Produksi Telur dan Ayam Surplus di Indonesia, Ini Data dan Penjelasannya

Kuatbaca.com-Pemerintah Indonesia melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan bahwa produksi telur ayam dan daging ayam di Indonesia tahun ini mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, angka produksi tersebut diprediksi melebihi kebutuhan konsumsi nasional, sebuah pencapaian yang menunjukkan adanya surplus dalam sektor perunggasan.
Menurut Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, keberhasilan ini merupakan hasil dari kerja keras Kementerian Pertanian yang berhasil menciptakan kondisi swasembada perunggasan. Ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk memastikan pasokan yang cukup dan stabil.
1. Kenaikan Produksi Telur Ayam dan Daging Ayam
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2024, produksi telur ayam di Indonesia mencapai 6,34 juta ton. Angka ini diprediksi meningkat pada tahun 2025 dengan estimasi mencapai 6,52 juta ton, atau naik sekitar 2,78% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa produksi telur ayam lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional yang diperkirakan sekitar 6,22 juta ton.
Sementara itu, untuk produksi daging ayam ras, pada tahun 2024 tercatat sebanyak 3,83 juta ton. Proyeksi untuk tahun 2025 menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi, yaitu diperkirakan akan mencapai 4,25 juta ton, meningkat sekitar 10,95%. Kenaikan ini diprediksi dapat memenuhi kebutuhan konsumsi nasional yang mencapai 3,87 juta ton.
Kenaikan signifikan dalam kedua komoditas ini tentu menjadi kabar baik bagi sektor pertanian dan peternakan Indonesia. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemandirian pangan.
2. Tantangan dan Strategi Pemerintah dalam Menjaga Keseimbangan Harga
Meskipun produksi telur dan ayam mengalami surplus, tantangan berikutnya adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara harga di tingkat peternak dan konsumen. Kelebihan pasokan seringkali menyebabkan harga yang diterima peternak jatuh, seperti yang diungkapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda. Harga telur dan ayam sempat anjlok di tingkat peternak, namun kini mulai ada perbaikan.
Untuk menjaga keseimbangan harga, Badan Pangan Nasional tengah mempersiapkan ekosistem pascapanen dan hilir. Tujuannya adalah agar stok dan harga dapat tetap stabil antara petani dan konsumen. Selain itu, pemerintah juga berencana memanfaatkan surplus produksi untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang akan memastikan bahwa kelebihan pasokan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas.
3. Kerja Sama dengan Pihak Swasta untuk Menjaga Kestabilan Pasokan
Sebagai bagian dari upaya menjaga kestabilan pasokan dan harga, Bapanas telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk asosiasi peternak. Pada 9 Mei 2025, kerja sama perdana untuk pasokan telur dan daging ayam antara PPN (PINSAR Petelur Nasional) dan PINSAR (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia) dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tangerang dimulai. Kerja sama ini bertujuan untuk mengoptimalkan distribusi hasil produksi agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh peternak dan masyarakat.
Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan harga-harga telur dan ayam di tingkat peternak dapat lebih stabil, dan konsumsi masyarakat terhadap kedua komoditas ini tetap terjaga. Program MBG juga menjadi salah satu langkah pemerintah untuk memastikan bahwa surplus produksi dapat memberikan manfaat sosial, tidak hanya bagi peternak, tetapi juga bagi masyarakat yang membutuhkan asupan gizi yang baik.
4. Harga Telur dan Daging Ayam di Pasar Konsumen
Meski produksi telur dan ayam surplus, harga komoditas ini masih berada di bawah harga acuan yang ditetapkan. Berdasarkan data Panel Harga Pangan Nasional milik Bapanas, harga ayam ras hidup saat ini di tingkat pedagang tercatat sekitar Rp 20.073 per kilogram (kg), yang masih lebih rendah dari harga acuan pembelian (HAP) sebesar Rp 25.000 per kg. Sedangkan harga telur ayam di peternak rata-rata nasional adalah Rp 24.496 per kg, juga di bawah HAP yang dipatok sebesar Rp 26.500 per kg.
Di sisi konsumen, harga daging ayam rata-rata tercatat sekitar Rp 34.796 per kg, sementara harga telur ayam di konsumen rata-rata nasional berada pada level Rp 29.154 per kg. Harga-harga ini masih sedikit di bawah HAP yang ditetapkan, namun menunjukkan adanya perbaikan setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan yang signifikan.
Meski harga masih berada di bawah harga acuan, adanya kenaikan produksi yang lebih besar dari kebutuhan nasional memberikan angin segar bagi sektor perunggasan. Pemerintah diharapkan dapat terus memantau dan menyesuaikan kebijakan untuk memastikan bahwa surplus produksi ini dapat menguntungkan semua pihak, mulai dari peternak hingga konsumen.
Dengan surplus produksi telur dan ayam, Indonesia menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam sektor perunggasan. Namun, tantangan tetap ada dalam hal stabilisasi harga dan distribusi yang merata. Pemerintah terus bekerja sama dengan sektor terkait untuk memastikan agar surplus produksi ini tidak hanya menguntungkan peternak, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat.