Thailand Rencana Cabut Legalitas Ganja, Industri Rp 16,2 Triliun Terancam

26 June 2025 10:04 WIB
toko-ganja-di-thailand_169.jpeg

Kuatbaca.com-Pemerintah Thailand tengah mempertimbangkan untuk mencabut legalitas penggunaan ganja di negaranya. Langkah ini menimbulkan ketidakpastian besar bagi industri ganja yang selama ini berkembang pesat dan bernilai lebih dari Rp 16,2 triliun atau sekitar US$ 1 miliar. Industri ini tumbuh signifikan setelah Thailand menghapus ganja dari daftar narkotika pada tahun 2022.

Keputusan ini muncul setelah adanya perubahan politik, terutama penarikan Partai Bhumjaithai yang sebelumnya mendukung legalisasi ganja dari koalisi pemerintahan. Penarikan ini memicu kebijakan baru yang lebih ketat dan berpotensi mengubah arah industri ganja di Thailand.


1. Pembatasan Penggunaan dan Regulasi Baru

Menyusul perkembangan tersebut, Kementerian Kesehatan Thailand mengeluarkan perintah melarang penjualan ganja untuk tujuan rekreasional atau hiburan. Aturan baru ini mewajibkan pembelian ganja di toko-toko ritel hanya dengan resep dokter. Kebijakan ini diperkirakan akan resmi berlaku setelah diundangkan dalam Lembaran Negara (Royal Gazette).

Menteri Kesehatan Thailand, Somsak Thepsuthin, menegaskan bahwa ganja akan kembali diklasifikasikan sebagai narkotika di masa depan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menertibkan penggunaan ganja yang selama ini dianggap kurang terkontrol dan menimbulkan masalah sosial, terutama di kalangan anak muda.


2. Dampak Terhadap Industri Ganja dan Sosial

Thailand sempat menjadi pelopor di Asia dalam melegalkan ganja untuk rekreasi, meskipun regulasi yang jelas belum sepenuhnya diterapkan. Akibatnya, puluhan ribu bisnis ganja bermunculan, terutama di daerah-daerah wisata utama. Industri ini diperkirakan akan mencapai nilai sekitar US$ 1,2 miliar pada tahun 2025, termasuk produk medis.

Namun, akses yang tidak terkontrol menimbulkan kekhawatiran terhadap dampak sosial, seperti penyalahgunaan ganja di kalangan anak-anak dan remaja. Pemerintah menegaskan bahwa kebijakan harus kembali pada tujuan awal, yaitu mengendalikan ganja hanya untuk kebutuhan medis.


3. Respon Pelaku Industri dan Tantangan ke Depan

Rencana kriminalisasi ulang ganja ini mengejutkan banyak pelaku industri, termasuk karyawan dispensari ganja di Bangkok yang menggantungkan hidupnya pada bisnis tersebut. Mereka merasa kebijakan baru dapat mengancam keberlangsungan usaha yang telah banyak menginvestasikan modal.

Sementara itu, para pemangku kepentingan di Thailand harus menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan pertumbuhan industri ganja yang menguntungkan dengan kebutuhan pengaturan yang ketat agar tidak menimbulkan dampak negatif sosial. Pemerintah berupaya memastikan regulasi yang ketat dapat mengatur pasar ganja dengan tepat demi keamanan dan kesehatan masyarakat.

Fenomena Terkini






Trending