Rusia Serang Ukraina dengan 108 Drone Meski Ada Wacana Gencatan Senjata

Kuatbaca.com-Di tengah usulan perdamaian yang mulai dibicarakan oleh pihak-pihak internasional, Rusia justru kembali meluncurkan serangan drone skala besar ke wilayah Ukraina. Aksi ini dinilai bertentangan dengan semangat gencatan senjata yang tengah digodok oleh kedua belah pihak, dengan tekanan dari negara-negara sekutu untuk segera mengakhiri konflik.
1. Serangan Drone Besar-Besaran Hantam Ukraina
Pada malam 11 Mei 2025, wilayah Ukraina kembali digempur serangan drone secara intensif. Tercatat sebanyak 108 pesawat nirawak, termasuk tipe Shahed dan varian lainnya, dikirim dari wilayah Rusia menuju berbagai kota strategis di Ukraina. Serangan ini terjadi sepanjang malam hingga pagi hari, meninggalkan kerusakan fisik serta kepanikan di tengah masyarakat sipil.
Dari total drone yang diluncurkan, sebagian besar berhasil ditangkal oleh sistem pertahanan udara Ukraina. Namun demikian, 55 di antaranya dikonfirmasi jatuh dan menyebabkan kerusakan serius di beberapa titik, terutama di bagian selatan Ukraina seperti Odesa. Sejumlah bangunan tempat tinggal mengalami kerusakan akibat hantaman atau puing drone yang jatuh, sementara satu warga sipil dilaporkan mengalami luka.
2. Infrastruktur Transportasi Jadi Target Utama
Selain wilayah pemukiman, infrastruktur publik juga menjadi sasaran serangan. Jalur kereta api di wilayah timur, terutama di kawasan Donetsk, mengalami gangguan setelah terkena dampak dari serangan udara tersebut. Seorang masinis kereta api menjadi korban luka dalam insiden ini, yang semakin menunjukkan bahwa fasilitas sipil tidak luput dari konflik.
Gangguan pada infrastruktur transportasi seperti kereta api tentu berdampak besar bagi mobilitas warga serta distribusi logistik dan bantuan kemanusiaan. Hal ini menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi Ukraina dalam menjaga kestabilan di tengah konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
3. Wacana Gencatan Senjata 30 Hari Terancam Gagal
Serangan ini terjadi bertepatan dengan adanya inisiatif gencatan senjata selama 30 hari yang sebelumnya diusulkan oleh beberapa negara pendukung perdamaian. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, sempat menyatakan kesediaannya untuk bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Turki, sebagai bagian dari upaya negosiasi damai.
Namun, dengan serangan udara yang terus berlanjut dari pihak Rusia, upaya diplomasi tersebut kini berada di ujung tanduk. Banyak pihak menilai bahwa tindakan agresif seperti ini justru menunjukkan kurangnya komitmen terhadap upaya penghentian perang, dan memperkuat keraguan terhadap keseriusan Rusia dalam menjalani proses negosiasi.
4. Dunia Internasional Soroti Eskalasi di Tengah Upaya Perdamaian
Serangan drone yang diluncurkan dalam jumlah masif ini menuai reaksi dari berbagai pihak internasional. Negara-negara pendukung perdamaian menyerukan agar kedua belah pihak segera menghentikan kekerasan dan kembali ke meja perundingan. Amerika Serikat, Turki, dan beberapa negara Eropa disebut telah mendorong solusi damai sebagai jalan keluar terbaik dari konflik berkepanjangan ini.
Di sisi lain, langkah Rusia melanjutkan serangan meski ada tawaran dialog, menimbulkan pertanyaan besar terkait arah politik dan strategi yang sebenarnya ingin ditempuh. Jika eskalasi terus meningkat, bukan tidak mungkin konflik ini akan semakin melebar dan melibatkan kekuatan global secara lebih luas.
Serangan drone besar-besaran yang terjadi di Ukraina menjadi pukulan telak terhadap upaya gencatan senjata yang tengah dirintis. Dalam situasi seperti ini, peran diplomasi internasional menjadi semakin penting untuk menekan kedua pihak agar menghentikan kekerasan dan membuka ruang perdamaian yang nyata. Harapan akan terwujudnya gencatan senjata masih terbuka, namun dibutuhkan langkah tegas dan komitmen nyata agar konflik ini tidak terus memakan korban.