Pulau Nusa Barung Dibumihanguskan, Tak Berpenghuni hingga Kini

Kuatbaca.com Terlaksananya Ekpedisi Militer Belanda ke Nusa Barung atau Nusa Barong pada 1777 menjadi tanda bahwa pulau itu telah dikuasai Belanda secara penuh.
Penguasaan pulau ini tidak selamanya menjadi kawasan ekonomi Belanda. Sebab, berselang beberapa bulan ke depan, kawasan ini akan dibumihanguskan oleh Belanda.
Wacana membungihanguskan Nusa Barung muncul lantaran Belanda kecewa setelah hasil kelola potensi pulau ini tidak sesuai impian awalnya.
Pada mulanya, Belanda beranggapan pulau Nusa Barung merupakan objek penting bagi pengembangan perekonomian kolonial pada masa itu.
Pada masa itu, Pulau Nusa Barung memang menjadi kawasan perdagangan dan memiliki potensi sarang walet yang melimpah.
Namun, setelah Belanda benar-benar menguasai kawasan tersebut, mereka tidak lagi menemukan kejayaan potensi ekonomi di Nusa Barung.
Pasca-ekspedisi Militer
Sebagai langkah awal, ketika berhasil menguasai Nusa Barung, Belanda mencari cara mendapatkan keuntungan dari potensi sarang walet yang melimpah di pulau itu.
Upaya itu direalisasikan melalui kebijakan hak pengelolaan sarang walet oleh para pengusaha Cina, yaitu Han Bwe Kong dan Han Tik Kong.
Kedua pengusaha cina itu menerima dengan baik tawaran tersebut. Kemudian, dibagilah hak kelola wilayah.
Han Bwe Kong oleh Belanda diberi hak wilayah kelola sarang burung walet yang ada di pulau Nusa Barong.
Adapun Han Tik Kong diberikan hak kuasa wilayah mengelola sarang walet yang terdapat di wilayah sebelah barat Blambangan.
Untuk semakin memperlancar upaya pemanenan sarang burung walet, penguasa Belanda menerapkan strategi kerja sama dengan penguasa lokal yang mendiami wilayah tersebut.
Penguasa lokal yang telah kehilangan kekuatan untuk mengelola sarang walet di daerah itu diminta oleh Belanda untuk mengerahkan anak buahnya membantu mengumpulkan sarang walet.
Sebagai imbalannya, para penguasa lokal yang telah kehilangan hak kelola sarang walet ini akan tetap diberi bagian.
Kebijakan yang diterapkan Belanda ini berjalan dengan lancar dari bulan ke bulan, tetapi tidak memenuhi target keuntungannya.
Perkiraaan penguasa Belanda akan hasil yang memuaskan dari potensi sarang walet ini, jauh dari harapan mereka.
Sebab, setelah penguasa Belanda menghitung kembali biaya-biaya yang telah dikeluarkan sejak awal penaklukan, kemudian transportasi penjualan, dan upah prajurit di selama di sana, tidaklah seimbang dengan hasil sarang walet.
Realita yang dihadapi ini benar-benar tidak memuaskan para pengusaha Cina maupun harapan dari pihak Belanda dengan targetnya 2400 Rds per tahun.
Belum lagi, kondisi geografi Nusa Barung cenderung tandus, sehingga tidak banyak yang dapat dimanfaatkan oleh Belanda atas pulau ini.
Letak pelabuhan yang kurang strategis bagi aktivitas pelayaran kapal-kapal besar, juga menjadi pertimbangan berat pihak Belanda.
Atas kondisi demikian, Gubernur VOC melabeli Pulau Nusa Barong dengan sebutan arm eiland atau pulau miskin.
Setelah berjalan sepuluh bulan kontrak kelola sarang burung walet antara pengusaha Cina dan Belanda, proposal yang di luar dugaan dikirimkan oleh Gubernur.
Proposal Bumi Hangus
Pada 1778, Gubernur Belanda mengirimkan proposal berisi tentang kebijakan lanjutan untuk Pulau Nusa Barong.
Proposal ini berisi tentang wacana scorched earth (bumi hangus), dan sederetan langkah-langkah pragmatis untuk Nusa Barong.
Langkah-langkah itu dimulai dari upaya pengosongan Pulau Nusa Barong. Masyarakat yang bermukim di sana dipaksa meninggalkan pulau.
Segala bangunan, termasuk rumah, benteng, dan berbagai jenis tanaman yang ada di pulau itu dimusnahkan.
Tujuan dari yang dilakukan Belanda tersebut adalah agar pulau Nusa Barong benar-benar kosong dan tidak dapat dihuni.
Objek yang disisakan hanyalah sarang burung walet, tetapi tiada satu orang pun yang boleh memanennya.
Kemudian, untuk memastikan pulau itu benar-benar kosong tanpa penghuni, pihak Belanda membangun pos-pos pengawasan di sekitar pulau itu.
Letak pembangunan pos berada di sekitar Sungai Puger, Batu Ulu, Sungai Mayang, dan di Plindo. Adapun pos pengawas utamanya ada di Plindo.
Pada 17 Agustus 1778, tepat satu tahun pasca-penaklukan, Nusa Barong benar-benar dibumihanguskan oleh Belanda.(*)