Protes Pengemudi Ojol Terhadap Skema Layanan Hemat yang Dinilai Memberatkan

Kuatbaca.com-Aksi unjuk rasa yang diadakan oleh ratusan pengemudi ojek online (ojol) di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, pada Jumat (25/4/2025) mencuri perhatian publik. Para pengemudi tersebut menuntut agar pihak penyedia layanan menghapus program layanan hemat yang mereka anggap semakin memberatkan kondisi finansial dan operasional mereka. Dalam protes ini, pengemudi yang berasal dari berbagai wilayah, seperti Jakarta, Depok, dan sekitarnya, menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan baru yang dinilai tidak menguntungkan bagi mitra pengemudi.
1. Program Layanan Hemat yang Memberatkan
Program layanan hemat yang baru diterapkan oleh penyedia layanan ojek online ini menjadi fokus utama dalam aksi tersebut. Program yang mengharuskan pengemudi untuk mengikuti skema berlangganan demi mendapatkan order dengan harga hemat dianggap menambah beban operasional pengemudi. Menurut beberapa pengemudi yang berpartisipasi dalam aksi tersebut, biaya tambahan yang timbul dari kewajiban mengikuti program ini semakin memperburuk penghasilan mereka, yang sudah dipengaruhi oleh biaya bahan bakar dan perawatan kendaraan yang terus meningkat.
Sebagai mitra yang mengandalkan penghasilan harian, para pengemudi merasa skema ini semakin menyulitkan mereka. Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa jika tidak mengikuti program tersebut, mereka berisiko kehilangan banyak pelanggan, karena konsumen cenderung memilih harga yang lebih murah. Hal ini membuat banyak pengemudi terpaksa mengikuti program yang mereka anggap memberatkan meskipun penghasilan mereka menurun.
2. Potongan Setiap Kali Selesaikan Perjalanan
Selain kewajiban untuk berlangganan, pengemudi juga harus menghadapi sistem potongan yang diterapkan setelah mereka menyelesaikan setiap perjalanan. Sistem ini dinilai tidak adil karena potongan yang dikenakan setiap kali menyelesaikan perjalanan cukup besar, terutama jika pengemudi berhasil menyelesaikan lebih banyak perjalanan dalam sehari. Misalnya, potongan sebesar Rp 3.000 dikenakan setelah dua perjalanan, sedangkan untuk 3 hingga 4 perjalanan, potongan bisa mencapai Rp 8.500. Bahkan, setelah menyelesaikan 10 perjalanan atau lebih, potongan yang dikenakan bisa mencapai Rp 20.000. Potongan ini tentu saja mengurangi penghasilan pengemudi, yang sudah terbebani dengan biaya operasional lainnya.
Hal ini menjadi salah satu alasan utama protes dari pengemudi ojol. Mereka merasa bahwa skema ini tidak hanya mengurangi pendapatan mereka tetapi juga memberikan dampak buruk pada motivasi mereka untuk bekerja lebih keras. Pengemudi juga merasa bahwa potongan ini tidak transparan dan tidak memberi mereka manfaat yang sebanding dengan jumlah uang yang dipotong.
3. Tuntutan Pengemudi Ojol
Sebagai respons terhadap kebijakan yang mereka anggap merugikan, pengemudi ojol membawa tiga tuntutan utama dalam aksi unjuk rasa tersebut. Pertama, mereka meminta penghapusan program layanan hemat yang dianggap semakin memberatkan mereka. Kedua, mereka menuntut agar kebijakan yang dirasa merugikan mitra dihentikan, termasuk kebijakan potongan yang tidak adil. Ketiga, mereka menginginkan perlakuan yang lebih adil dari penyedia layanan ojek online, terutama dalam hal pembagian keuntungan dan pengaturan tarif.
Para pengemudi berharap dengan adanya protes ini, pihak penyedia layanan dapat lebih memahami kondisi yang mereka hadapi. Mereka ingin kebijakan yang lebih mendukung kesejahteraan para pengemudi yang setiap hari bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
4. Protes yang Meluas ke Berbagai Daerah
Protes serupa tidak hanya terjadi di Jakarta. Beberapa daerah lain seperti Cirebon, Kupang, Solo, Bandung, dan Malang juga turut merasakan dampak dari kebijakan yang dianggap merugikan pengemudi. Koalisi Ojol Nasional (KON) yang mewakili pengemudi ojol bahkan telah menyampaikan aspirasi mereka kepada Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI pada 23 April 2025. Dalam aspirasi tersebut, KON menuntut penghentian program layanan hemat dan kebijakan serupa yang dianggap hanya menguntungkan penyedia layanan tanpa memperhatikan kesejahteraan pengemudi.
Aksi ini menunjukkan adanya kesenjangan yang semakin besar antara perusahaan dan mitra pengemudi yang seharusnya diperlakukan lebih adil. Semoga protes ini menjadi momentum bagi penyedia layanan untuk mengevaluasi kebijakan yang ada dan mencari solusi yang lebih baik bagi semua pihak yang terlibat.
Dengan semakin meluasnya protes ini, harapan pengemudi ojol adalah terciptanya sistem yang lebih adil
dan menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan mitra pengemudi. Ke depannya, diharapkan kebijakan yang diambil dapat mempertimbangkan kesejahteraan pengemudi sebagai faktor penting dalam keberlangsungan operasional layanan ojek online.