnya, percayalah,” tambahnya.
2. Pernyataan Powell Soal Kebijakan Tarif Trump
Pernyataan keras Trump ini muncul setelah Powell mengkritisi kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah Trump. Dalam pidatonya, Powell menilai bahwa besaran tarif yang dikenakan pada periode kepemimpinan Trump kali ini jauh lebih besar dari yang pernah terjadi, dan efeknya sangat signifikan terhadap perekonomian nasional.
Menurut Powell, kebijakan tarif tersebut merupakan perubahan kebijakan yang sangat mendasar dan belum pernah terjadi dalam sejarah ekonomi modern. Akibatnya, The Fed menghadapi situasi ekonomi yang sangat rumit dan belum pernah dialami sebelumnya, yaitu risiko stagflasi – kondisi di mana terjadi perlambatan ekonomi disertai inflasi tinggi.
Komentar Powell sejalan dengan pendapat beberapa pejabat Federal Reserve lainnya yang juga mengkhawatirkan dampak dari kebijakan perdagangan Trump. Banyak di antara mereka yang menyebut tarif impor dapat mendorong kenaikan harga-harga (inflasi) dan pada akhirnya menyebabkan angka pengangguran meningkat.
3. Kritik dari Kalangan Miliarder: AS Menuju Resesi?
Tidak hanya pejabat The Fed yang angkat bicara. Beberapa miliarder juga menyuarakan kekhawatiran atas arah kebijakan ekonomi Trump. Salah satunya adalah Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates, salah satu hedge fund terbesar di dunia.
Dalio menyatakan bahwa dampak dari tarif yang diberlakukan dapat memperburuk kondisi ekonomi AS. Ia bahkan menyebut bahwa Amerika Serikat mungkin sudah memasuki atau berada di ambang resesi.
4. Apa Dampaknya untuk Investor dan Pasar?
Ketegangan antara Trump dan Powell tentu bisa membawa dampak signifikan, khususnya terhadap pasar keuangan. Jika The Fed ditekan untuk mengambil keputusan suku bunga berdasarkan tekanan politik, maka independensi bank sentral bisa dipertanyakan. Hal ini dapat menggoyahkan kepercayaan investor global terhadap stabilitas ekonomi AS.
Meski masa jabatan Powell belum berakhir, pernyataan Trump soal kemungkinan pemecatan tetap menjadi perhatian, terutama jika ia kembali menjabat sebagai presiden. Belum jelas apakah Trump benar-benar bisa atau akan mencopot Powell, namun sentimen politik ini jelas memberi tekanan tersendiri terhadap bank sentral.
Kritik terbuka Trump kepada Jerome Powell menunjukkan betapa sensitifnya hubungan antara kebijakan ekonomi dan politik di Amerika Serikat. Bagi para investor, penting untuk tetap waspada terhadap dinamika ini karena bisa memicu volatilitas di pasar saham, obligasi, hingga nilai tukar dolar AS.