Pertamax Diklaim Aman: Kandungan dan Standar yang Terpenuhi

Kuatbaca.com - Bahan bakar Pertamax kembali menjadi sorotan setelah adanya laporan kerusakan fuel pump di salah satu bengkel di Cibinong, Bogor. Meski demikian, hasil uji dari Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB dan Lemigas Kementerian ESDM menunjukkan bahwa Pertamax memenuhi standar keamanan dan bukan penyebab kerusakan mesin. Berikut ulasan lengkap tentang kandungan Pertamax dan hasil uji yang dilakukan.
1. Kandungan dan Standar Pertamax
Pertamax, dengan Research Octane Number (RON) 91, dirancang untuk kendaraan dengan teknologi modern yang membutuhkan bahan bakar beroktan tinggi. Spesifikasi bahan bakar ini sebelumnya diatur dalam SK Dirjen Migas No. 3674K/24/DJM/2006, yang mencakup:
- Stabilitas Oksidasi: 480 menit
- Kandungan Timbal: Maksimal 0,013 gram per liter
- Sulfur: Maksimal 0,05 persen m/m (setara 500 ppm)
- Oksigen: Maksimal 2,7 persen m/m
- Aromatik: Maksimal 50 persen v/v
- Benzena: Maksimal 5 persen v/v
Namun, standar tersebut telah diperbarui melalui Keputusan Dirjen Migas No. 110.K/MG.01/DJM/2022 yang mengatur batas sulfur sesuai standar Euro 4. Berdasarkan aturan baru, kandungan sulfur maksimal untuk BBM RON 91 adalah 400 ppm sejak 2023 dan akan terus diturunkan menjadi 50 ppm pada 2028 untuk memenuhi standar Euro 4.
2. Hasil Uji LAPI ITB dan Lemigas
Tudingan bahwa Pertamax menjadi penyebab kerusakan fuel pump memicu investigasi lebih lanjut oleh LAPI ITB dan Lemigas. Kedua lembaga ini melakukan analisis terhadap sampel bahan bakar dan endapan yang ditemukan dalam tangki kendaraan bermasalah. Hasilnya:
- Endapan dalam tangki tidak berasal dari bahan bakar Pertamax.
- Uji Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) menunjukkan bahwa senyawa pembentuk endapan tidak ditemukan dalam Pertamax.
- Analisis menyimpulkan bahwa endapan kemungkinan besar berasal dari material antikorosi pelapis tangki berbahan logam.
3. Material Tangki dan Hubungannya dengan Endapan
Tangki bahan bakar kendaraan yang menggunakan pelapis antikorosi berbahan logam lebih rentan terhadap pembentukan endapan. Material ini, menurut LAPI ITB, bisa terurai seiring waktu dan menghasilkan senyawa yang menyumbat filter bahan bakar.
Sebaliknya, kendaraan dengan tangki berbahan resin cenderung tidak mengalami masalah ini. Pemilik kendaraan dengan tangki resin dapat merasa lebih aman menggunakan Pertamax karena material tersebut tidak menghasilkan endapan yang mengganggu.
4. Pernyataan Ahli dan Pertamina
Ahli Konversi Energi ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri, memastikan bahwa Pertamax aman digunakan dan bukan penyebab kerusakan mesin kendaraan. Ia menyebutkan bahwa endapan yang ditemukan dalam tangki lebih mungkin berasal dari pelapis tangki berbahan logam.
Pertamina melalui VP Corporate Communication Fadjar Djoko Santoso juga menegaskan komitmennya untuk menyediakan produk berkualitas. "Masyarakat tidak perlu khawatir akan kualitas Pertamax. Kami menjamin produk ini aman digunakan," kata Fadjar.
5. Upaya Mitigasi dan Pengembangan Standar
Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, penelitian lebih lanjut dilakukan untuk memastikan asal endapan dan cara mitigasinya. Penurunan batas sulfur secara bertahap hingga mencapai standar Euro 4 pada 2028 menjadi salah satu langkah penting untuk meningkatkan kualitas bahan bakar di Indonesia.
Hasil uji dari LAPI ITB dan Lemigas menunjukkan bahwa Pertamax telah memenuhi standar yang ditetapkan dan aman untuk digunakan. Masalah kerusakan yang dilaporkan kemungkinan besar berasal dari pelapis antikorosi tangki bahan bakar berbahan logam, bukan dari bahan bakar itu sendiri.
Ke depan, penyesuaian standar sulfur menuju Euro 4 akan semakin meningkatkan kualitas bahan bakar di Indonesia. Dengan komitmen Pertamina untuk menyediakan produk berkualitas, konsumen dapat tetap menggunakan Pertamax dengan percaya diri untuk menjaga performa kendaraan mereka.