RI Punya Cadangan Gas Berlimpah, Tapi Distribusinya Masih Jadi Pekerjaan Rumah

Kuatbaca.com-Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan gas bumi. Di satu sisi, cadangan gas nasional yang melimpah menjadi harapan besar dalam mendukung transisi energi yang dicanangkan pemerintah. Namun, di sisi lain, distribusi gas dari wilayah penghasil ke wilayah konsumen utama masih menghadapi hambatan serius, mulai dari minimnya infrastruktur hingga kesenjangan wilayah produksi dan permintaan.
Cadangan migas terbaru dalam beberapa tahun terakhir justru lebih banyak berupa gas dibanding minyak. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah menegaskan komitmen untuk mencapai kemandirian energi nasional melalui hilirisasi gas. Sayangnya, tantangan geografis Indonesia membuat pendistribusian gas dari wilayah Timur ke wilayah Barat Indonesia seperti Jawa dan Sumatera menjadi pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan segera.
1. Wilayah Timur Kaya Gas, Wilayah Barat Butuh Pasokan
Vice President Komersialisasi SKK Migas, Ufo Budiarius Anwar, menjelaskan bahwa sebagian besar cadangan gas berada di Indonesia bagian timur. Sementara permintaan terbesar berasal dari wilayah barat, terutama sektor industri, pupuk, dan kelistrikan. Hal ini menyebabkan munculnya ketimpangan antara lokasi sumber gas dan lokasi kebutuhan.
Rata-rata penyaluran gas bumi nasional mencapai sekitar 5.600 BBTUD. Sebagian besar digunakan untuk kebutuhan dalam
negeri seperti industri manufaktur (26,24%), sektor pupuk (12,3%), dan pembangkit listrik (12,51%). Ekspor gas hanya sekitar 24% dari total produksi nasional. Ini menunjukkan bahwa gas bumi sudah menjadi tulang punggung energi domestik. Namun, infrastruktur yang terbatas membuat proses pemanfaatan energi ini belum maksimal.
2. Swap dan Rescheduling Jadi Solusi Jangka Pendek
Untuk mengatasi kelangkaan di wilayah tertentu, pemerintah mengambil langkah taktis dengan melakukan swap gas pipa ekspor menjadi LNG domestik. Misalnya, swap gas sebesar 25 BBTUD dari Natuna ke Batam. Langkah ini efektif diberlakukan mulai 1 Juni 2025. Selain itu, dilakukan pula pengalihan ekspor LNG sebanyak 18 kargo pada Januari–Juni dan rencana penjadwalan ulang hingga 30 kargo untuk periode Juli–Desember 2025.
Upaya ini menjadi bentuk antisipasi pemerintah atas proyeksi peningkatan permintaan gas yang diperkirakan akan mencapai 6.200 MMSCFD pada 2033. Tanpa penyediaan infrastruktur yang cukup, potensi surplus pasokan tetap tidak bisa dioptimalkan.
3. Infrastruktur Gas Jadi Kunci Masa Depan Energi Nasional
Salah satu kendala utama dalam pengembangan pemanfaatan gas bumi adalah kurangnya infrastruktur dasar, khususnya jaringan pipa gas. Direktur Pertamina Hulu Energi (PHE), Rachmat Hidajat, menyatakan bahwa meski banyak temuan gas baru, sebagian besar masih berada di wilayah terpencil atau ladang terisolasi (stranded field). Artinya, tanpa keterlibatan pemerintah atau badan usaha dengan modal kuat, cadangan ini akan sulit dioptimalkan.
Sugeng Suparwoto, anggota Komisi VII DPR RI, juga menegaskan pentingnya peran negara dalam pembangunan infrastruktur gas. Ia mencontohkan proyek pipa Cirebon–Semarang (Cisem) yang akhirnya diambil alih oleh pemerintah untuk mempercepat konektivitas pipa gas dari ujung barat ke timur.
Komaidi Notonegoro dari Reforminer Institute menambahkan bahwa investor gas cenderung melihat jangka waktu balik modal yang panjang jika membangun pipa. Oleh karena itu, skema distribusi LNG skala kecil menjadi solusi yang lebih fleksibel meski dengan harga yang relatif lebih mahal.
4. Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Jadi Solusi Jangka Panjang
Untuk mengatasi masalah distribusi, diperlukan kolaborasi strategis antara pemerintah dan badan usaha, baik BUMN maupun swasta. Pemerintah diharapkan dapat mendorong pembangunan infrastruktur gas secara terintegrasi dan memastikan pasokan tersedia secara merata. Sementara sektor swasta diharapkan dapat berperan aktif sebagai mitra strategis dalam membangun dan mengelola infrastruktur gas yang efisien dan berkelanjutan.
Dengan cadangan gas yang begitu besar dan potensi pasar domestik yang luas, masa depan energi Indonesia sangat bergantung pada keberhasilan pembangunan infrastruktur dan tata kelola distribusi gas bumi yang merata dan berkelanjutan.
Jika kamu butuh versi HTML, AMP, atau ingin dijadikan artikel blog WordPress, tinggal beri tahu saja.