Saham BBRI Tertekan: Ini Penyebab Di Balik Penurunan Harga Saham BRI

21 April 2025 15:08 WIB
ilustrasi-saham_169.jpeg

Kuatbaca.com-Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kembali mengalami tekanan di pasar modal. Tren penurunan harga saham bank pelat merah ini menjadi sorotan, terlebih karena BBRI selama ini dikenal sebagai salah satu emiten andalan dengan fundamental keuangan yang kuat. Meski begitu, beberapa faktor eksternal dan mekanisme pasar turut memengaruhi pergerakan harga sahamnya dalam beberapa waktu terakhir.


1. Aksi Jual Investor Asing Menjadi Pemicu Awal

Penurunan harga saham BBRI didorong oleh aksi jual besar-besaran dari investor asing. Langkah ini diyakini sebagai bagian dari strategi portofolio, di mana investor melepas saham BBRI untuk mengalihkan dana mereka ke aset lain yang dinilai lebih potensial dalam jangka pendek. Dalam dunia pasar modal, pergerakan seperti ini merupakan hal yang lumrah dan dikenal sebagai market rotation.

Investor institusional kerap melakukan rotasi aset, yakni menjual saham yang sudah dianggap berada di harga puncak atau stagnan untuk membeli saham lain yang sedang terkoreksi atau undervalued. Dalam kasus BBRI, tekanan jual ini berkontribusi pada penurunan harga saham ke level Rp 3.590 per lembar, turun 1,37% dalam satu hari perdagangan terakhir.


2. Koreksi Pasar dan Sentimen Global

Tak hanya dari sisi aksi jual, faktor makroekonomi global dan regional juga ikut berperan dalam mendorong penurunan harga saham BBRI. Salah satu katalis negatif adalah keputusan lembaga riset dan investasi global, Morgan Stanley, yang menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks MSCI dari equal-weight menjadi underweight. Penurunan peringkat ini membuat sejumlah dana asing keluar dari pasar saham

Indonesia, termasuk dari saham-saham unggulan seperti BBRI yang memiliki kapitalisasi pasar besar.

Efek dari keluarnya dana asing ini juga turut melemahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang secara keseluruhan mencerminkan tekanan pasar modal secara nasional. BBRI sebagai salah satu konstituen utama IHSG ikut terdampak dari arus keluar modal asing tersebut.


3. Peralihan Pemerintahan Menambah Ketidakpastian

Faktor lain yang memperberat tekanan terhadap saham BBRI adalah situasi politik dalam negeri. Peralihan pemerintahan yang sedang berlangsung menciptakan ketidakpastian di kalangan pelaku pasar. Investor cenderung bersikap wait and see terhadap kebijakan ekonomi dan fiskal yang akan diambil oleh pemerintahan baru, terutama yang berhubungan langsung dengan sektor keuangan dan perbankan.

Situasi ini membuat sebagian besar pelaku pasar lebih berhati-hati dalam menempatkan dana mereka, terutama di sektor perbankan yang sensitif terhadap kebijakan makro. Meskipun belum ada indikasi negatif secara langsung terhadap BBRI, ketidakpastian ini cukup untuk memicu aksi ambil untung (profit taking) di kalangan investor.


4. Fundamental BBRI Masih Kokoh, Penurunan Bersifat Sementara

Meskipun harga saham BBRI mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir, secara fundamental kinerja keuangan BBRI tetap menunjukkan performa yang solid. Dalam tiga bulan terakhir, saham BBRI memang telah turun sekitar 10,76%, namun hal ini dinilai sebagai koreksi teknikal yang wajar, bukan karena memburuknya kinerja perusahaan.

Sebagai bagian dari bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), BRI dikenal memiliki basis nasabah yang

kuat, portofolio kredit mikro yang luas, serta rasio keuangan yang sehat. Hal ini membuat banyak analis percaya bahwa pelemahan harga saham BBRI hanya bersifat sementara dan berpotensi rebound dalam jangka menengah hingga panjang, terlebih jika stabilitas pasar kembali pulih dan sentimen positif kembali masuk ke sektor perbankan.

Penurunan harga saham BBRI bukanlah pertanda melemahnya kinerja perusahaan, melainkan lebih kepada dinamika pasar dan sentimen eksternal seperti aksi jual investor asing, perubahan peringkat dari MSCI, serta ketidakpastian politik domestik. Bagi investor jangka panjang, kondisi ini bisa menjadi peluang untuk mengakumulasi saham BBRI di harga lebih rendah, mengingat fundamental perusahaan yang tetap solid dan prospek jangka panjang yang menjanjikan.

Fenomena Terkini






Trending