Potret Terbaru Pasar Bintara Bekasi: Sepi, Terbengkalai, dan Butuh Perhatian Serius

23 April 2025 18:46 WIB
potret-pasar-bintara-bekasi-tidak-terawat-1745390309970_169.jpeg

Kuatbaca.com-Pasar tradisional masih menjadi nadi perekonomian masyarakat kecil, namun tak semua pasar mendapat perhatian yang layak. Salah satu contohnya adalah Pasar Bintara Bekasi, yang kini menghadapi kondisi memprihatinkan. Setelah pernah menjadi pusat aktivitas ekonomi warga, kini pasar tersebut tampak sepi, kumuh, dan tidak terawat. Sejumlah faktor menjadi penyebab kemunduran ini, dari musibah kebakaran hingga perubahan akses transportasi.

1. Kondisi Fisik yang Memprihatinkan

Bangunan Pasar Bintara kini menunjukkan banyak tanda kerusakan. Atap yang bocor, lantai yang becek, serta kios-kios kosong menjadi pemandangan sehari-hari. Tidak hanya membuat tidak nyaman, kondisi ini juga membahayakan pedagang dan pengunjung. Minimnya perawatan dari pihak terkait turut memperparah situasi. Sampah yang menumpuk dan pencahayaan yang buruk memperlihatkan ketidaksiapan pasar dalam bersaing dengan pusat perbelanjaan modern yang terus berkembang di sekitarnya.

Hal ini mencerminkan pentingnya perhatian serius dari pemerintah daerah untuk membenahi fasilitas publik yang vital seperti pasar tradisional. Bila dibiarkan lebih lama, pasar ini berpotensi hilang dari peta ekonomi lokal.


2. Dampak Kebakaran dan Hilangnya Akses Strategis

Tragedi kebakaran hebat yang terjadi pada tahun 2012 menjadi titik awal menurunnya aktivitas di Pasar Bintara. Banyak pedagang kehilangan tempat usahanya dan tidak semua mampu kembali berjualan. Kejadian ini memberikan dampak jangka panjang karena belum diikuti dengan upaya pemulihan yang signifikan.

Selain itu, penutupan akses jalan dari Stasiun Cakung yang dulunya menjadi jalur utama pengunjung, turut membuat pasar semakin terisolasi. Jalur tersebut dulunya menjadi urat nadi pergerakan pembeli dari berbagai arah. Ketika akses ini ditutup, aktivitas perdagangan otomatis ikut surut. Tanpa konektivitas yang memadai, pasar tradisional akan kesulitan bertahan di tengah persaingan ketat dengan pusat perbelanjaan modern.

3. Kesulitan Pedagang Bertahan di Tengah Sepinya Pembeli

Pedagang di Pasar Bintara harus berjuang keras mempertahankan usahanya meski pengunjung yang datang bisa dihitung dengan jari. Banyak dari mereka mengeluhkan penurunan pendapatan yang drastis, bahkan ada yang terpaksa menutup usaha karena terus merugi.

Pasar yang sepi tidak hanya berdampak pada ekonomi mikro, tapi juga mematikan ekosistem sosial yang ada di dalamnya. Pasar bukan sekadar tempat jual beli, melainkan ruang interaksi antarwarga, tempat cerita dan sejarah tertulis dari generasi ke generasi. Ketika fungsi ini perlahan memudar, maka hilang pula sebagian identitas lokal masyarakat setempat.


4. Harapan untuk Revitalisasi dan Dukungan Pemerintah

Melihat kondisi yang ada, sudah saatnya pemerintah kota Bekasi memberikan perhatian lebih terhadap Pasar Bintara. Revitalisasi pasar bisa menjadi solusi jangka panjang. Selain memperbaiki infrastruktur, penting juga membangun kembali aksesibilitas dan kenyamanan bagi pengunjung. Langkah ini bisa disinergikan dengan program digitalisasi pasar, pelatihan pedagang, serta promosi untuk menarik minat masyarakat kembali berbelanja di pasar tradisional.

Pemerintah daerah juga dapat melibatkan swasta dalam skema kemitraan publik-swasta (PPP) untuk mempercepat modernisasi pasar tanpa membebani APBD secara penuh. Dengan kolaborasi yang tepat, bukan tidak mungkin Pasar Bintara bisa kembali hidup dan berkontribusi besar bagi ekonomi lokal.

Kondisi Pasar Bintara Bekasi yang terbengkalai menjadi cerminan tantangan yang dihadapi banyak pasar tradisional di Indonesia. Diperlukan tindakan nyata dan cepat agar pasar ini tidak semakin terpuruk. Upaya revitalisasi, perbaikan akses, dan dukungan kepada pedagang adalah kunci untuk menghidupkan kembali denyut nadi ekonomi rakyat kecil. Sudah saatnya semua pihak bergerak bersama untuk menyelamatkan warisan ekonomi dan sosial yang berharga ini.

Fenomena Terkini






Trending