Prabowo Minta Maaf soal Ucapan 'Kepala Babi Dimasak', Akui Tim Komunikasi Kurang Siap

7 April 2025 23:00 WIB
presiden-prabowo-1744023356294_43.jpeg

1. Prabowo Buka Suara, Akui Ada Kesalahan dalam Komunikasi

Kuatbaca.com - Presiden Prabowo Subianto akhirnya merespons langsung polemik pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi yang sempat menyarankan agar teror kepala babi ke kantor Tempo "dimasak saja". Dalam pertemuan bersama para pemimpin redaksi, Prabowo mengakui bahwa pernyataan itu teledor dan ia secara terbuka meminta maaf atas keteledoran tersebut.

2. Prabowo Ambil Tanggung Jawab: “Saya yang Salah”

Prabowo menunjukkan sikap negarawan dengan menyatakan bahwa dirinya yang bertanggung jawab penuh atas komunikasi publik yang kurang baik dari jajarannya. Ia menyebut bahwa dalam 150 hari pertama pemerintahannya, fokus utamanya adalah kerja nyata untuk menyelesaikan persoalan rakyat, sehingga aspek komunikasi publik menjadi kurang terperhatikan.

“Saya yang salah. Fokus kami bekerja untuk rakyat yang tidak bisa menunggu,” ujar Prabowo.

3. Hasan Nasbi Dinilai Kurang Hati-Hati, Prabowo: Masih Baru di Pemerintahan

Mengenai ucapan Hasan Nasbi, Prabowo menilai bahwa Hasan sebagai orang yang baru berkecimpung dalam dunia birokrasi pemerintahan mungkin belum sepenuhnya memahami tekanan dan ekspektasi publik. Ia menduga bahwa pernyataan Hasan muncul dari ketidaksiapan menghadapi sorotan besar terhadap pejabat publik.

“Beliau mungkin menyesal. Ini masalah adaptasi dari dunia perencana ke dunia pemerintahan yang selalu disorot,” kata Prabowo.

4. Fokus ke Kinerja Bikin Komunikasi Tertinggal

Dalam penjelasannya, Prabowo juga menyebut bahwa selama ini dirinya lebih memilih bekerja langsung ketimbang membangun citra. Ia bahkan menyebut dirinya tidak membawa jurnalis dalam banyak kunjungan kerja. Namun, ia menyadari bahwa dalam politik, persepsi juga penting dan janji memperbaiki komunikasi publik ke depan.

5. Klarifikasi Hasan Nasbi: Maksudnya Membela, Tapi Salah Ucap

Sebelumnya, Hasan Nasbi telah memberikan penjelasan mengenai ucapannya. Ia menyatakan bahwa komentar "dimasak saja" itu justru terinspirasi dari respons santai jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana (Cica), yang menjadi target teror. Hasan menilai bahwa membalas teror dengan cara melecehkannya adalah bentuk perlawanan yang kuat terhadap ketakutan yang ingin ditanamkan peneror.

“Saya hanya menyempurnakan respons Francisca. Kalau dia tidak takut, bahkan makan babi, ya cara melecehkannya ya dimasak saja,” jelas Hasan.

6. Tapi Konteks Tak Selalu Diterima Publik

Meskipun niat Hasan adalah membela, banyak pihak menilai pilihan kata dan konteksnya tidak pantas diucapkan oleh pejabat tinggi negara. Sebab, teror kepada media adalah hal serius, dan penanganannya harus penuh empati, bukan dengan sarkasme. Pernyataan tersebut memunculkan kesan seolah negara tidak serius melindungi kebebasan pers dan melawan teror terhadap jurnalis.

7. Tanggapan Prabowo: Negara Tidak Ingin Diadu Domba

Prabowo juga menyinggung bahwa tindakan pengiriman kepala babi merupakan upaya adu domba dan menciptakan keresahan publik. Ia menyatakan bahwa pemerintah tidak akan membiarkan suasana negara dikacaukan oleh kelompok-kelompok yang ingin menciptakan perpecahan, dan dirinya berkomitmen menjaga stabilitas serta menjamin kebebasan berekspresi.

8. Janji Perbaikan: Komunikasi Publik Akan Diperkuat

Presiden Prabowo berjanji akan memperkuat sistem komunikasi di tubuh pemerintah, termasuk dengan menempatkan orang-orang yang lebih siap dan sensitif terhadap isu publik. Ia mengakui bahwa tantangan komunikasi di era digital tidak bisa diabaikan, dan narasi yang keliru bisa berakibat panjang jika tidak segera diluruskan.

9. Perlu Kesadaran dan Empati dalam Menangani Isu Sensitif

Kasus ini menjadi pembelajaran penting bagi pemerintahan Prabowo bahwa komunikasi publik bukan sekadar pelengkap kerja, tapi bagian integral dari kepemimpinan. Di tengah era keterbukaan informasi dan tingginya sensitivitas publik, setiap pernyataan harus disampaikan dengan empati, ketepatan, dan tanggung jawab.

Ke depan, publik tentu berharap bahwa peristiwa seperti ini tak terulang lagi, dan pemerintah dapat menunjukkan bahwa mereka hadir bukan hanya untuk menyelesaikan persoalan teknis, tapi juga membangun ruang publik yang sehat, menghormati kebebasan pers, dan menjaga kepercayaan rakyat.

Fenomena Terkini






Trending