Setenil de las Bodegas, Kota di Bawah Batu yang Sudah Berusia 25.000 Tahun

7 February 2023 06:46 WIB
63e0bebea5e98.jpg

Perbukitan di Spanyol, tepatnya antara Kota Cadiz dan Malaga, daerah otonomi Andalasia, bukan hanya menyimpan keindahan yang menyejukkan mata saja.

Di sana, pengunjung juga akan menemukan sebuah kota kecil bernama Setenil de las Bodegas.

Tak seperti pemandangan kota-kota lain di wilayah Spanyol, bangunan di Setenil de las Bodegas tampak kokoh "menopang" sebuah batu raksasa di atasnya.

Desa di bawah batu ini pun menjadi panorama tak biasa, terutama dengan cahaya yang tidak bisa sepenuhnya masuk karena terhalang batu.

Dikutip dari laman Business Insider, Setenil de las Bodegas menyesuaikan topografi batu raksasa yang terbentang sepanjang sungai Rio Trejo.

Bahkan, tak jarang bangunan disesuaikan dengan susunan batu, sehingga banyak atap dan dinding terbuat langsung dari bebatuan alami.

Berpenduduk sekitar 3.000 jiwa, kota ini merupakan perwujudan nyata dari sebuah idiom Inggris "living under a rock" atau "hidup di bawah batu".

Telah ada sejak 25.000 tahun lalu

Dilansir dari laman CN Travel, setidaknya manusia telah bermukim di Setenil de las Bodegas sejak zaman Kekhalifahan Almohad pada abad ke-12.

Apabila ditarik sejak zaman manusia gua, permukiman ini bahkan sudah ada lebih dari 25.000 tahun lalu.

Sayangnya, sebagian besar bukti kehidupan di kota di bawah batu ini telah terhapus, terutama selama invasi Romawi ke wilayah itu pada abad pertama Masehi.

Kehidupan Setenil de las Bodegas modern sendiri baru mulai pada 1484, saat tentara Kristen mengusir penguasa Dinasti Nasrid yang dipimpin Moor, kaum Muslim yang tinggal di Andalusia.

Kala itu, Moor menyulap puncak Setenil de las Bodegas menjadi benteng perang. Butuh waktu lima belas hari bagi orang-orang Kristen untuk mengusir bangsa Moor dari atas benteng.

Nama kota ini bahkan diyakini berasal dari bahasa Latin "septem nihil" yang berarti "tujuh kali nol".

Pasalnya, kala itu, Moor berhasil menahan tujuh pengepungan hingga memberikan rekor 7-0, sebelum akhirnya jatuh ke tangan pasukan Kristen.

Sejak kejatuhannya ini, Setenil de las Bodegas kemudian berganti menjadi permukiman penduduk biasa dan tak lagi menjadi benteng perang.

Di samping Setenil, nama Bodegas merupakan nama dari sebuah kilang anggur yang berkembang pesat di masa itu.

Adapun sepanjang mata memandang, Setenil de las Bodegas penuh dengan bangunan bercat putih. Tak heran, kota ini juga dijuluki sebagai Pueblos Blancos atau Kota Putih dalam bahasa Indonesia.

Mengadopsi bangsa Arab

Dikutip dari Arch Daily, pembuatan bangunan di bawah batu atau terhimpit batu seperti di desa Setenil de las Bodegas dianggap sebagai tradisi lokal dari orang Moor.

Orang Moor sendiri meniru tradisi tua dari Arab yang lebih senang dengan hunian berbentuk gua. Tujuannya, guna mengimbangi cuaca panas ekstrem di beberapa wilayah Arab.

Selain itu, gua-gua ini juga tergolong murah untuk dihuni, tak terlalu terpengaruh iklim, tidak akan terbakar, serta tahan gempa.

Dengan mengadopsi budaya Arab, orang-orang Moor membuat bangunan di antara celah batu besar yang disertai lubang atau saluran untuk cahaya masuk.

Bangunan di sana juga berdinding putih, dengan tujuan memancarkan cahaya agar tak terlalu gelap meski terhimpit batu.

Kehidupan apik sebagai desa pariwisata

Selama berabad-abad, seperti menurut laman Andalusia, kota di bawah batu telah mendapatkan reputasi apik akan produk daging, terutama chorizo, sosis, cerdo, dan daging babi.

Reputasi baik ini berasal dari penduduknya yang gemar mengembangbiakkan babi di perbukitan sekitar.

Selain daging, tempat ini juga memiliki reputasi baik dalam memproduksi pastel, kue kering, serta beragam macam bar dan restoran.

Tak sampai di situ, perkebunan terpencil di Setenil de las Bodegas turut menyediakan banyak buah dan sayuran bagi kota-kota sekitar.

Bagi pengunjung, Setenil de las Bodegas bisa menjadi obyek wisata bersejarah yang menakutkan sekaligus menakjubkan.

Pasalnya, desa ini menyajikan bangunan-bangunan putih terhimpit batu yang memancarkan sinar menyilaukan.

Di sana juga masih ada reruntuhan kastil dan benteng Moor serta gereja Encarnacion di dekatnya.

Pusat pariwisata kota ini pun berada di sebuah bangunan abad pertengahan dengan langit-langit kayu bermotif Moor yang indah.

terbaru

Fenomena Terkini






Trending