Strategi Baru AS Hadapi China: Membangun Kembali Aliansi Setelah Ketegangan Global

12 April 2025 21:12 WIB
emosi-trump-ke-china-belum-reda-kini-patok-tarif-impor-145-1744351502678_169.jpeg

Kuatbaca.com-Ketegangan antara Amerika Serikat dan China kembali memuncak seiring dengan kebijakan perdagangan yang semakin agresif dari Washington. Di tengah situasi ini, Amerika tampaknya mulai menyadari pentingnya membangun kembali jembatan komunikasi dengan sekutu-sekutunya setelah sebelumnya sempat merenggang akibat berbagai tekanan dan retorika tajam dari Presiden Donald Trump.


1. Amerika Serikat Cari Dukungan Sekutu di Tengah Konflik Dagang

Setelah beberapa bulan menerapkan tarif, memberikan pernyataan kontroversial, hingga mengancam kepentingan beberapa negara sahabat, kini Amerika justru terlihat melunak. Langkah ini diambil karena eskalasi perang dagang dengan China menunjukkan tanda-tanda buntu. Presiden Trump dan timnya tampaknya menyadari bahwa menghadapi kekuatan ekonomi sebesar China bukanlah perkara mudah jika dilakukan sendirian.

Dalam upaya mencari kekuatan tambahan, Amerika mulai membuka kembali ruang perundingan dengan negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, India, dan Vietnam. Langkah ini menjadi sinyal bahwa Washington ingin membentuk semacam blok dagang atau setidaknya koalisi strategis untuk memberikan tekanan terhadap Beijing dan memaksa perubahan dalam kebijakan perdagangan China yang selama ini dinilai tidak adil.


2. Pasar AS Jadi Daya Tarik Bagi Negara Mitra

Meski hubungan Amerika dengan sekutunya sempat menegang, nyatanya kekuatan ekonomi Amerika masih menjadi magnet tersendiri. Dengan basis konsumen yang besar dan daya beli tinggi, pasar Amerika menjadi incaran utama negara-negara mitra yang bergantung pada ekspor untuk mendongkrak perekonomian mereka.

Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan dinilai memiliki kepentingan besar dalam menjaga hubungan ekonomi yang stabil dengan Amerika Serikat. Begitu juga dengan India dan Vietnam yang terus meningkatkan ekspor mereka ke pasar global dan melihat peluang kerja sama lebih erat dengan Washington sebagai strategi geopolitik sekaligus ekonomi.


3. Ketegangan dengan Uni Eropa dan Negara Tetangga Masih Membayangi

Meskipun menunjukkan pendekatan baru kepada mitra Asia, pemerintahan Trump masih memelihara ketegangan dengan sejumlah sekutu lama di kawasan Eropa. Uni Eropa menjadi sasaran kritik tajam, bahkan disebut sebagai blok yang sengaja dibentuk untuk melemahkan Amerika dalam perdagangan. Pernyataan semacam ini tentu saja mempersulit upaya membangun solidaritas global menghadapi dominasi ekonomi China.

Tak hanya Eropa, hubungan dengan Kanada dan Meksiko juga mengalami ketegangan serius. Trump bahkan beberapa kali melontarkan ancaman tarif terhadap kedua negara tetangga tersebut, padahal kekuatan ekonomi Amerika Utara—jika bersatu—dapat menjadi benteng penting menghadapi pengaruh dagang China yang semakin luas.


4. Membangun Kembali Aliansi: Peluang atau Sekadar Strategi Taktis?

Langkah Amerika Serikat yang kini kembali membuka komunikasi dengan negara-negara mitra bisa dibaca sebagai upaya taktis di tengah kebuntuan negosiasi dengan China. Namun, apakah langkah ini akan bertahan dalam jangka panjang atau hanya strategi sesaat, masih menjadi tanda tanya besar.

Tantangan utama bagi Washington saat ini adalah membangun kepercayaan kembali. Setelah serangkaian

kebijakan yang terkesan unilateral dan agresif, banyak negara sekutu kini bersikap lebih hati-hati dalam merespons ajakan kerja sama dari Amerika. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada konsistensi diplomasi AS ke depan, serta kemampuannya menunjukkan bahwa mereka masih dapat dipercaya sebagai pemimpin dalam kerja sama multilateral.

Kondisi ini mencerminkan dinamika geopolitik yang sangat cair. Amerika, meskipun masih menjadi kekuatan besar di dunia, kini tidak bisa lagi mengandalkan kekuatan sendiri untuk menghadapi tantangan global. Membangun kembali kepercayaan dan kerja sama dengan negara-negara sahabat menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan di panggung internasional—terutama ketika berhadapan dengan kekuatan baru seperti China yang terus memperluas pengaruhnya.

Fenomena Terkini






Trending