Rencana Kenaikan Tarif TransJakarta, Gerindra DKI: Tak Masalah Asal Terjangkau dan Layanan Meningkat

2 May 2025 07:50 WIB
rani-mauliani-3_169.jpeg

Kuatbaca.com- Wacana kenaikan tarif TransJakarta kembali menjadi pembicaraan publik. Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta melalui ketuanya, Rani Mauliani, menyatakan bahwa pihaknya tidak keberatan jika tarif layanan transportasi umum ini dinaikkan, selama ada keseimbangan antara harga dan peningkatan kualitas pelayanan.

Menurut Rani, tarif TransJakarta sudah cukup lama tidak mengalami penyesuaian. Dalam konteks perubahan zaman dan peningkatan biaya operasional, revisi harga bisa dipertimbangkan, asalkan tetap mengedepankan prinsip keterjangkauan bagi masyarakat pengguna.

“Tarif boleh saja dinaikkan, asalkan dibarengi dengan pelayanan yang lebih baik dan masyarakat masih bisa menjangkaunya,” ujar Rani saat dikonfirmasi, Kamis (1/5/2025).

1. Tarif Saat Ini Dinilai Masih Relatif Murah, Perlu Kajian Mendalam

Saat ini, tarif TransJakarta dipatok sebesar Rp 3.500 untuk seluruh rute, tanpa memperhitungkan jarak perjalanan. Sistem tarif flat ini menjadi salah satu daya tarik utama TransJakarta sebagai moda transportasi yang efisien dan ekonomis, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Namun, Rani menilai bahwa perlu ada kajian ulang terkait tarif tersebut. Ia menyebut bahwa skema satu harga yang tidak pernah berubah selama bertahun-tahun perlu dievaluasi, mengingat adanya kenaikan harga bahan bakar, perawatan armada, serta gaji pengemudi dan staf operasional lainnya.

“Kalau dikaji panjang, tarif TransJakarta memang sudah lama tidak naik. Dengan segala perubahan biaya hidup saat ini, saya yakin kenaikan masih bisa dimaklumi masyarakat asal jangan memberatkan,” jelasnya.

2. Usulan Tarif Baru: Antara Rp 5.000 hingga Rp 7.500

Dalam pernyataannya, Rani turut mengusulkan kisaran tarif baru untuk TransJakarta jika kebijakan kenaikan benar-benar diberlakukan. Ia menyebut angka Rp 5.000 sebagai opsi realistis dan masih sangat terjangkau. Bahkan jika pun terjadi kenaikan lebih besar, hingga Rp 7.500, menurutnya masih dalam batas wajar.

“Tarif Rp 5.000 itu masih ramah di kantong. Kalaupun sampai Rp 7.000 atau Rp 7.500 saya rasa itu pantas untuk kualitas transportasi publik yang sekali bayar bisa sampai ke tujuan manapun di dalam kota,” ucapnya.

Ia menambahkan, dengan tarif yang dinaikkan, TransJakarta justru memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan kualitas pelayanan, mulai dari jumlah armada, frekuensi keberangkatan, hingga kebersihan dan kenyamanan halte.


3. Keputusan Akhir Masih Menunggu Kajian Pemerintah Provinsi DKI

Hingga saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum mengambil keputusan resmi terkait wacana kenaikan tarif ini. Gubernur DKI Jakarta, Pranomo Anung, menyampaikan bahwa usulan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) masih dalam tahap kajian awal dan belum menjadi rekomendasi final.

Pranomo menegaskan bahwa belum ada keputusan apapun yang diambil terkait besaran tarif baru maupun waktu pelaksanaannya. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tidak berspekulasi terlalu jauh hingga kajian tersebut benar-benar selesai.

“Saat ini belum ada keputusan soal kenaikan tarif TransJakarta. Kajian dari DTKJ masih terus dibahas,” ujarnya saat ditemui di Balai Kota Jakarta beberapa waktu lalu.

4. Layanan Transportasi Publik Harus Tetap Berorientasi pada Kebutuhan Rakyat

Meski ada wacana kenaikan tarif, prinsip utama yang harus dijaga adalah bagaimana TransJakarta tetap menjadi transportasi publik yang inklusif, terjangkau, dan bisa diandalkan. Pemerintah daerah bersama operator harus menjamin bahwa setiap kebijakan yang diambil tetap berorientasi pada kepentingan rakyat, bukan semata-mata alasan ekonomis.

Kenaikan tarif mungkin tak bisa dihindari dalam jangka panjang, tetapi kepercayaan publik hanya bisa terjaga jika masyarakat melihat ada peningkatan nyata dalam layanan. Mulai dari ketepatan waktu, armada yang lebih baik, hingga sistem informasi yang memudahkan perjalanan harian warga Jakarta.

Fenomena Terkini






Trending