Sejarah Batu Prasasti Adityawarman

Batu Prasasti Adityawarman adalah batu yang dikeluarkan oleh Adityawarman sekitar abad ke-14.
Adityawarman sendiri adalah salah satu raja Kerajaan Melayu yang bertakhta sejak tahun 1347 hingga 1374.
Selama bertakhta, Adityawarman diketahui telah mengeluarkan lebih dari 20 batu prasasti, salah satunya Batu Prasasti Adityawarman.
Batu ini ditemukan di Bukit Gombak, Sumatera Barat, yang sekarang sudah dipindahkan ke Desa Gudam Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar.
Asal-usul Batu Prasasti Adityawarman
Pada dasarnya, Batu Prasasti Adityawarman adalah kumpulan dari semua batu Prasasti Pagaruyung yang ada.
Prasasti Pagaruyung juga merupakan salah satu batu prasasti yang dikeluarkan oleh Adityawarman pada masa silam.
Batu yang ditemukan di Bukit Gombak ini berisi tentang pujian-pujian kepada Adityawarman yang pada saat itu merupakan penganut Buddha Bairawa.
Tulisan yang tertera pada batu tersebut ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno dengan bahasa Sansekerta dan juga bahasa Melayu Kuno.
Selain itu, terdapat sebuah tanda khusus atau lambang raja yang terdiri atas beberapa ornamen, seperti bentuk kepala kala yang distilir, bonggol sulur, dan hewan berbentuk kadal.
Bagi masyarakat yang tinggal di Luhak Nan Tuo, khususnya masyarakat Desa Gudam Tanjung Emas, mitos tentang batu Prasasti Adityawarman ini cukup dipercayai kebenarannya.
Bagi mereka, prasasti ini berfungsi sebagai gambaran sosial dan cerminan norma budaya masyarakat setempat.
Lewat mitos tersebut, para pemuka masyarakat diajak dan dituntut untuk mampu berperan sebagai pengawas dan pengontrol atas segala tindakan dan tingkah laku masyarakat.
Namun sebaliknya, masyarakat secara keseluruhan lebih berharap memiliki seorang pemimpin yang dapat menjadi tauladan dan mampu menyelesaikan masalah internal dan eksternal dengan baik.
Referensi:
Kurnia, Febby Eka. Roberto Monanda. (2015). Folklor Minangkabau: Mitos Batu-Batu dan Cerita Rakyat di Luhak Nan Tuo. Padang: Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat.