Persentase PLTU "Captive" di Indonesia Meningkat Drastis

26 September 2023 21:32 WIB
64b71c0babae4.jpg

KuatBaca.com - Dalam dekade terakhir, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan. Dari total kapasitas terpasang yang mencapai 45.638 megawatt (MW), sebanyak 23,7 persen di antaranya diklasifikasikan sebagai PLTU "captive". Pembangkit ini, berbeda dari pembangkit listrik umum, dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan energi industri tertentu dan beroperasi di luar jaringan listrik utama.

1. Apa itu PLTU "Captive"?

PLTU captive merupakan pembangkit listrik yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan listrik industri tertentu. Pembangkit ini tidak terkoneksi dengan jaringan listrik nasional, melainkan memberikan suplai energi langsung ke industri yang membutuhkannya.

2. Analisis Laporan CREA dan GEM

Dalam laporan yang dirilis oleh Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) bersama Global Energy Monitor (GEM) pada 20 September 2023, diungkapkan data menarik mengenai PLTU batu bara di Indonesia.

Dari total kapasitas PLTU batu bara, sekitar 76,3 persen atau 34.817 MW digunakan untuk kebutuhan listrik publik, dengan PLN mengoperasikan 83 unit dan produsen listrik swasta mengoperasikan 49 unit. Sementara itu, 117 unit lainnya dengan kapasitas 10.821 MW dikelompokkan sebagai PLTU captive.

3. Peningkatan Dramatis PLTU Captive

Satu hal yang menonjol dari laporan ini adalah pertumbuhan kapasitas terpasang PLTU captive yang hampir dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Pada 2013, kapasitas PLTU captive hanya 1,4 gigawatt (GW), namun pada 2023, angka tersebut meningkat menjadi 10,8 GW.

4. Peran PLTU Captive dalam Industri Baterai

Menariknya, sebagian besar dari PLTU captive, yakni 67,21 persen atau 7.273 MW, digunakan untuk mendukung operasi smelter nikel, yang merupakan komponen vital dalam produksi baterai. Hal ini menjadi ironis, mengingat baterai memegang peranan penting dalam transisi energi ke arah yang lebih ramah lingkungan.

5. Wilayah Dominasi PLTU Captive: Indonesia Timur

Kawasan Indonesia Timur, yang mencakup Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua, menjadi wilayah dengan konsentrasi PLTU captive terbesar. Lebih dari 86,3 persen dari total PLTU captive berada di wilayah ini, didorong oleh kehadiran smelter logam, termasuk nikel.

6. Tantangan Transisi Energi

Walaupun Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada 2060, transisi energi masih menghadapi tantangan. CREA dan GEM mencatat bahwa meskipun pemerintah berusaha meningkatkan penggunaan energi bersih, belum ada rencana konkret untuk menghentikan operasi PLTU captive di sektor industri. Ini menimbulkan potensi hambatan, terutama mengingat kebijakan saat ini yang masih memungkinkan pengembangan PLTU batu bara baru untuk industri tertentu. (*)

batu bara
pembangkit listrik
PLTU

Fenomena Terkini






Trending