KuatBaca.com - Bandung, kota yang dikenal sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki visi untuk terus meningkatkan pelayanan transportasi publik bagi masyarakatnya. Salah satunya adalah ide konversi angkutan kota atau yang akrab disebut angkot menjadi mikrobus yang lebih modern dan ramah lingkungan. Namun, realisasi ide cemerlang ini tampaknya masih harus menemui sejumlah rintangan.
1. Kendala Anggaran
Dalam kesempatan wawancara saat menghadiri kegiatan Pasar Murah di Lebak Gede, Kota Bandung, Ema Sumarna selaku Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung memberikan penjelasannya. Menurutnya, penerapan konsep konversi angkot menjadi mikrobus ini belum menjadi fokus utama Pemkot Bandung di tahun 2023.
Salah satu hambatan utama adalah terkait dengan anggaran. Dukungan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) belum bisa diperoleh. Selain isu anggaran, kerjasama antara Pemkot Bandung dengan Komisi C DPRD Kota Bandung juga belum menemukan kesepakatan. Ema menyebutkan bahwa salah satu poin yang menjadi perdebatan adalah konsep subsidi yang akan diterapkan.
"Kami memahami kebutuhan untuk memberikan subsidi, namun tentunya hal ini memerlukan persetujuan dari dewan. Saat ini, konsep pemberian subsidi tersebut masih belum jelas, sehingga menjadi salah satu faktor mengapa rencana ini belum bisa terealisasi," ungkap Ema.
Namun, meskipun belum jelas mengenai pola pemberian subsidi, Ema mengonfirmasi bahwa ketersediaan kendaraan mikrobus dan tenaga sopir akan dikelola oleh koperasi-koperasi angkutan kota. Sejumlah koperasi angkot besar di Bandung seperti Kobanter, Kopamas, dan Kobutri sudah siap untuk berkolaborasi dalam program ini.
2. Pergantian Pemimpin
Ema juga menyampaikan alasan lain yang membuat program ini tertunda. Kota Bandung akan mengalami pergantian kepemimpinan, dan tentunya hal ini memerlukan waktu untuk adaptasi serta mengevaluasi program-program prioritas lainnya.
"Saya memahami tanggung jawab saya sebagai pembuat kebijakan saat ini. Meskipun demikian, informasi mengenai konversi angkot ini akan saya sampaikan kepada Pelaksana Jabatan (Pj) Wali Kota Bandung yang baru. Kami berharap, meski bertahap, rencana ini bisa terealisasi demi kebaikan transportasi publik di Bandung, terlebih dengan berbagai isu kota yang harus segera ditangani," tutup Ema.
Dengan segala tantangan yang ada, warga Bandung masih berharap bahwa rencana konversi angkot ini bisa segera terealisasi. Sebagai kota besar, transportasi yang efisien dan ramah lingkungan tentunya menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakat. (*)